Selasa 30 Aug 2016 15:00 WIB

Rantai Pasok Dipangkas

Red:

 

Republika/ Tahta Aidilla       

 

 

 

 

 

 

 

 

JAKARTA--Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), dan beberapa pihak terkait bekerja sama dalam rangka menciptakan struktur pasar baru dengan rantai pasok yang pendek. Hal ini dilakukan untuk meringankan beban produsen dan konsumen.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukito mengatakan, pemangkasan rantai pasok dapat meningkatkan kesejahteraan petani, meningkatkan tingkat daya konsumsi, dan juga menekan inflasi. Menurutnya, dari satu komoditas diperkirakan membutuhkan tujuh hingga delapan mata rantai dari produsen hingga konsumen.

Dengan banyaknya mata rantai tersebut, keuntungan terbesar didapat oleh pihak yang berada di tengahnya, bukan produsen maupun konsumen. "Kami ingin menghentikan mereka yang mengambil keuntungan maksimal yang merugikan petani dan peternak," kata Enggartiasto di kantor Kementerian Pertanian Indonesia, Senin (29/8).

Ia mengatakan, harga produk pertanian dari produsen ke konsumen terlampau jauh. Hal tersebut tidak menguntungkan produsen dan memberatkan konsumen.

Salah satu penyebab melonjaknya perbedaan harga dari produsen ke konsumen adalah adanya tengkulak atau pengepul komoditas.

Dengan pemangkasan rantai pasok, kata dia, produsen, yakni petani dan peternak, akan mendapatkan keuntungan yang layak, sementara konsumen tetap bisa melakukan pembelian sesuai daya beli.

Namun, Enggar menegaskan, Bulog akan berperan sebagai 'tengkulak' resmi dengan kepemilikan dana tanpa batas membeli produk petani. "Tidak jadi masalah karena itu beredar, mereka (Bulog--Red) membeli, lalu menjualnya lagi sehingga kembali mendapatkan uang," katanya.

Ia mengatakan, pemangkasan mata rantai akan membuat produksi para produsen terjamin dan mendapat keuntungan yang wajar dan menyerapnya ke pasar. Untuk berperan dalam penyerapan produk, Kemendag dan Kementan akan membuat skema penetapan harga pembelian pemerintah (HPP) dan harga eceran tertinggi (HET). Penetapan HPP dan HET ditentukan Kementan dan Kemendag untuk selanjutnya dikomunikasikan kepada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Rencana skema pemangkasan mata rantai ini sejalan dengan turunnya impor Indonesia. Menteri Pertanian Indonesia Amran Sulaeman mengklaim adanya penurunan impor sebesar 60 persen hingga saat ini meski ada peningkatan di komoditas gandum. Apalagi, komoditas utama, seperti padi, jagung, dan kedelai (pajale), meningkat.

"Produksi jagung di Gorontalo naik 40-60 persen," katanya. Namun, secara keseluruhan, produksi jagung diperkirakan naik sekitar 3,18 persen.

Seperti diketahui, pemerintah akan menetapkan batas atas dan batas bawah harga guna mengendalikan harga 14 komoditas pangan. Pelaksana floor price, yakni Perum Bulog ketika membeli sejumlah komoditas pangan dari petani. Sedangkan, batas harga maksimal atau ceiling price dipatok pemerintah atas bahan baku pangan yang dijual pedagang ke masyarakat.

Mekanisme penetapan harga jual nantinya akan diberlakukan terhadap 14 komoditas pangan, yakni beras, kedelai, tempe, cabai, bawang merah, gula, minyak goreng, tepung terigu, daging sapi, daging ayam ras, telur ayam, serta ikan segar, seperti bandeng, ikan kembung, tongkol, tuna, dan cakalang.

Kurang efektif

Namun, rencana pemangkasan rantai pasok ini dianggap kurang efektif. "Mungkin bisa, tapi tidak akan efektif," kata Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia Abdullah Mansur. Ia mengatakan, ada ikatan emosional antara petani dan tengkulak.

Sebab, antara petani dan tengkulak memiliki sistem pinjam jual yang dilakukan di awal karena petani biasanya kesulitan modal maupun bibit. Hal tersebut diakuinya sulit untuk diubah.

Lagi pula, ia melanjutkan, ada rantai distribusi yang sangat panjang dari petani ke konsumen melalui pengepul kecil hingga besar. Untuk itu, ia menyarankan cara lain dibanding pemangkasan rantai pasok, yakni subsidi distribusi. Cara tersebut bisa dilakukan pemerintah dengan mudah.

"Pemerintah bisa meminta BUMN untuk menyiapkan CSR-nya melakukan subsidi itu. Contohnya, KAI," kata dia.

Ia mencontohkan, komoditas bawang dari Nganjuk untuk dijual di Jakarta harus menempuh jarak jauh. Sementara, bawang sebagai komoditas rentan busuk dan tidak dapat bertahan lama.

Hal ini dapat membuat susut dan adanya risiko bawang dimainkan oleh spekulan. "Dengan menggunakan kereta, ada garansi untuk sampai ke tujuan tepat waktu," ujar dia.    rep: Melissa Riska Putri, ed: Ichsan Emrald Alamsyah

Fakta Angka

Mata Rantai Harga Bawang

Harga dari petani                Rp 9.000

Harga di tangan konsumen        Rp 40 ribu

Disparitas harga 300 persen (dari petani ke konsumen)

Sumber: Kementerian Pertanian

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement