Jumat 29 Aug 2014 14:00 WIB

ISIS Penjahat Perang

Red:

JENEWA – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) melakukan kejahatan perang. ISIS sering mengamputasi dan mengeksekusi korban di depan publik. Tak jarang di antara mereka ada anak-anak menyaksikan eksekusi.

Dalam laporannya, Rabu (27/8), PBB mengungkapkan, ISIS telah mengubah peta kekuatan di Suriah. Mereka juga menguasai banyak wilayah di sana. Raqqa, di wilayah timur Suriah, sekarang menjadi pusat kekuatan ISIS. Basis lainnya adalah Aleppo.

"Eksekusi di depan publik menjadi pemandangan umum saat Jumat di Raqqa dan Provinsi Aleppo,’’ demikian laporan PBB. Biasanya eksekusi dilakukan dengan memenggal kepala atau menembak korban dalam jarak dekat. Anak-anak kerap hadir waktu eksekusi dilakukan.

Tubuh-tubuh yang tak lagi bernyawa di letakkan di ruang publik dalam kondisi tersalib, hingga tiga hari. ISIS sengaja berbuat demikian sebagai bentuk peringatan kepada warga lokal. Dengan demikian, warga akan mematuhi kebijakan-kebijakan ISIS.

Penyelidik independen yang dikutip dalam laporan PBB menuturkan, banyak anak laki-laki dipaksa bergabung dengan ISIS. Mereka dilatih di kamp-kamp yang berada di Suriah. Kamp itu berpotensi menjadi target serangan udara AS.

Ketua Komisi Penyelidikan PBB Paulo Pinheiro mengkhawatirkan keberadaan banyak anak laki-laki di kamp pelatihan. Karena itu, ia berharap, AS menghormati hukum perang. "Kami memikirkan keberadaan anak laki-laki di kamp-kamp itu.’’

Menurut Pinheiro, ISIS benar-benar berbahaya bagi warga sipil, terutama kelompok minoritas. Di sisi lain, dalam laporan itu PBB menyatakan, Suriah juga melakukan kejahatan perang.

Pasukan Presiden Bashar al-Assad menjatuhkan bom di wilayah yang dihuni warga sipil. Bahkan, diyakini ada sebagian bom yang berisi gas klorin beracun. Terdapat delapan kejadian pada April 2104 yang membuktikan penggunaan gas klorin.

"Bom berisi gas klorin dijatuhkan dari helikopter Suriah di wilayah yang ditinggali warga sipil,’’ kata Vitit Muntarbhorn, komisioner Komisi Penyelidikan PBB. Konflik di Suriah bermula dari protes terhadap Presiden Bashar al-Assad pada Maret 2011.

Selanjutnya, protes tersebut menjelma menjadi konflik bersenjata melibatkan berbagai kelompok. Lebih dari 191 ribu orang tewas selama tiga tahun pertama konflik berlangsung. Militer Suriah masih terus melakukan kekerasan.

Termasuk, serangan udara terhadap Aleppo, Deraa, dan daerah pedesaan Damaskus. Komisi penyelidikan ini dibentukan tiga tahun lalu. Laporan mereka berdasarkan wawancara terhadap 480 orang dan bukti dokumenter yang dikumpulkan komisi.

Komisi juga memiliki daftar tersangka kejahatan perang yang bisa diajukan ke pengadilan internasional. Mereka meminta Pengadilan Kejahatan Internasional menyeret para tersangka itu. "Dengan bukti yang ada, kami harap suatu hari nanti tersangka diadili.’’

Amerika Serikat (AS) sekarang intensif mencari mitra untuk memerangi ISIS di Suriah dan Irak. "Inggris dan Australia merupakan calon potensial,’’ ungkap pejabat AS. Tapi, Kedubes Inggris di Washington menyatakan, belum diminta ikut melakukan serangan udara.

Juru Bicara Perdana Menteri Australia Tony Abbott menyatakan, bantuan kemanusiaan di Irak bisa dilanjutkan. Tapi, Australia belum memutuskan bergabung dalam aksi militer oleh AS baik di Irak maupun Suriah kelak.

Menurut Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki, AS berunding dengan negara lainnya dan menanyakan kontribusi apa yang bisa diberikan dalam menghadapi ISIS. Bentuknya bisa bantuan kemanusiaan, militer, intelijen, dan diplomatik.

Belum jelas siapa saja yang mau bergabung. Inggris dan Prancis, sekutu dekat AS, belum bisa melupakan pahit invasi Irak yang dipimpin AS pada 2003. Invasi ini melibatkan pasukan dari 38 negara. Sebab, senjata pemusnah massal yang menjadi pemicu invasi, tidak ada.

Rencana serangan udara ke Suriah juga masih dipikirkan mendalam. Targetnya, Raqqa dan wilayah lain yang ada di bagian timur Suriah. Ada kekhawatiran yang muncul, ISIS memiliki senjata antipesawat rep:dessy suciati saputri/ap/reuters ed: ferry kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement