Selasa 21 Jun 2016 16:00 WIB

'Tingkatkan Investasi Swasta'

Red:

JAKARTA -- Bank Dunia menyebutkan, ekonomi Indonesia tetap tangguh dengan pertumbuhan PDB yang diproyeksikan mencapai 5,1 persen pada 2016. Namun, pertumbuhan ekonomi dunia yang lebih lamban dari yang diperkirakan akan berdampak pada pulihnya pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Beberapa waktu lalu, Bank Dunia telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia sebesar setengah persen dari proyeksi sebelumnya menjadi 2,4 persen. Khusus bagi Indonesia, ternyata konsumsi masyarakat dan belanja pemerintah memiliki peran penting dalam pertumbuhan.

"Kebijakan keuangan yang penuh kehati-hatian, peningkatan investasi pemerintah di bidang infrastruktur dan reformasi kebijakan telah menopang Indonesia dalam mempertahankan pertumbuhannya di kisaran 5,1 persen," ujar Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia Rodrigo Chaves di Jakarta, Senin (20/6).

Rodrigo menyebutkan, konsumsi masyarakat dan belanja pemerintah diproyeksikan akan menopang pertumbuhan perekonomian Indonesia pada 2016. Sejumlah paket kebijakan yang telah diumumkan oleh Pemerintah Indonesia memang sudah baik, tapi implementasinya belum bisa dipastikan berjalan dengan lancar.

Menurut Rodrigo, Indonesia perlu meningkatkan investasi swasta sebab tekanan pada anggaran pemerintah dapat membatasi pembangunan infrastruktur. Apalagi, penerimaan pemerintah diproyeksikan lebih rendah dan defisit fiskal lebih tinggi 2,8 persen dari PDB. Namun, menurut perhitungan Bank Dunia, 90 persen target investasi yang tercantum di APBN 2016 awal tetap akan terpenuhi.

Sementara, pertumbuhan belanja sektor swasta tetap berada di angka lima persen year on year (yoy). Sedangkan, perkembangan investasi melambat akibat menurunnya belanja pemerintah, sehingga menyebabkan pertumbuhan PDB Indonesia sebesar 4,9 persen yoy pada kuartal I 2016.

Ekonom Utama Bank Dunia di Indonesia Ndiame Diop menjelaskan, pertumbuhan belanja sektor swasta tetap kuat di angka lima persen secara tahunan. Hanya saja, perkembangan investasi tetap yang melambat akibat menurunnya belanja pemerintah, sehingga berdampak pada tumbuhnya PDB Indonesia sebesar 4,9 persen yoy pada kuartal pertama 2016.

Melemahnya permintaan dunia juga akan terus menekan ekspor. Dengan melemahnya sektor komoditas, Indonesia diminta meraih kesempatan memperluas sektor manufaktur dan jasa. Apalagi, peran Indonesia dalam sektor manufaktur dunia tidak banyak berubah dalam 15 tahun terakhir, berkembang rata-rata di kisaran 0,6 persen.

"Ini adalah kesempatan besar untuk terus melaksanakan reformasi yang dapat memperkuat daya saing sektor manufaktur dan jasa, khususnya pariwisata," ucap dia. Selain reformasi yang terus berjalan, penting juga adanya strategi yang berpusat pada pengalihan teknologi atau pembangunan kapasitas terkait desain produk, perencanaan, dan pembangunan industri yang penuh prospek.

Kemitraan dengan sektor swasta juga sangat penting guna meremajakan industri dan naik kelas di bidang teknologi. Karena, saat ini ekspor manufaktur Indonesia didominasi oleh produk teknologi rendah, peleburan materi (blending), dan perakitan. Akibatnya, Indonesia rentan terhadap perpindahan lokasi perusahan-perusahaan multinasional.

Sementara itu, Menteri Perdagangan Thomas Lembong mengatakan, paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah merupakan upaya untuk melakukan reformasi kebijakan dan memberikan sinyal kepada dunia bahwa Indonesia telah mengubah strategi.

Menurutnya, saat ini Indonesia sudah mulai terbuka kepada dunia internasional. Thomas menjelaskan, salah satu perubahan tersebut, yakni mengenai impor. Hampir satu dekade Indonesia tidak terlalu nyaman dengan impor.

Menurutnya, pemerintah saat ini ingin mengubah paradigma bahwa impor tidak selamanya buruk. Apalagi, sebagian besar impor yang masuk, yakni bahan baku dan barang modal untuk industri. "Kalau harus berkompetisi untuk menciptakan barang impor tersebut, sehingga bisa berdaya saing," kata Thomas di Jakarta, Senin (20/6). Selain itu, rendahnya harga komoditas membuat Indonesia harus mengubah orientasinya ke produk yang bernilai tambah. Menurut Thomas, sektor manufaktur nasional harus mengikuti kebutuhan pasar di tingkat regional maupun global.   rep: Rizky Jaramaya, Idealisa Masyrafina, ed: Ichsan Emrald Alamsyah 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement