Selasa 28 Jun 2016 13:00 WIB

Saratoga Pertimbangkan Penerbitan Sukuk

Red:

JAKARTA -- PT Saratoga Investama Sedaya Tbk menilai sukuk bisa menjadi opsi sumber dana yang  mampu dimanfaatkan dengan tetap memperhatikan profil maturitas utang perusahaan. Saratoga tetap konservatif menjaga investasi dan utang untuk menjaga bisnis tetap sehat.

Direktur Keuangan Saratoga Jerry Ngo menjelaskan, terlepas dari belum diraihnya peringkat laik investasi dari satu lembaga pemeringkat internasional, investor institusi masih mendukung dan positif terhadap ekonomi Indonesia. Ia melihat ini semua relatif.

Meski tidak sebagus lima tahun lalu, dibandingkan negara-negara lain, ekonomi Indonesia masih bagus. Selama ekonomi Indonesia masih tumbuh, semua masih akan baik.

Investor, kata Jerry, akan membandingkan tiap negara dan penerbitan surat utangnya. Perbandingannya akan jadi relatif. Permintaan surat utang Indonesia masih punya banyak peminat, tidak hanya di Asia, tapi juga di AS.

Dengan citra positif Indonesia, Saratoga terus mengkaji kemungkinan menerbitkan sukuk. Satu hal yang jelas, lanjut Jerry, sukuk adalah instrumen yang pernah Saratoga pertimbangkan. ''Dulu, kesempatannya tak terlalu bagus. Kami harus siap dengan fakta itu maka kami putuskan menerbitkan obligasi tukar pada 2015. Kami akan terus memperhatikan perkembangan sukuk. Yang jelas, Saratoga terbuka atas kemungkinan tersebut,'' tutur Jerry usai Rapat Umum Pemegang Saham Saratoga, beberapa waktu lalu.

Jerry percaya, Indonesia tempat bagus untuk jadi pusat pembiayaan dari sukuk dengan segala kelebihan komunitas Muslimnya. Ia menilai, kesempatan ini juga berlaku juga untuk instrumen dengan struktur syariah lain.

Ia senang, pemerintah aktif di pasar sukuk global dan menciptakan acuan karena sebelumnya korporasi tak punya acuan, sehingga tidak ada gambaran biaya bagi calon penerbit sukuk. Pemerintah sudah membuka dan memimpin jalan bagi korporasi untuk ikut di dalamnya. Imbal hasil sukuk global Indonesia yang berkisar tiga hingga lima persen ia nilai cukup bagus, selain juga investor selalu akan melihat siapa penerbitnya.

''Kami juga harus lihat imbal hasil sukuk pemerintah yang jadi acuan. Semua bisnis kami di Indonesia. Di Indonesia hanya satu dua perusahaan yang bisa menyamai imbal hasil sukuk pemerintah karena kemampuan mereka. Kami tahu di mana kemampuan kami,'' ungkap Jerry.

Saratoga sudah juga mencari waktu yang tepat saat dana dari sukuk itu diperlukan. Biar bagaimanapun, Saratoga tak ingin sembarangan berutang karena profil maturitas utang yang harus dikelola dan bagaimana mengembalikan utang itu.

Jerry melihat, pasar sukuk makin kompetitif dan harga bersaing. Kalau Saratoga menargetkan pasar AS, butuh nilai minimum terbitan 300 juta dolar AS-500 juta dolar AS. Tapi, Saratoga belum akan mengambil utang sebesar itu dan pertimbangan maturitas utang.

Presiden Direktur Saratoga Michael WP Soeryadjaya mengatakan, dalam delapan tahun terakhir, total investasi Saratoga mencapai Rp 7 triliun, dibutuhkan dana rata-rata Rp 1 triliun tiap tahunnya. Tahun ini pun dana investasi yang disiapkan tidak akan berbeda jauh. Selama itu pula, nilai aktiva bersih (NAB) Saratoga tumbuh dari Rp 1,3 triliun pada 2008 menjadi Rp 13,3 triliun pada 2015 dengan tingkat pertumbuhan rata-rata tahunan (CAGR) sebesar 33,5 persen. Hingga kuartal I 2016, NAB Saratoga mencapai Rp 14,8 triliun dari 22 perusahaan investasi.    rep: Fuji Pratiwi, ed: Ichsan Emrald Alamsyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement