Senin 30 Mar 2015 14:00 WIB

Produk TI Indonesia Lebih Diminati Pasar Global

Red:

JAKARTA -- Produk dan jasa teknologi informasi (TI) Indonesia mampu bersaing di pasar global. Bahkan, produk TI Indonesia mempunyai kelebihan dibandingkan produk sejenis dari Eropa.

"Produk Indonesia lebih maju dalam kreativitas. Sebuah program aplikasi misalnya, tidak hanya terpaku pada fungsi utama produk tersebut, tapi juga bisa mempunyai fitur-fitur tambahan yang mempunyai nilai lebih," kata Ketua Perwakilan Asosiasi Indonesia Global IT (Indoglobit) Eropa, Latif Gau, dalam rilisnya kepada Republika, akhir pekan kemarin.

Latif memimpin sejumlah perusahaan TI di Indonesia yang tergabung dalam Indoglobit di acara Indonesia ICT Day untuk mempresentasikan produk dan jasa kepada 17 perusahaan Eropa, di kantor KBRI Finlandia, Helsinki, Kamis (27/3).

Menurut Latif, daya saing produk TI Indonesia lainnya lebih adaptif untuk menyesuaikan sesuai kebutuhan konsumen. Hal itu sulit dilakukan perusahaan Eropa atau Amerika karena mereka sangat ketat dengan patron yang sudah ada. Selain itu, penyesuaian akan menambah biaya SDM untuk pengembangan. "Karena SDM mereka sendiri terbatas jumlahnya," kata pria asli Bugis yang sudah menetap lebih dari 20 tahun di Belanda tersebut.

Research and Development Director PT Indoguardika Cipta Kreasi (ICK) Sujoko, salah satu perusahaan TI sekuriti teknologi antisadap yang tergabung dalam delegasi Indonesia, mengamini pernyataan Latif. Kemudahan penyesuaian produk, kata dia, merupakan salah satu daya kompetitif produk TI Indonesia dibandingkan perusahan asing.

ICK, misalnya, menawarkan konsep penyesuaian bahkan hingga level algoritme enkripsi dalam produk komunikasi antisadapnya. Jika calon konsumen memiliki algoritme enkripsi yang dikembangkan sendiri, algoritme tersebut dapat ditanamkan dalam produk keluaran ICK. "Produk sejenis dari luar negeri biasanya enggan melayani hal semacam itu. Atau jika mau, pun biasanya akan mengenakan biaya pengembangan yang besar," kata Sujoko.

Hal senada diungkapkan delegasi Indonesia lainnya. Chief Technology Officer Gulfware, Judhi Prasetyo, mengungkapkan, perusahaan pengembang teknologi Radio Frequency Identification (RFID) yang berkantor pusat di Dubai, Uni Emirat Arab. Menurut dia, pasar Timur Tengah menyukai produk TI Indonesia, salah satunya karena bisa memenuhi kebutuhan konsumen secara optimal.

"Permintaan yang macam-macam pun bisa kita layani. Pengembangan produk RFID ini misalnya, kami optimalkan sehingga mempunyai beraneka ragam fungsi yang kami sebut RFID in life. Yakni, teknologi RFID yang bisa diterapkan dalam berbagai aktivitas kehidupan manusia, tidak terbatas dalam identifikasi aset saja," kata pria asal Tegal ini.

Indonesia ICT Day di Helsinki yang dibuka Dubes RI untuk Finlandia, Elias Ginting, merupakan bagian dari dari roadshow promosi produksi dan jasa TI Indonesia di dunia internasional. Sebelumnya, kegiatan yang sama dilakukan di Hamburg, Jerman, Jumat (14/3); di Brussels, Belgia, Senin (23/3); dan Eindhoven, Belanda, Selasa (24/3).

Elias dalam keterangannya, mengatakan sangat mendukung penuh kegiatan ini sebagai bagian dari upaya mempromosikan potensi Indonesia, khususnya di Finandia. Apalagi, pemerintah sudah mencanangkan kebijakan penguatan diplomasi ekonomi dengan negara-negara sahabat.

 "Kami berharap Indonesia nantinya juga bisa diakui sebagai negara produsen produk dan jasa TI dunia. Bukan hanya dikenal sebagai negara tujuan wisata atau penghasil produk kopi saja," ujar Elias.

Latif mengapresiasi peran pemerintah dalam mendukung roadshow promosi produksi dan jasa TI Indonesia kali ini. Peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk menguatkan positioning perusahaan TI di Indonesia dalam persaingan global.

 "Kita jangan sampai kalah dengan produk dan servis TI Vietnam atau Filipina yang sekarang sedang naik daun. Dubes dan menteri mereka bahkan sampai datang langsung ke High Tech Campus Eindhoven, pusat inovasi TI Eropa untuk mengawal perusahaan-perusahaan TI negaranya agar bisa menjalin kemitraan dengan perusahaan-perusahaan global di sana," jelas Latif.

Kalau bergerak lebih aktif, sambung Latif, Indonesia sebenarnya akan lebih dilirik. Karena dengan penduduk yang mencapai 250 juta jiwa, pangsa pasar untuk produk dan jasa TI di negeri kita ini sangat besar. Perusahaan global akan tertarik bermitra dengan perusahaan IT Indonesia demi melihat kesempatan bisnis di ceruk pasar yang besar tersebut.

"Jika terjalin kemitraan dengan perusahaan global, maka perusahaan lokal Indonesia bisa terlibat juga dalam pengembangan produknya. Sehingga, kita tidak melulu hanya sebagai konsumen produk asing, tapi juga berperan sebagai produsen dalam pengembangan produk tersebut," katanya.

Selain roadshow di berbagai kota TI dunia di Eropa, delegasi Indonesia juga sempat menampilkan teknologi canggihnya di pameran TI terbesar dunia, CeBIT 2105, di Hannover, Jerman, (16-20/3) pekan lalu.

Teknologi yang diusung dalam pameran tersebut, antara lain, teknologi anti-tapping atau antisadap dari Indoguardika Cipta Kreasi (ICK), online digital signature dari Bataviasoft, RFID assets dari Gulfware, smart payment system dari PME ITB, SAP Adds on dari Abyor, penetration testing dari Bandung Techno Park, cloud solution dari Qwords, LTE small cell dari Fusi, big data processing dari Solusi247, e-commerce dari Suitmedia, online learning dari Zenius, serta virtual reality dari Sangkuriang.

Sejumlah perjanjian kerja sama dan proyek dengan nilai total jutaan dolar juga diraih misi dagang Indonesia selama pameran dan roadshow. Seperti, perjanjian kerja sama teknologi enkripsi antisadap PT ICK dengan perusahaan mitra di Timur Tengah dan Eropa Barat, pen testing Bandung Techno Park dengan perusahaan asal AS, kerja sama off shore software PT Abyor dengan mitra Jerman, pengembangan produk LTE (Long Term Evolution) PT Fusi, dan PME ITB dengan Prodrive Technology Belanda serta produk big data processing PT Solusi247 dengan perusahaan IRI asal AS.

Roadshow dan pameran ini terselenggara atas prakarsa Kementerian Perindustrian, Kementeriaan Komunikasi dan Informatika, Kementerian Perdagangan, KBRI Brussels, KBRI Den Haag, KBRI Jerman, KJRI Hamburg, KBRI Finlandia, asosiasi Indoglobit, dan Ikatan Ahli dan Sarjana Indonesia (IASI) Jerman. n  ed: irwan kelana

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement