Rabu 13 Jul 2016 18:00 WIB

Waspadai Krisis Bisnis

Red:

JAKARTA -- Perbankan syariah dinilai perlu mewaspadai krisis bisnisnya. Pengembangan bisnis baru perlu direncanakan dengan matang, apalagi jika bisnis baru tidak dimiliki atau memiliki skala lebih besar dari induk.

Presiden Direktur Karim Consulting Indonesia Adiwarman Karim menjelaskan, ada beberapa tahap krisis bisnis yang dihadapi bank-bank syariah. Bank-bank syariah beraset antara nol hingga Rp 3 triliun akan menghadapi krisis tahap satu dengan dampak terburuknya adalah 'gagal terbang'.

Bank syariah dengan aset Rp 3 triliun hingga Rp 5 triliun akan menghadapi krisis tahap dua. Saat aset bank syariah sudah lebih dari Rp 4 triliun, bank syariah punya cenderung terdorong masuk ke lini bisnis baru yang menawarkan kecepatan tumbuh tinggi dengan risiko NPF tinggi pula.

Lini bisnis baru ini akan memberi prospek bagus jika merupakan hasil cerminan induk atau tambahan atas lini bisnis induk. Tapi, akan agak berisiko jika induk tidak mempunyai lini bisnis baru seperti yang dimulai anak syariahnya atau lini bisnis baru perusahaan anak lebih besar dari induk.

''Bank-bank syariah Indonesia banyak masuk krisis tahap dua. Ada bank syariah yang masuk ke bisnis gadai dan mikro bersamaan, padahal induknya tidak punya bisnis itu. Dua lini bisnis baru itu kemudian bermasalah dan ikut menekan aset,'' tutur Adiwarman di Kantor Maybank Indonesia, beberapa waktu lalu.

Bank-bank syariah dengan aset Rp 7 triliun – Rp 10 triliun menghadapi krisis bisnis tahap tiga yang ditandai munculnya peningkatan NPF sporadis di cabang-cabang. Ada dilema di sana antara menahan laju untuk membenahi atau tetap ekspansi dengan sejumlah pelonggaran toleransi risiko.

Pada krisis tahap ini pula mulai ada kebutuhan SDM berkualitas. ''Ada satu bank syariah seperti itu. Bank syariah ini akan mengalami kelelahan pada SDM senior, kelelahan unit bisnis dan unit manajemen risiko, dan munculnya kultur baru perusahaan,'' ungkap Adiwarman.

Antisipasi yang penting dilakukan, menurutnya, adalah persiapan matang semua rencana. Ini harus dilakukan semua bank. Perubahan harus didesain dan direncanakan dengan baik sebab perubahan pucuk manajemen perusahaan akan ikut membawa perubahan, baik pada bisnis maupun kultur internal perusahaan.

Jika kultur perusahaan berubah, mengejutkan dan menurunkan mental SDM, Adiwarman mengkhawatirkan daya pantul SDM internal hilang, sehingga sulit mengembalikan bank ke kondisi semula karena mental pekerja sudah jatuh. ''Ini yang dikhawatirkan terjadi pada BUS besar. Satu BUS besar kami lihat sudah menyelesaikan pekerjaan rumahnya,'' ungkap dia.

Kepala Unit Usaha Syariah Maybank Indonesia (Maybank Syariah) Herwin Bustaman menjelaskan, lini bisnis Maybank Syariah mengikuti lini bisnis induk, Maybank Indonesia, yaitu produk konvensional ada pula produk syariahnya, kecuali kartu kredit dan kredit tanpa agunan. Dari sisi dana, Maybank Syariah diuntungkan dengan strategi Sharia First.

Namun, berbeda dari bank syariah lain, Maybank Syariah juga menggarap segmen korporasi. ''Titik kritisnya pada model bisnis di mana syariah jadi dominan, produk dibuat unit syariah dan yang memasarkan konvensional,'' ungkap Herwin.

Model seperti ini, ia akui, memang mirip yang dilakukan Maybank Group di Malaysia. Bank syariah di Indonesia harus pintar mencari cara jika tidak ingin mengalami kesulitan.

Dalam kesempatan terpisah di Silaturahim Masyarakat Ekonomi Syariah, Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, belum semua potensi keuangan syariah dimanfaatkan maksimal saat ini. Perbankan syariah perlu penajaman produk dan jasa yang harus setara dengan konvensional.

NPF bank syariah tinggi karena produknya sama dengan konvensional dan belum menemukan relung bisnis sendiri. Dari sisi dana, bank syariah terbilang bagus. Masalahnya terdapat pada aset.

''Sebagai induk, Bank Mandiri mengarahkan BSM pada bisnis cicil dan gadai emas, pembiayaan ijarah, dan penempatan dana di sukuk berbasis proyek (PBS). PBS diharapkan bisa jadi tulang punggung aset bank syariah dalam jangka waktu panjang dan memberi imbal hasil bagus bagi deposan,'' ungkap Kartika.

Bank Mandiri juga mendukung BSM dengan integrasi teknologi informasi. Sehingga, aneka tugas back office bisa berlangsung cepat dan nasabah BSM bisa merasakan layanan setara dengan Mandiri. rep: Fuji Pratiwi  ed: Ichsan Emrald Alamsyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement