Rabu 20 Aug 2014 13:00 WIB

Australia Bebaskan Anak dari Pusat Penahanan

Red:

SYDNEY — Australia mengumumkan rencana pembebasan 150 anak dari pusat penahanan Imigrasi, Selasa (19/8). Mereka merespons kritik para pengacara hak asasi manusia yang menyatakan penahanan terhadap anak-anak mengganggu kesehatan mental dan fisiknya.

Menteri Imigrasi Australia lebih dari 500 anak berada wilayah daratan, sebanyak 150 di antaranya akan dibebaskan. Sedangkan, 148 anak di Christmas Island, wilayah Australia di Samudra India, dan 193 anak lainnya di Nauru tak dibebaskan.

Jumlah anak yang masih berada di pusat-pusat penahanan turun dari Juli yang mencapai puncaknya, 2.000 anak. Sementara, 1.547 anak di pusat penahanan komunitas akan dikaji kasus per kasus. Anak yang dibebaskan adalah yang ditangkap sebelum penerapan hukum baru.

Pada pertengahan 2013, Australia menerapkan kebijakan Imigrasi tegas. Para pencari suaka diadang dan ditempatkan di luar Australia seperti di Nauru. Pada akhir tahun ini, 150 anak tersebut keluar dari pusat penahanan dan status suaka diproses.

Anak pencari suaka yang lahir di Australia setelah 19 Juli tak masuk dalam program. Morrison yakin cara ini mengurangi jumlah pencari suaka ke Australia. Banyak pencari suaka dari negara konflik menggunakan perahu datang ke Australia.

Tak sedikit perahu mereka tenggelam dan menelan korban jiwa. Morrison menegaskan, pemrosesan di luar wilayah Australia akan menghentikan laju mereka. "Saya pikir mereka akan berpikir lagi membawa anak-anak yang berisiko meninggal di tengah lautan."

Sebelumnya, Australian Human Rights Commission (HRC) menggelar penyelidikan atas kondisi anak-anak di pusat penahanan. Hasil penyelidikan menunjukkan bukti anak-anak itu menelan deterjen, menyelebungi kepala mereka dengan kantong plastik, dan melukai dirinya sendiri.

Seorang dokter yang pernah bertugas di pusat penahanan di Nauru menyampaikan keterangan kepada HRC. Menurut dia, pemerintah memintanya untuk menutupi fakta bahwa anak-anak yang ditahan mengalami sakit mental akibat pengurungan.

Sophie Peer dari Children Out of Detention (Chilout) mengapresiasi pembebasan tahanan anak. "Ratusan anak di pusat penahanan, terutama di pulau-pulau terpencil, mengalami penderitaan," katanya seperti dikutip Guardian.  rep:c66/reuters ed: ferry kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement