Senin 20 Apr 2015 16:00 WIB

Industri Diminta Serap Garam Lokal

Red:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

SAMPANG -- Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah mencanangkan pengembangan industri-industri yang menggunakan garam, baik sebagai bahan baku maupun bahan tambahan. Dalam rangkaian kunjungan kerja ke Provinsi Jawa Timur, tepatnya di Sampang, Pulau Madura, Menteri Perindustrian Saleh Husin menyebut, pemerintah mendorong penyerapan garam lokal oleh Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) sehingga memberi dampak positif bagi para petani garam nasional.

"Saya berpesan, ke depannya berapa pun hasil yang diproduksi oleh para petani itu harus bisa ditampung asosiasi (AIPGI)," kata Menteri Saleh Husin setelah menyaksikan acara penandatanganan kontrak kerja sama antara AIPGI dan sejumlah petani dari Asosiasi Petani Garam Republik Indonesia (APGRI), di Kantor Bupati Sampang, Jawa Timur, Sabtu (18/4). Penandatanganan tersebut juga disaksikan Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Farid Al Fauzi dan Bupati Sampang Fannan Hasib.

Berdasarkan data dari Kemenperin, untuk tahun 2015 saja, kebutuhan garam nasional diperkirakan sekira 2,6 juta ton. Selain itu, kebutuhan untuk sektor industri melampaui sektor konsumsi.

Akan tetapi, kualitas garam produksi lokal masih di bawah standar yang diminta industri. Sehingga, kata Menteri Saleh, pemerintah terpaksa memberikan keleluasaan untuk impor garam bagi sektor industri. Total impor garam untuk tahun 2013 mencapai 104 juta dolar AS.

"Produksi kita kan masih sangat kecil untuk kebutuhan garam industri. Mau nggak mau, harus impor," ucap Menteri Saleh.

Menurut Menteri Saleh, salah satu solusi agar garam lokal kian diserap industri ialah pemanfaatan lahan potensial yang belum digunakan. Misalnya, di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), yang dinilai Kemenperin sebagai kawasan yang tepat untuk membangun sejumlah pusat penghasil garam nasional di luar Pulau Madura. Namun, rencana ini masih menemui sejumlah kendala. "Masalah (pembebasan) lahan juga jadi kendala," kata dia.

Ketua AIPGI Tony Tanduk mengungkapkan, untuk tahap pertama, pihaknya menyerap sebanyak 175 ribu ton garam dari petani lokal. Untuk keperluan simbolis, pada acara itu dihadirkan sejumlah truk yang mengangkut total sekira 45 ribu ton.

Sebanyak 15 ribu ton di antaranya ialah garam kualitas (KW) satu. Sedangkan, 30 ribu ton sisanya adalah garam KW dua. "Asosiasi dibentuk sebagai mitra pemerintah dan petani dalam memfasilitasi pengembangan garam lokal untuk sektor industri," ucap Tony Tanduk.

Ketua Asosiasi Petani Garam Republik Indonesia (APGRI) Jakfar Sodikin menyebut, kawasan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) berpotensi menjadi pusat penghasil garam nasional selain Pulau Madura, Jawa Timur. Meskipun Pulau Madura dikenal umum sebagai Pulau Garam, garam Madura diprediksi akan kalah kualitasnya dengan garam NTT. Ini lantaran NTT merupakan provinsi dengan musim kemarau yang panjang.

"Lebih bagus daripada (garam produksi) Madura karena mataharinya lebih panas. Lama teriknya lebih panjang. Jadi, dihasilkan butiran (garam) yang kristal sekali," kata Jakfar Sodikin, di Sampang, Jawa Timur, Sabtu (18/4).  c14 ed: Irwan Kelana

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement