Senin 03 Oct 2016 14:00 WIB

Ketika Uang Tunai tak Lagi Diperlukan

Red:

Pada 1661 silam, Stockholms Banco yang kini berganti menjadi the Swedish Central Bank, merupakan bank di Eropa dengan penggunaan kertas paling tebal untuk transaksi keuangan. Tetapi, siapa sangka, Swedia kini menjadi negara tercepat dan terdepan dalam menerapkan cashless society.

"Saya tidak pernah lagi menggunakan uang fisik untuk membayar apa pun," ujar seorang guru di Stockholms, Swedia, Louise Henriksson, dilansir melalui theguardian.com. Ia mengaku tak pernah lagi melakukan pembayaran dalam bentuk uang fisik, bahkan untuk membeli permen sekalipun.

Henriksson mengaku telah biasa menggunakan sistem pembayaran daring melalui aplikasi atau kartu. Perubahan perilaku transaksi pembayaran dengan cara tunai menjadi tidak tunai sudah berlangsung di Swedia selama beberapa tahun terakhir.

Pemerintah juga telah mengubah sistem pembelian tiket kereta bawah tanah. Pengguna hanya bisa membeli tiket melalui ponsel atau kartu.

Di pusat perbelanjaan Swedia, transaksi tunai hingga 2015 hanya mencapai 20 persen. Berdasarkan data the Riskbank, transaksi tunai kini hanya mencapai dua persen hingga tahun lalu.

Diperkirakan jumlahnya akan terus berkurang hingga 0,5 persen pada 2020 mendatang.

Dari 1.600 bank di Swedia, sebanyak 900 bank tidak lagi menyimpan uang fisik dalam jumlah banyak. Bahkan, mesin-mesin ATM milik bank juga tak akan ditemukan lagi dalam waktu dekat. "Swedia akan jauh lebih baik menerapkan cashless society dalam lima tahun ke depan," ujar Niklas Arvidsson dari Stockholm's Royal Institute of Technology (KTH) for Specialising in Payment Systems Innovation.

Hal tersebut diutarakan Arvidsson berdasarkan sejarah Swedia yang sudah memulai digitalisasi sejak 1960 silam. Banyak bank bertransformasi ke arah digital dengan menerapkan kartu kredit dan debit sebelum negara lain memopulerkannya.

Kartu sudah menjadi barang utama untuk transaksi pembayaran. Bahkan, Swedia tiga kali berturut-turut memiliki rata-rata pembayaran menggunakan kartu hingga 207 jenis pembayaran pada akhir tahun lalu.

Swedia juga memiliki mobile apps pembayaran pengganti uang tunai bernama Swish. Aplikasi tersebut sudah bekerja sama dengan banyak bank, seperti Nordea, Handelsbanken, SEB, Danske Bank, dan Swedbank.

Pengguna cukup menggunakan nomor ponsel untuk melakukan transaksi transfer uang dari satu bank ke lainnya secara real time. Swish dianggap menjadi "mesin pembunuh" pembayaran tunai paling cepat.

Aplikasi teknologi finansial tersebut menjadi yang paling populer di Swedia. Swish sudah mencatat total transaski mencapai 9 juta dolar AS per bulan. Padahal, aplikasi sejenisnya, yakni Danish App dan Mobile Pay, hanya mencapai 3 juta dan 5,6 juta dolar AS.

Dari Swedia, mari beralih ke Belanda. Negara kincir tersebut kini juga tengah menerapkan cashless society dengan menggunakan sistem pembayaran elektronik.

Pembayaran tersebut sudah berlaku di banyak toko dan supermarket. Dilansir melalui laman bbc.com, hingga 2015 lalu penggunaan sistem pembayaran dengan kartu debit sudah mencapai 50 persen, sementara 49,5 persen masih menggunakan uang tunai dan 0,5 persen memakai kartu kredit.

Namun, Belanda membuat gerakan berdasarkan koalisi dari Dutch Bank, yakni akan meningkatkan pembayaran elektronik menjadi 60 persen pada 2018 nanti.

Pihak bank menyebutkan bahwa cara pembayaran tanpa uang tunai jauh lebih murah, aman, dan praktis. "Uang tunai mungkin akan berkurang, tetapi cara pembayaran itu tetap ada," ujar Michiel Van Doeveren selaku Senior Policy Advisor Dutch Central Bank atau De Nederlandsche Bank (DNB).

Pembayaran uang tunai memang lebih mahal karena bank harus mendistribusikan uang, mengawalnya, menghitungnya, dan melakukan verifikasi. Pertumbuhan cashless payment akan sangat penting bagi bank, terutama dalam urusan efisiensi.

Belanda sudah memberlakukan pembayaran tanpa uang fisik, termasuk untuk sewa apartemen. Bahkan, toko roti Vlaams Broodhuys tidak lagi menerima uang tunai jika pelanggan ingin membayar sepotong roti isi tuna.

Tidak hanya itu, membayar parkir juga sudah tidak memerlukan euro lagi. Meski cashless society tengah populer di negara-negara Eropa, faktanya belum semua negara menerapkan hal tersebut.

Negara yang masih menerapkan pembayaran uang tunai adalah Jerman. Berdasarkan studi terbaru dari bank pusat Jerman, menggunakan transaksi uang tunai masih jauh lebih mudah dikontrol, terutama untuk urusan pengeluaran.

Ekonomi Eropa juga masih mengandalkan kekuatan transaksi tunai sebanyak 75 persen. Di Italia, transaksi tunai masih mendominasi dengan angka mencapai 83 persen.

Mengubah model pembayaran di suatu negara memang pastilah tak semudah membalikkan telapak tangan. Masih ada budaya, pola kebiasaan, dan gaya hidup yang besar pengaruhnya terhadap cara masyarakat di suatu negara berbelanja. rep: Nora Azizah  ed: Setyanavidita Livikacansera

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement