Jumat 29 Apr 2016 16:00 WIB

Fixed Broadband Bukan Lagi Anak Tiri

Red:

Diam-diam, sejak 2002, Surabaya sudah mulai mengarahkan kotanya menjadi smart city. Perlahan tapi pasti, berbagai layanan untuk masyarakat dilakukan secara daring.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengungkapkan, saat ini, hampir semua layanan di Kota Pahlawan bisa dilakukan secara daring. Mulai dari, pengurusan KTP, mengurus akta kelahiran, kematian, ujian nasional, try out untuk anak sekolah, mengurus SIUP, IMB proses pengangkatan calon pegawai negeri sipil (CPNS), hingga mengantre untuk pergi berobat atau menebus resep dokter.

Tak hanya itu, untuk memudahkan pengawasan, lanjut Risma, Pemkot Surabaya juga memanfaatkan close circuit television (CCTV) di berbagai sudut kota. Mulai dari, taman-taman, jalan kota, ruang publik, pompa air, hingga tempat pembuangan akhir.

Dengan begitu, Risma bisa memantau berbagai hal yang terjadi di Surabaya hanya melalui perangkat pintarnya. "Kapan pun dan di mana pun, saya bisa memantau berapa jumlah sampah di TPA atau apabila ada pompa air yang mati, saya bisa segera menindaklanjuti," ujarnya.

Kehadiran internet memang membawa begitu banyak perubahan. Tak hanya untuk anggota masyarakat sebagai individu, tapi juga di lingkup pemerintahan.

Dalam upaya pemberdayaan masyarakat Surabaya, Risma memanfaatkan benar kehadiran jaringan broadband. Saat ini, para anak-anak dan ibu rumah tangga juga bisa belajar bagaimana cara memanfaatkan internet di 39 broadband learning center yang telah disiapkan Pemkot Surabaya.

Di sini, ibu-ibu dan para anak yang sebelumnya belum melek internet bisa belajar memanfaatkan internet untuk e-commerce. Hasilnya, salah satu peserta yang berjualan buah semanggi kini bisa meraup omzet hingga Rp 5 juta setiap hari berkat perkenalannya dengan dunia belanja daring.

Menurut Risma, memanfaatkan broadband memang menyimpan begitu banyak manfaat. "Karena kami tak lagi memerlukan kertas, Pemkot Surabaya mampu menghemat hingga 25 persen," ujarnya.

Tak hanya dari segi menghemat anggaran, dengan sistem digital, Risma juga makin mudah mengukur kinerja para PNS lalu memberlakukan insentif yang sesuai dengan kinerjanya masing-masing.

Ekosistem fix broadband

Selama ini, teknologi broadband hadir dalam bentuk fixed dan wireless atau mobile. Keunggulan mobile yang lebih murah dan cepat untuk diaplikasikan, membuat teknologi mobile broadband berkembang jauh lebih cepat dibanding "saudaranya".

Pada Kamis (28/4), di Jakarta, Masyarakat Telekommunikasi (Mastel) dan perkumpulan Fiber To The Home (FTTH) Indonesia (IFA), didukung Kementerian Komunikasi dan Informatika dan bekerja sama dengan Huawei, menggelar kegiatan Indonesia FTTH Association Summit. Kegiatan ini untuk menandakan batu loncatan penting pengembangan ekosistem pita lebar tetap. Kegiatan ini sekaligus untuk mendukung agenda ekonomi digital di Indonesia.

"Saat ini, agenda ekonomi digital adalah prioritas bagi Indonesia dan akan menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi negara," ujar Kristiono, ketua umum Mastel.

Namun, lanjut dia, pengguna pita lebar di Indonesia baru mencapai 4,3 juta orang dan penetrasi pita lebar tetap baru sebesar tujuh persen saja di seluruh negara. Oleh karena itu, ada celah pasar yang besar untuk diisi, dan Mastel, melalui IFA, diharapkan dapat mendorong pengembangan pasar pita lebar.

Saat ini, FTTH merupakan teknologi yang telah matang dan terstandardisasi dan telah diadopsi secara luas sebagai tulang punggung teknologi pita lebar tetap (fixed broadband). Teknologi itu lengkap dengan serat optik sebagai media akses dari lingkungan rumah ke jaringan perkotaan (metro).

Teknologi ini mampu menyediakan kapasitas berbagi bandwidth hingga 10 Gbps kepada para pelanggan. Di Indonesia, penetrasi saluran tembaga dan serat optik di rumah masih di bawah 15 persen.

Berarti, masih ada 85 persen rumah yang tidak dicakupi oleh kabel tembaga ataupun serat optik. Dengan adanya ekosistem pita lebar tetap yang menjangkau banyak populasi, menurut Daniel Tang selaku Huawei CTO of Fixed Network, diharapkan akan meningkatkan penetrasi internet di Indonesia.

Dengan begitu, akan semakin banyak lagi kota-kota di Indonesia yang bisa mengikuti jejak Surabaya untuk mengembangkan smart city.   Oleh Setyanavidita Livikacansera

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement