Kamis 26 May 2016 19:26 WIB

Antara Negeri Liang dan Program Laku Pandai OJK

Red: Arifin

Negeri Liang, sebuah desa di ujung utara Pulau Ambon, masih cukup beruntung.

Menuju ke sana memang tak payah, mengingat jalan raya sudah terbangun dengan baik. Waktu tempuh yang dibutuhkan hanya sekitar satu jam dari pusat Kota Ambon. 

Fasilitas umum seperti sekolah dan puskesmas juga sudah ada. Hanya satu yang masih dikeluhkan warganya, yakni keberadaan pelayanan perbankan konvensional yang belum memadai. Mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) terdekat berada dekat dengan Pelabuhan Tulehu, atau 20 kilometer dari desa. 

Keperluan transaksi elektronik ke Tulehu, kalau tak punya kendaraan pribadi, harus ditebus dengan biaya Rp 25 ribu untuk naik ojek motor. Belum lagi kalau mau ke bank yang harus ditempuh lebih jauh lagi, yakni di Kota Ambon. Ongkos ke sana tentu lebih mahal lagi, terlebih kalau keperluan transaksi hanya sekadar transfer uang. 

Bagi masyarakat perkotaan, yang sudah akrab dengan pembayaran model elektronik dengan sms banking atau e-banking, tentu tak bakal pusing dengan urusan transaksi seperti transfer uang atau cek saldo. Namun, bagi warga Negeri Liang, yang belum semuanya melek teknologi dan literasi keuangan yang belum tinggi, transaksi manual dengan bantuan petugas bank adalah yang terbaik. Setahun belakangan, kesulitan warga untuk ngebutmenuju mesin ATM di Tulehu atau berkejaran dengan waktu demi mampir ke kantor bank di Kota Ambon sudah teratasi. 

Keberadaan agen Laku Pandai (Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif)

terbukti ampuh menyelesaikan nyaris semua kebutuhan masyarakat Liang untuk berbagai jenis transaksi.

Semisal transfer uang, pembayaran listrik, pembelian pulsa, tarik tunai, sampai pembelian tiket pesawat.

Seperti di Negeri Liang ini, warga desa sangat terbantu oleh kiprah Abdul Kadir Drakil (45 tahun). Abdul adalah seorang guru sekolah dasar yang menyambi sebagai pedagang kelontong di rumahnya. 

Tahun lalu, Abdul masih seorang guru yang mengandalkan gajinya dan penghasilan dari warung kecilnya untuk menghidupi keluarganya.

Namun siapa sangka, kini Abdul bisa meraup untung paling tidak Rp 10 juta per bulan. Bahkan, sebagai seorang agen Laku Pandai di bawah otoritas BRI, transaksi yang dikelola Abdul mencapai Rp 1 miliar per bulannya. 

Manfaat adanya agen Laku Pandai dirasakan oleh Ratna Rahala (52 tahun). Ratna yang juga seorang guru, memiliki dua orang anak yang kini melanjutkan pendidikan di ibu kota.

Kondisi ini membuat dia harus kerap melakukan transaksi keuangan, seperti transfer atau pembelian tiket pesawat. Sekarang semua terselesaikan berkat keberadaan Abdul. 

Dalam kunjungannya ke Negeri Liang, Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Rahmat Waluyanto mengakui, keberadaan agen Laku Pandai memang sangat mendesak bagi warga desa yang jauh dari fasilitas lembaga keuangan. Sayangnya, belum banyak agen Laku Pandai di Maluku ini. 

Kendalanya apalagi kalau bukan masalah infrastuktur dan keberadaan jaringan telekomunikasi selular. Data OJK menyebutkan, di Provinsi Maluku saja, baru ada 280 agen Laku Pandai yang dilayani oleh tiga bank yakni BRI, BNI, dan Bank Mandiri. "Nanti kerja sama dengan operator telekomunikasi dan kementerian dan lembaga terkait di sektor transportasi misalnya.

Mudah-mudahan layanan melalui Laku Pandai bisa lebih menyebar," kata Rahmat.  Oleh Sapto Andika Candra, ed: Muhammad Iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement