Kamis 19 Jun 2014 12:00 WIB

Kilang Minyak Irak Diserang

Red:

BAGHDAD -- Kelompok radikal Suni terus bergerak untuk menguasai titik-titik strategis di Irak. Pemberontak Negera Islam Irak dan Suriah (ISIS) dilaporkan hampir menguasai seluruh bagian di kilang minyak terbesar di Kota Baiji, utara Irak.

"Para militan telah berhasil masuk ke dalam kilang. Sekarang, mereka mengontrol unit produksi, gedung administrasi, dan empat menara jam. Ini hampir sekitar 75 persen dari kilang," ujar seorang pejabat kilang dari dalam lokasi ketika dihubungi Reuters, Rabu (18/6).

Dia mengungkapkan, bentrokan antara pasukan keamanan dan pemberontak terus berlanjut di dekat ruang pengawas. Pasukan keamanan Irak mencoba untuk mempertahankan kilang tersebut.

Pemberontak ISIS telah menyerang kilang minyak dengan mortir dan senapan mesin. Serangan di kilang minyak terjadi pada pukul 04.00 dari dua pintu masuk kilang minyak.

Menurut para staf kilang minyak, para militan telah menghancurkan sejumlah tempat penyimpanan minyak setelah memasuki kompleks. Personel asing dilaporkan telah dievakuasi terlebih dahulu, tapi staf lokal masih berada di kilang tersebut.

BBC melaporkan, asap terlihat mengepul dari sebuah gudang suku cadang di Baiji yang berjarak 210 km dari utara Baghdad.

Baiji merupakan bagian dari Provinsi Salah al-Din, utara Irak. Pemberontak ISIS memasuki Kota Baiji, pekan lalu, setelah menguasai kota kedua terbesar, Mosul, di Provinsi Nineveh. Mereka menyerang gedung pemerintahan dan markas polisi. Tapi, otoritas Irak, tetap mempertahankan kilang tersebut.

Kilang minyak di Baiji terbilang strategis. Kilang tersebut dapat memproduksi minyak sebanyak 300 ribu barel per hari. Mereka mendistribusikan hasilan olahan minyak ke hampir seluruh Provinsi di Irak. Baiji juga menjadi penyuplai utama Ibu Kota Baghdad.

Meski demikian pemerintah Irak meyakinkan, serangan ISIS belum memengaruhi produksi minyak negara itu secara keseluruhan. Menurut pejabat Irak, wilayah selatan yang memproduksi 90 persen minyak negara itu masih aman dari serangan ISIS. Irak merupakan negara penghasil minyak terbesar kedua. 

Pertempuran antara pasukan Irak dan militan telah sampai di Kota Baquba di Provinsi Diyala yang berjarak 60 kilometer, utara Baghdad. Pasukan Pemerintah Irak telah melancarkan serangan udara terhadap para militan yang mendekati ibu kota. 

Pemerintah mengklaim telah mengambil alih benteng di Kota Tal Afar di Provinsi Nineveh yang dikuasai para militan pada Senin. Pertempuran juga dilaporkan terjadi di barat Kota Ramadi, Provinsi Anbar.

Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki pun menyerukan adanya persatuan nasional untuk menghadapi para pemberontak. Pemerintah Irak telah mendapat bantuan dari milisi Syiah. Mereka juga merekrut warga Syiah untuk menghadang gerakan ISIS.

Negara sekutu Irak, Iran, yang juga berpandangan Syiah siap untuk membantu Baghdad memukul gerakan pemberontak.

Presiden Iran Hassan Rouhani menegaskan, Rabu (18/6), Teheran akan mempertahankan situs-situsi suci Syiah yang berada di Irak. "Melihat situsi suci Syiah di Karbala, Najaf, Kadhmiya, dan Samarra, kami mengumumkan kepada para pembunuh dan terorits, negara Iran tak akan ragu melindungi tempat itu," ujarnya menegaskan.

Dia mengaku, banyak warga Iran yang ingin pergi ke Irak. Meski dia meyakinkan warga Irak bisa mempertahankan diri mereka.

Arab Saudi, negara utama Suni di Teluk, mengingatkan Irak akan bahaya perang sipil yang bisa meluas di kawasan. "Situasi memburuk yang mengisyaratkan terjadinya perang sipil ini dapat berdampak ke kawasan," ujar Menteri Luar Negeri Arab Saudi Saud al-Faisal.

Dia meminta Pemerintah Irak melakukan rekonsiliasi. Sebelumnya, Saudi menyalahkan Irak karena bertindak diskriminatif terhadap minoritas Suni. AS telah mengirimkan personel militernya ke Irak untuk menjaga kedutaan. AS menampik akan terlibat lebih jauh dengan mengirim pasukan darat seperti saat menjatuhkan Saddam Hussein. Meski demikian, AS memungkinkan untuk membantu dengan menggunakan pesawat tanpa awak. rep:dessy suciati saputri/ap/reuters ed: teguh firmansyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement