Rabu 25 Nov 2015 14:00 WIB

Tiga Strategi BKPM Hadapi Persaingan Asia

Red:

JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyiapkan tiga strategi utama dalam menghadapi persaingan ketat menarik investasi di Asia. Asia diprediksi mengalami booming ekonomi atau Abad Asia.

Kepala BKPM Franky Sibarani menyebutkan, tiga strategi tersebut adalah perbaikan iklim investasi, pendekatan pemasaran secara menyeluruh (end to end), dan pemberian insentif investasi untuk menarik minat investasi. Selain itu, Presiden Joko Widodo juga mendorong perubahan pola pikir dan treatment pemerintah dalam hal investasi. Menurut dia, tiga strategi yang dilakukan BKPM itu penting untuk menarik investasi asing dalam kompetisi global di Abad Asia.

Di saat pertumbuhan ekonomi dunia cenderung melemah hampir dua persen pada 2000-an, rata-rata pertumbuhan ekonomi Asia, khususnya Asia Timur, terus tumbuh hingga delapan persen. Asia diperkirakan akan berkontribusi 40 persen terhadap ekonomi global dalam 15 tahun. "Kontribusi itu akan meningkat menjadi 50 persen pada 2050," katanya dalam sambutan acara DBS Asian Insight Conference, di Jakarta, Selasa (24/11).

Beberapa hal akan dilakukan dalam koridor perbaikan iklim investasi. Salah satunya, BKPM meluncurkan layanan pengurusan izin Investasi dalam tiga jam untuk investasi yang mempekerjakan minimal 1.000 TKI dan atau yang bernilai minimal Rp 100 miliar. Dalam layanan izin investasi tiga jam itu, investor dapat mengurus izin investasi, nomor pokok wajib pajak, dan akte pendirian tanah serta ditambah surat booking tanah.

Ke depan, BKPM juga menyiapkan berbagai layanan investasi seperti Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan Nomor Induk Kepabeanan (NIK) untuk dapat masuk dalam layanan investasi tersebut.

"Hingga kini, BKPM juga terus berkoordinasi dengan 22 kementerian teknis dan melakukan pendelegasian melalui PTSP pusat. Hingga September 2015, tercatat 9.600 izin telah diterbitkan," jelasnya.

Franky menambahkan, strategi kedua dengan menjalankan pemasaran dan pelayanan investasi dengan pendekatan yang lebih personal per negara dan end-to-end. BKPM membentuk tim khusus pemasaran untuk masing-masing negara prioritas pemasaran investasi, khususnya di kawasan Asia Timur, Australia, Amerika, Eropa, dan Timur Tengah. 

Langkah ketiga ialah pemberian insentif dan fasilitas lebih menarik. Pada April 2015, pemerintah menambah jumlah lapangan usaha yang berhak menerima tax allowance dari 129 menjadi 143.

Pada Agustus 2015, pemerintah memperluas cakupan tax holiday dari lima menjadi sembilan industri pionir dan memperpanjang masa berlaku hingga 20 tahun. Sejak September 2015, pemerintah meluncurkan enam paket kebijakan ekonomi dengan semangat proinvestasi.

Dengan kontribusi investasi 32 persen dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi, target pertumbuhan ekonomi tahun 2016 yaitu 5,5 persen yang berarti menunjukkan optimisme Indonesia. "Bila melihat perlambatan ekonomi global, ditandai dengan angka pertumbuhan dua persen, sedangkan Indonesia di level lima persen dan negara-negara di kawasan Asia Timur mencapai delapan persen, maka hal itu menunjukkan kesiapan Indonesia menghadapi Abad Asia," katanya.

Untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi tersebut, BKPM belum akan mengubah target realisasi investasi pada 2016 sebesar Rp 594,8 triliun atau naik 14,5 persen dari target. Hingga kuartal III 2015, nilai realisasi investasi sebesar Rp 400 triliun atau meningkat 16,7 persen (yoy).

Penyerapan tenaga kerja langsung tumbuh 16,5 persen dibandingkan 2014. Hampir semua sektor prioritas tumbuh, termasuk industri hilirisasi sumber daya mineral yang mencatatkan kenaikan tertinggi sebesar 67 persen. n ed: zaky al hamzah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement