Kamis 19 Jun 2014 12:00 WIB

Hubungan Mesra Eropa-Rusia

Red:

Negara- negara utama Eropa berulang kali mengecam tindakan Rusia atas intervensinya di Ukraina. Rusia dinilai terlibat dalam pemberontakan di timur Ukraina. Sejumlah sanksi pun telah dijatuhkan kepada Rusia setelah aneksasi Crimea.

Namun, di balik ketegangan itu, nyatanya hubungan militer Rusia dan Eropa masih terbilang harmonis. Kekerasan bersenjata di Ukraina tak menghentikan ekspor senjata Eropa ke Negara Beruang Putih.

Seperti dikutip Washington Post, Selasa (17/6), Prancis mengirimkan helikopter teknologi canggih ke Rusia, Jerman membantu membangun fasilitas pelatihan militer berteknologi tinggi, sedangkan Italia mengirim kendaraan berlapis baja.

Prancis enggan membatalkan kesepakatan penjualan dua kapal pengangkut kelas Mistral seharga 1,7 miliar dolar AS dengan Rusia. Kapal tersebut mampu mengangkut enam helikopter tempur, puluhan tank, dan 700 tentara. Bulan ini, Prancis akan mengundang 400 personel Angkatan Laut Rusia untuk melatih pemanfaatan kapal baru tersebut.

''Kami melaksanakan semua kontrak sesuai hukum penuh yang berlaku,'' kata Presiden Prancis Francois Hollande kepada wartawan.

Beberapa tahun lalu, militer Rusia tidak pernah membeli perlengkapan dari luar negara blok Soviet. Bahkan, saat itu Rusia menjadi eksportir senjata utama. Tapi, sejak perang dengan Georgia pada 2008, pemimpin tertinggi Rusia mengubah strategi.

Meskipun akhirnya Rusia menang dalam perang tersebut, konflik membuktikan tentara Rusia tidak dilengkapi senjata mutakhir dan tidak terorganisasi. Mereka kemudian melirik peralatan dari Barat yang dikenal canggih. ''Mereka menyadari, peralatan Rusia tidak lagi memenuhi harapan,'' kata Pieter Wezeman, seorang peneliti senior di Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) yang melacak transfer senjata Rusia.

Kebetulan, pada 2008 benua Eropa sedang dirundung krisis keuangan global. Sehingga, negara Benua Biru itu harus mengubah kebijakan untuk mendorong terciptanya lapangan kerja dan ekspor. Kerja sama dengan Rusia merupakan simbiosis mutualisme untuk menyelamatkan Eropa yang hendak bangkrut.

Pengamat mengatakan, Prancis adalah mitra dagang Rusia yang paling antusias. Jerman, Italia, dan Republik Ceska juga terlibat perdagangan dengan Rusia dalam beberapa tahun terakhir.

Menurut data yang dikumpulkan SIPRI, kerja sama meliputi perdagangan pesawat, kendaraan lapis baja, dan perlengkapan teknologi komunikasi.

Perdagangan senjata dan perlengkapan pertahanan antara Rusia dan Prancis meningkat tiga kali lipat pada 2009-2010 dan terus meningkat.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, Moskow kemungkinan akan memesan lebih banyak. Sebuah potensi menarik untuk Hollande yang sedang memimpin dalam ekonomi Prancis yang stagnan.

''Secara keseluruhan, hubungan kami dalam bidang ini berkembang dengan baik dan kami ingin terus memperkuatnya. Terutama, dalam perihal penerbangan, galangan kapal, dan sektor lainnya,'' kata Putin.

Selain membeli kapal  Mistral yang memberi kemampuan baru untuk angkatan laut Rusia, Putin juga telah membeli 60 kendaraan lapis baja dari Italia, beserta alat elektronik dan sistem radio pesawat militer.

Fasilitas pelatihan militer berteknologi tinggi seharga 163 juta dolar AS juga sedang dibangun di Rusia dengan bantuan kontraktor pertahanan Jerman Rheinmetall. Igor Sutyagin, seorang ahli militer Rusia di Royal United Services Institute yang berbasis di London, mengatakan, produk dari Eropa membantu upaya militer Rusia untuk melakukan modernisasi. ''Elektronik Rusia masih tertinggal dari Barat.''

rep:lida puspaningtyas ed: teguh firmansyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement