Selasa 16 Sep 2014 14:30 WIB

Anak Gaza Butuh Konseling

Red:

Setelah tiga pekan tertunda, sekolah di Gaza, Palestina, kembali dibuka. Pada Ahad (14/9) sekitar 500 ribu anak serentak menuju sekolah masing-masing. Penundaan terjadi karena 250 sekolah di Gaza rusak akibat serangan Israel ke Gaza yang dilakukan pada 8 Juli 2014.

Penyebab lainnya, 90 fasilitas pendidikan milik PBB digunakan sebagai tempat mengungsi. Puluhan ribu warga Gaza memenuhi gedung PBB yang biasanya digunakan untuk belajar tersebut. Kini, situasi relatif tenang, pertempuran selama 50 hari telah berakhir.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Hatem Ali/AP

Anak-anak menunggu pengobatan, menyusul serangan udara Israel di sebuah gedung, di ruang perawatan rumah sakit al Najar di Rafah di Jalur Gaza selatan, Kamis, 21 Agustus, 2014.

Sebagian besar dari 500 ribu anak yang kembali bersekolah akan menjalani konseling pascaperang. Menurut Kepala United Nations Relief and Works Agency (UNRWA) Pierre Krahenbuhl, ini dilakukan sebelum akhirnya mereka belajar secara reguler.

''Prioritas utama kami adalah menjamin mereka bisa belajar seperti biasa setelah memperoleh dukungan psikologis,'' kata Krahenbuhl. Saat ini, lembaga yang dipimpinnya mengoperasikan lebih dari 200 sekolah di Gaza.

UNRWA mempekerjakan 200 konselor. Mereka akan menangani sekitar 240 ribu siswa di sekolah yang mereka operasikan. Krahenbuhl memperkirakan, transisi dari masa konseling sampai para siswa itu belajar normal kembali berjalan sepekan.

Koalisi internasional, lembaga swadaya masyarakat lokal, dan Kementerian Pendidikan Palestina juga ikut membantu. Mereka menyediakan dukungan psikologis terhadap 260 ribu siswa sekolah umum di Gaza.

Serangan Israell terhadap Gaza, paling tidak menyebabkan 2.100 warga meninggal. Sebanyak 500 di antaranya adalah anak-anak, termasuk anak usia sekolah. Murid sekolah khusus perempuan di Shejaia, Gaza memberikan penghormatan kepada temannya yang meninggal.

Mereka membiarkan bangku teman yang menjadi korban serangan Israel, kosong. Tertulis di salah satu bangku, ''Syahid, Ghalya Al-Helu, kelas sembilan.'' Kepala sekolah mengadakan upacara pagi di aula sekolah yang temboknya banyak bekas peluru dan amunisi.

Ia menyampaikan berita duka kepada mereka. Menurut dia, wakil kepala sekolah juga kehilangan nyawa saat terjadi serangan. Wakil Menteri Pendidikan di Gaza Zeyad Thabet menuturkan, 26 sekolah di wilayahnya hancur selama terjadi pertempuran Israel dan Hamas.

Pada Kamis (11/9) lalu laporan Human Rights Watch (HRW)  menyebutkan, Israel melakukan kejahatan perang di Gaza. Israel menyerang tiga sekolah milik UNRWA. Serangan ini menyebabkan 45 warga Gaza meninggal, termasuk 17 anak-anak.

Israel menepis tudingan lembaga pembela HAM ini. Mereka meminta HRW mengkaji langkah Hamas yang menjadikan warga sipil sebagai tameng. Menurut mereka, terdapat senjata di tiga sekolah yang menjadi sasaran penyerangan.

PBB mengakui, senjata ditemukan di tiga sekolah itu dan mengecam kelompok di Gaza yang menyimpannya di sekolah. Di sisi lain, UNRWA mengungkapkan, hingga sekarang 64 ribu pengungsi Gaza masih tinggal di 20 sekolah milik mereka. rep:c91/reuters ed: ferry kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement