Kamis 12 Jan 2017 18:00 WIB

Berinovasi tanpa Kenal Usia

Red:

Teknologi tak bisa dilepaskan dari evolusi panjang orang-orang yang menekuninya. Di dalam teknologi tak ada batasan usia yang menentukan seseorang berkreasi dan terus menemukan hal baru.

Steve Jobs pernah berkata, "Mereka yang pernah berpikir bisa mengubah dunia adalah mereka yang beraksi." Kata-kata tersebut mungkin ada benarnya.

Ketika bicara inovasi, bukan tingginya gelar pendidikan, atau banyaknya harta yang bisa digunakan. Namun, apabila ingin mengubah dunia hanya diperlukan niat dan tindakan.

Saat ini, ada banyak sekali anak muda yang mampu unjuk gigi dalam menemukan berbagai terobosan baru bagi dunia. Ada yang membuat terobosan dalam dunia kesehatan, tetapi tak sedikit pula yang ikut bermain di area teknologi.

Beberapa temuan-temuan luar biasa dari para penemu muda, antara lain:

1. Eesha Khare

Pada 2013 lalu, Eesha Khare tercatat sebagai remaja pemenang 50 ribu dolar AS dalam kompetisi Intel Foundation Young Scientist Award. Saat itu, Khare berusia 18 tahun dan masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) Lynbrook, Kalifornia.

Khare berhasil menduduki peringkat juara kedua setelah mengalahkan sekitar 1.600 dari 70 negara di seluruh dunia. Khare berhasil membuat prototipe dari superkapasitor elektrokimia, yakni sejenis alat untuk mengisi daya baterai hanya dalam hitungan detik.

Teknologi ini berpotensi digunakan pada ponsel atau mobil. Laman oddee.com mengabarkan, superkapasitor ini mampu mengisi penuh sebuah baterai hanya dalam waktu 20 sampai 30 detik.

Khare kini tercatat sebagai murid di Harvard University. Beberapa perusahaan teknologi, salah satunya Google, sudah mulai melirik Khare untuk bergabung.

2. Boyan Slat

Usia Boyan Slat masih 16 tahun ketika ia tengah menyelam di Yunani. "Saya melihat lebih banyak plastik dari ikan di laut," kata Slat, dilansir melalui BBC.com. Pemuda asal Belanda ini kemudian memiliki ide untuk membangun sistem yang mampu mengumpulkan plastik di laut.

Sistem tersebut harus bekerja cepat sehingga plastik bisa terkumpul lebih banyak. Slat memang sudah tertarik dengan sains sejak berusia 13 tahun.

Dua tahun lalu penelitiannya berhasil dikenal dunia. Ia membuat passive system yang beroperasi dengan bantuan arus laut untuk mendorong dan mengambil sampah plastik di laut.

Sistem ini berhasil menyabet kemenangan Best Technical Design dari Delft University of Technology. Bahkan, setelah mendapatkan respons dunia, Slat juga mendirikan Yayasan The Ocean Cleanup.

Cara kerja sistem pasif tersebut melibatkan angin dan arus laut. Sistem ini merupakan platform yang mengarahkan boom atau kerdam sepanjang 2.000 meter untuk menangkap plastik.

Saat ini temuan Slat sudah menjadi program percontohan di Tsushima Island, Jepang, selama kurang lebih dua tahun. Program percontohan sengaja ditempatkan di Jepang karena pulau tersebut merupakan salah satu penghasil sampah plastik terbanyak.

3. Tenith Adithyaa

Dua tahun lalu usia Tenith Adithyaa asal India masih 15 tahun. Namun, ia sudah memenangi sekitar 15 kompetisi penemu muda di India dan mancanegara.

Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Adithya sudah mulai belajar aplikasi komputer. Kini, ia sudah menjadi master dari 35 aplikasi dan menguasai 16 bahasa asing.

Laman The Better India menjelaskan, nama Adithyaa mulai dikenal sebagai penemu muda ketika menciptakan adjustable electricity extension board, yakni sejenis papan sambungan listrik. Hal tersebut ia ciptakan secara tidak sengaja.

Awalnya, Adithyaa sangat suka bekerja di dalam laboratorium pribadi miliknya di rumah. Ia membutuhkan banyak kabel dan ekstensi listrik. Papan sambungan listrik ini mampu membuat pekerjaannya semakin mudah.

Papan ini memiliki kabel yang bisa ditarik hingga jarak tiga meter. Kemudian, luas papan bisa menjadi tempat ekstensi listrik. Selama masih ada ruang pada papan, pemiliknya bisa mendapatkan aliran listrik. Papan sambungan listrik tersebut sudah dilirik perusahaan teknologi dan akan segera diproduksi secara komersial.

Berkat otak jeniusnya, Adithyaa telah diundang Presiden India Shri Pranab Mukherjee di hari ulang tahun sang Presiden. Ia juga diberi hadiah menginap selama 20 hari di Istana Rashtrapati Bhavan. Ketika lulus kuliah nanti, Adithyaa berkeinginan menjadi bagian dari Indian Space Research Organisation (ISRO).

4. Edwin Inganji

Edwin Inganji merupakan mahasiswa dari Kenyan University, Kenya, Afrika. Ia pernah menjadi korban penodongan oleh sekelompok penjambret.

Melalui the Guardians, Inganji bercerita bahwa kala itu laptop dan ponselnya berhasil dirampas. Sejak saat itu ia memikirkan cara untuk menolong korban perampokan dalam waktu cepat, singkat, dan aman.

Ia pun kemudian terpikir untuk membuat tombol darurat yang bisa diaktifkan cepat dan tanpa suara. Inganji bersama dua rekannya, Marvin Makau dan Kenneth Gachukia, menciptakan aplikasi ponsel Usalama.

Aplikasi tersebut bisa menjadi pertolongan pertama korban kejahatan. Pengguna cukup mengaktifkannya dengan menuju ke aplikasi dan menggoyangkan ponsel. Secara otomatis aplikasi akan memberikan pemberitahuan kepada keluarga, teman terdekat, kantor polisi, dan rumah sakit di sekitar lokasi hingga jarak 200 meter.

Usalama menjadi sebuah jawaban baru bagi toll free untuk panggilan darurat. Pasalnya, di Nairobi, panggilan bebas pulsa 999 sudah tidak berfungsi sejak 1998 silam. Apabila ada yang menghubungi nomor tersebut saat ini maka akan tersambung ke pelayanan pemesanan kamar hotel.

Nairobi merupakan salah satu negara di dunia dengan tingkat kriminal dua kali lebih besar dari negara lain. Jenis kejahatan yang ada di negara ini juga tergolong banyak. Mulai dari penodongan di jalan, penjambretan, perampokan rumah, hingga penculikan. Biasanya korban kejahatan di Nairobi bahkan harus mendatangi kantor polisi setempat untuk melapor, bukan didatangi.      rep: Nora Azizah, ed: Setyanavidita Livikacansera 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement