Senin 07 Jul 2014 12:00 WIB

Sekolah di Area Muslim Dirusak

Red:

MANDALAY - Muslim di Mandalay, Myanmar, menuduh polisi hanya berdiam diri saat sekelompok Buddhis menyerang dan merusak sebuah sekolah dan bangunan lainnya, Sabtu (5/7). Peristiwa tersebut berlangsung setelah pemakaman warga Buddha berusia 36 tahun yang menjadi korban kerusuhan pada insiden sebelumnya.

Para saksi mata mengatakan, beberapa dari massa yang marah membawa senjata rakitan. Seperti dikutip Channel News Asia, sebuah sekolah dan asrama mahasiswa di daerah Muslim yang terletak di sebuah pemakaman di pinggiran kota hangus dan rusak.

Seorang penyumbang Muslim sekolah itu, Win Naing, menyaksikan serangan itu dari tempat persembunyian di rumah seorang temannya yang beragama Buddha. "Ada lebih dari 70 polisi, tapi mereka tidak melakukan apa pun," ujarnya, dikutip dari AFP, Ahad (6/7).

Win Naing mengatakan, beberapa dari para perusuh bersenjatakan tongkat, pipa logam, dan bahkan gergaji. Seorang anggota Muslim dari sebuah kelompok lintas agama di kota, Zaw Zaw Latt, juga menyaksikan insiden tersebut. "Polisi bisa menghentikan massa, tetapi mereka tidak melakukannya," ujarnya.

Untungnya, saat insiden terjadi tidak ada anak-anak yang berada di sekolah. Belum ada laporan korban luka akibat serangan itu. Kekerasan terjadi dalam beberapa hari terakhir. Kekerasan dipicu adanya tuduhan pemerkosaan yang dilakukan oleh Muslim terhadap wanita lokal. 

Seorang warga Muslim itu diketahui pemilik kedai kopi. Klaim atas keterlibatannya dipublikasikan oleh salah satu biksu radikal setempat. Akibat kerusuhan itu, dua orang tewas, satu Muslim dan seorang lainnya Buddhis. Setidaknya, 14 orang terluka. Belum ada komentar dari pihak kepolisian.

Sebuah sumber di kepolisian mengatakan, polisi meningkatkan keamanan sebagai pencegahan meluasnya kerusuhan ke kota lain, termasuk di Yangon yang memiliki populasi keagamaan dan etnis beragam.

Seperti dilansir Arab News, pengguna media sosial juga kesulitan mengakses Facebook selama dua malam berturut-turut. Pemerintah diduga memblokir Facebook untuk mencegah meluasnya komentar provokatif.

Untuk menenangkan keadaan, jam malam sebelumnya telah diberlakukan di Mandalay. Sebanyak sembilan orang telah ditangkap terkait dengan kekerasan baru-baru ini. Sejak 2012 lalu, sedikitnya 250 orang tewas dalam konflik berbau agama. Bentrokan bernuansa sektarian itu pertama kali pecah di Rakhine pada 2012. Saat itu, kekisruhan juga dipicu oleh kabar pemerkosaan wanita Budhis oleh Muslim Rohingya. Puluhan ribu Muslim Rohingya terpaksa mengungsi. 

Kepala masjid di Shaeshaung Kari Hasan mengatakan, komunitas Muslim telah menjadi sasaran ceramah yang menyudutkan dan tidak dilindungi pemerintah. "Jika sesuatu terjadi, mereka dengan gampang mengatakan penyebabnya adalah Islam. Kami berharap pemerintah yang baru membawa kebaikan, tapi kami hanya mendapat hal buruk,"rep:ani nursalikah/reuters ed: teguh firmansyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement