Rabu 20 Jan 2016 16:00 WIB

Teknologi Penentu Masa Depan

Red:

Peran teknologi kini semakin terasa dalam kehidupan manusia. Keseharian kita pun semakin bergantung pada teknologi.

Pada tahun-tahun mendatang, bagaimana manusia menggunakan teknologi sebagai bagian dari gaya hidup di masa depan? Apakah smartphone masih menjadi benda penting untuk menunjang kegiatan? Atau justru benda-benda bisa berfungsi seolah memiliki 'jiwa' di dalam dirinya?

Ericsson mencoba menjabarkan wajah gaya hidup manusia di masa depan terkait teknologi. Melalui penelitian Ericsson Consumer Lab, beberapa fakta terbentuk melalui keinginan konsumen terhadap kebutuhannya menggunakan kecanggihan mesin atau perangkat.

Tahun ini Ericsson mengedepankan tema Hot Trends For 2016 sebagai program riset global. Tren teknologi diwakili lebih dari 1 miliar konsumen yang tersebar di 24 negara.

Kemudian, penelitian mengerucut pada 46 juta pengguna ponsel pintar di 10 kota-kota besar. Dari 24 negara responden, Indonesia memang tidak termasuk di dalamnya. Namun, untuk mewakili Indonesia, Singapura menjadi negara yang amat representatif untuk menggambarkan Indonesia.

Gaya hidup penduduk Singapura tidak jauh berbeda dengan kaum urban Indonesia. "Kami juga beberapa kali mengadakan penelitian independen untuk Indonesia," ujar Vide President, Marketing, and Communications PT Ericsson Indonesia Hardyana Syintawati di Jakarta Pusat, Selasa (19/1).

Edisi kelima consumer lab kali ini menunjukkan, ternyata konsumen lebih menyukai dan percaya pada artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Konsumen memiliki prediksi bahwa ponsel pintar akan menjadi barang kuno sekitar lima tahun mendatang.

Di masa mendatang adopsi dari teknologi terhubung akan bergerak lebih cepat dari sebelumnya. Beberapa tren yang berhasil ditemukan Ericsson pada consumer lab kali ini, adalah :

1. Pengaruh Internet

Penelitian menyebutkan empat dari lima pengguna smartphone mendapat pengaruh positif dari penggunaan internet. Salah satunya mengenai layanan online.

Bahkan, internet memengaruhi ekonomi seseorang, seperti belanja online hingga promosi produk. Gaya hidup ini akan terus berkembang karena menjadi kebutuhan konsumen.

2. Generasi Streaming

Sekitar 49 persen remaja berusia 16-19 tahun akan menghabiskan waktunya minimal satu jam sehari untuk menonton Youtube. Generasi muda kini lebih suka menonton streaming video daripada berselancar di dunia maya. Aktivitas ini tentunya akan berujung pada kebutuhan konsumsi data yang semakin banyak.

3. Artificial Intelligence (AI)

Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan bukan lagi khayalan. Di masa depan, interaksi dengan objek atau benda tidak lagi memerlukan smartphone. Bahkan, pengguna smartphone beranggapan ponsel akan menjadi sebuah benda kuno di masa mendatang.

Saat ini, mungkin sudah ada beberapa jenis peralatan rumah tangga dan elektronik yang sudah menggunakan internet of things (IoT). Di antaranya, kulkas, AC, atau pembersih debu. Ke depannya, tidak perlu lagi mengendalikan suhu AC menggunakan smartphone atau mengetahui sisa telur di dalam kulkas.

Teknologi akan membuat AC bisa menyala dan mati otomatis dengan sensor gerak. Bahkan, kulkas bisa melakukan belanja online ke supermarket untuk bahan makanan yang sudah habis. 

 

4. Virtual Reality

Kini teknologi virtual reality (VR) semakin digemari. Teknologi holographic memungkinkan meeting atau pertemuan tidak lagi harus bertatap muka.

Holographic bisa mewakili sosok seseorang, bahkan lebih nyata daripada video conference. Tidak hanya holographic, teknologi 3D printing juga akan semakin membumi. Bahkan, sekitar 44 persen responden ingin 'mencetak' makanan yang dibuatnya sendiri.

5. Rumah dengan Indra Perasa

Impian memiliki smart home akan lebih besar lagi beberapa tahun mendatang. Namun, dalam konsep yang lebih besar.

Hanya mengendalikan lampu, pagar rumah, atau memberi makan ikan di dalam akuarium dengan smartphone nantinya akan menjadi hal yang tidak istimewa. Kaum urban menginginkan lebih, yakni menanam sensor dalam tiap bangunan. Sensor berfungsi untuk mendeteksi genteng bocor, kayu patah, pipa tersendat, atau kerusakan lain yang terjadi pada bangunan rumah.

6. Transportasi Pintar

Menunggu bus atau kereta karena mengalami keterlambatan memang bukan hal menyenangkan. Ke depannya, masyarakat ingin lebih maksimal memanfaatkan transportasi pintar.

Di dalam sebuah halte bus, nantinya juga akan tersedia internet gratis. Penumpang juga bisa mengetahui kedatangan bus atau kereta sebelum turun ke halte transit.

7. Aplikasi Darurat

Teror bom dan bencana alam selalu menjadi hal menakutkan. Teknologi dianggap bisa mengurangi rasa khawatir manusia terhadap kondisi tersebut.

Di antaranya dengan membuat aplikasi bantuan apabila terjadi bencana alam atau tragedi besar. Misalnya, sebuah aplikasi berbentuk emergency chat hingga free call ketika seseorang terjebak dalam situasi bencana. Akses bisa dilakukan gratis meski pengguna tidak memiliki paket data atau pulsa.

8. Teknologi yang Ditanam Dalam Tubuh

Di masa depan, mungkin lensa kontak atau kacamata tidak lagi diperlukan. Manusia bisa menanam teknologi di dalam tubuhnya.

Prediksi awal, teknologi bernama Internables tersebut akan membantu penglihatan dan pendengaran manusia. Misalnya, seorang pengguna kacamata akan bisa melihat lebih jelas tanpa kacamata.

Sementara, bagi mereka yang mengalami gangguan pendengaran juga bisa ditanam sejenis implan di dekat telinga sehingga bisa mendengar dengan baik.

9. Khawatir Terhadap Hack

Semua benda yang terintegrasi dengan internet memang menimbulkan risiko dari segi keamanan. Tetapi, konsumen ternyata justru beranggapan sebaliknya.

Para pengguna smartphone masih merasa nyaman dan aman dengan internet karena hal-hal bermanfaat yang didapatkan jauh lebih besar daripada kerugiannya.

Untuk persoalan hack sudah sepantasnya menjaga perangkat dengan benar, yakni dengan tidak membagi identitas pribadi di dalam dunia maya, terutama pada situs tidak jelas.

10. Jurnalis Netizen

Bila sebelumnya ada istilah citizen journalism, kini telah tiba masanya netizen journalism. Berbagi informasi atau laporan sudah tanpa sekat.

Alur informasi bergerak semakin cepat dan bisa dilakukan oleh siapa saja. Tidak hanya melalui forum atau grup diskusi, tetapi juga melalui jejaring sosial. rep: Nora azizah, ed: Setyanavidita Livikacansera

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement