Senin 26 Sep 2016 17:00 WIB

Pertamina Klaim Ekspansi Migas ke Luar Negeri Tepat

Red:

JAKARTA — Keputusan PT Pertamina (Persero) melakukan ekspansi ke berbagai negara diakui Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro sebagai tindakan tepat. Ia menjelaskan, lapangan migas Pertamina International EP di Aljazair, Irak, dan Malaysia menghasilkan migas yang melebihi target.

Ia mengatakan, target total produksi dari blok-blok migas luar negeri sebesar 114 ribu barel oil equivalen atau barel setara minyak per hari. Tetapi, hasil yang didapat mencapai 140 ribu barel setara minyak. "Naik cukup signifikan. Itu artinya keputusan kita masuk ke blok-blok migas luar negeri tepat karena ternyata itu memberi hasil sangat signifikan," katanya, Ahad (25/9).

Ia mengatakan, hasil dari blok luar negeri tersebut berkontribusi sekitar 23 persen dari total produksi. Tetapi, pihaknya berharap, pada 2019 hasil dari blok luar negeri mencapai hampir sekitar 700 ribu barel setara minyak per hari.

Ia menjelaskan, di Malaysia ada sampai lima blok yang awalnya ditargetkan 29 ribu barel setara minyak justru menghasilkan 35 ribu barel setara minyak per hari. Di Irak dengan tiga blok memiliki target 37 ribu barel minyak per hari, tapi sekarang produksinya mencapai sekitar 43 ribu barel setara minyak per hari.

"Aljazair dengan tiga blok targetnya 34 ribu barel oil equivalen menjadi 41 ribu oil equivalen," kata Wianda menegaskan angka tersebut untuk minyak dan gas.

Selain itu, ia juga melihat cukup besarnya komposisi untuk merger akuisisi pada 2025, yakni di atas 500 ribu barel per hari. "Tapi, juga termasuk bagaimana kita nanti mengakuisisi blok-blok migas dalam negeri yang habis masa kontrak. Itu juga akan menjadi salah satu target kita untuk bisa terus meningkatkan keseluruhan produksi nasional," ujar dia.

Cadangan minyak tiga negara tersebut cukup besar dengan rata-rata di atas 100 juta barel dalam satu area tersebut. Baru-baru ini, Pertamina juga berencana bekerja sama dengan Iran. Keputusan ini dikhawatirkan akan mengganggu hubungan baik Indonesia dengan Arab Saudi.

Direktur Eksektutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menilai, saat ini Indonesia berada di posisi menguntungkan sebagai pasar migas Arab Saudi dan Iran. Sayangnya, hubungan kedua negara tersebut tidak berada dalam kondisi baik sehingga Indonesia perlu "bermain cantik" untuk tetap berhubungan baik dengan kedua negara Timur Tengah tersebut.

"Kita manfaatkan dari segi ekonominya saja, tidak perlu ikut campur dalam hubungan politik kedua negara," kata Fabby. Ia menegaskan pentingnya pembicaraan diplomatik dalam menjalin kerja sama migas antara Indonesia dan dua negara tersebut.    rep: Melissa Riska Putri, ed: Ichsan Emrald Alamsyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement