Selasa 27 Sep 2016 14:52 WIB

Invasi Robot di Industri Kuliner

Red:

Perkembangan teknologi robot mulai serius menginvasi berbagai lapangan tenaga kerja yang selama ini hanya didominasi manusia. Apabila sebelumnya customer service diprediksi menjadi lapangan pekerjaan yang paling terancam dengan kehadiran robot, ternyata industri kuliner sudah lebih dahulu mengurangi tenaga kerja manusia dan menggantikannya dengan robot.

Awal September lalu beberapa industri makanan cepat saji mulai bertransformasi ke dunia robot. Perubahan tersebut seolah membuat peran pramusaji tak lagi dibutuhkan.

McDonalds dan Wendy's telah mengumumkan secara resmi bahwa perusahaan mereka tengah menuju era otomatisasi di industri makanan dengan memanfaatkan tenaga robot untuk memberikan layanan kepada pelanggan.

Kini, apabila pelanggan ingin memesan makanan, cukup memilih menu melalui kios elektronik. Laman Dailyreckoning.com  mengabarkan, robot tersebut merupakan besutan Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Robot diciptakan dengan konsep mini otomatisasi restoran yang disebut Spyce Kitchen. "Robot Pekerja jauh lebih murah daripada menggaji pegawai," kata Chief Executive Officer (CEO) McDonald's USA Ed Rensi.

Membeli robot cukup mengeluarkan 35 ribu dolar AS. Bandingkan dengan mengupah pegawai sebesar 15 dolar AS per jam.

McDonald's sudah membuka kios elektronik tersebut di Phoenix, Arizona, AS. Robot bisa bekerja dengan kecepatan 50 kali lebih cepat dari manusia.

Bahkan, potensi eror atau kegagalan sistemnya nyaris tidak ada. Untuk mencoba pelayanan dari robot, pelanggan bisa memesan menu melalui aplikasi.

Spyce Kitchen kemudian akan memproses pesanan di depan pelanggan. Para robot akan berperan sebagai koki, dan mampu menyiapkan makanan hanya dalam waktu lima menit.

Tidak hanya McDonald's, restoran ramen bernama Fu-A-Men di Jepang juga melakukan transformasi serupa. Bahkan, Jepang membuat hampir semua pekerja di restorannya adalah robot.

Para robot pekerja ini berperan sebagai koki dan asisten dapur. Jepang menyelipkan pula sedikit atraksi bagi pengunjung di dalam restoran tersebut. Para robot akan memainkan sedikit skenario seperti dalam permainan Manzai Game.

Satu robot memegang pisau, dan mencoba menyerang robot lain yang tengah membawa nampan. Robot tersebut kemudian berusaha membela diri.

Bagi pengunjung yang baru pertama kali melihat mungkin akan sedikit gugup, tetapi atraksi tersebut cukup menghibur. Dalam sehari, Fu-A-Men dapat menyajikan kurang lebih 80 mangkuk ramen dengan rasa dan bumbu akurat. 

Teman baru berbelanja

Robot pembuat burger atau ramen sudah ada, kini giliran mesin yang bekerja di retail makanan. Saat ini, grocery atau toko bahan makanan serta industri retail juga melirik robot pekerja.

Hal tersebut sudah diterapkan Walmart dengan mematenkan mini robot untuk mengontrol kereta belanja. Sekitar awal September lalu, Walmart sudah memperkenalkan kereta robot untuk belanja tersebut.

Menurut situs Businessinsider, troli belanja tersebut bisa berkendara sendiri tanpa harus disentuh pemakainya. "Dengan menggunakan robot, kami bisa mengurangi upah karyawan," kata Chief Executive Officer (CEO) Walmart, Doug McMillon.

Robot juga bisa dengan cepat mendapat umpan balik mengenai kepuasan pelanggan. Keranjang dorong dengan mini robot tersebut bisa beroperasi lebih banyak dari yang dapat lakukan pekerja manusia.

Dengan mengusung konsep motorized transport units, keranjang dorong bisa bergerak di seluruh ruangan toko. Keranjang belanja ini bekerja dengan kombinasi dari sensor, kamera video, wireless, dan sebuah komputer pusat. Bahkan, konsumen bisa menggunakannya untuk membawa belanjaan sampai ke parkiran mobil.

Sebuah penelitian yang dilakukan restoran cepat saji pemilik 120 waralaba, Frisch's Restaurant, asal Ohio, AS, menyebutkan, usia pelanggan 18 sampai 24 tahun lebih suka berbelanja melalui pelayanan drive thru. Penelitian tersebut senada dengan yang dilakukan Whole Food 365 sebagai toko bahan makanan.

Retail tersebut juga sudah melakukan transformasi robot dengan membuat kios Ipad. Para pelanggan bisa melakukan pemesanan melalui Ipad. Selain itu, juga mendapatkan informasi detail mengenai produk. Beragam fitur yang ada tersebut sengaja dibuat untuk menyasar pelanggan generasi milenial.

Otomatisasi mungkin berpengaruh besar terhadap industri makanan, baik retail maupun restoran. Namun, dampaknya cukup mencemaskan bagi para pekerja.

Robot-robot tersebut mengancam penghasilan mereka karena sebagian tugas bisa diselesaikan dengan mesin. Lebih buruk lagi, pekerja bisa kehilangan mata pencahariannya.

Berdasarkan studi dari Forrester yang dikutip dari Theguardian.com, pada 2021 mendatang sekitar enam persen robot akan mengambil alih pekerjaan manusia. Kondisi tersebut sudah mulai terlihat sejak dini dengan semakin berkurangnya lapangan pekerjaan untuk manusia.    rep: Nora Azizah, ed: Setyanavidita Livikacansera 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement