Senin 26 Jan 2015 15:00 WIB

Pabrik Petrokimia Baru Siap Dibangun

Red:

JAKARTA — Kementerian Perindustrian telah menerima perizinan pembangunan pabrik petrokimia di kawasan industri Gresik, Jawa Timur. Pabrik petrokimia ini nantinya akan memproduksi caprolactam dan pupuk ZA. Pembangunan pabrik petrokimia ini dilakukan oleh PT  Elsoro Multi Pratama yang menggandeng sejumlah perusahaan asing sebagai investor.

Presiden Direktur PT  Elsoro Multi Pratama, Elieser Sorohadmodjo, mengatakan, nilai investasi untuk pembangunan pabrik petrokimia ini mencapai 620 juta dolar AS. Sebagai langkah awal, Elieser telah menggandeng perusahaan asal Cina yang telah memberikan kredit ekspor sebesar 380 juta dolar AS.

"Mereka akan mengerjakan divisi kontraktornya, tetapi nanti juga ikut serta dalam membantu equity," ujar Elieser di Jakarta, Ahad (25/1).

Elieser menambahkan, pabrik tersebut akan dibangun di atas lahan seluas 30 hektare dengan kapasitas produksi mencapai 120 ribu metrik ton per tahun. Produk utama yang akan dihasilkan, caprolactam, yakni bahan baku untuk membuat serat nilon 6.

Bahan baku ini banyak digunakan untuk membuat ban, karpet, tekstil, dan jaring ikan.

Selain itu, produk sampingan yang akan dihasilkan oleh pabrik tersebut, yakni amonium sulfat atau pupuk ZA. Elieser mengatakan, kebutuhan pupuk ZA di Tanah Air mencapai 1,7 ton per tahun. Namun, pasokan dari dalam negeri baru 650 ton per tahun.

Elieser mengungkapkan, sebagian besar produk yang dihasilkan pabrik tersebut nantinya akan digunakan untuk memenuhi pasar ekspor. Dari kapasitas 120 ribu metrik ton, sebesar 70 ribu metrik ton telah terjual ke Jerman.

Sedangkan, sisanya, yakni 50 ribu metrik ton di ekspor ke Amerika Serikat. "Kami juga menyediakan produk untuk pasar Indonesia sekitar 10 sampai 20 ribu metrik ton kalau tidak mencukupi kami akan ekspansi," kata Elieser.

Pembangunan pabrik petrokimia ini tidak hanya menguntungkan bagi para investor, tapi juga pemerintah. Menurut Elieser, dengan adanya pabrik ini maka pemerintah akan mendapatkan sejumlah keuntungan, di antaranya substitusi impor dan dapat membantu peningkatan ekspor dengan nilai sekitar 300 juta dolar AS. Selain itu, pabrik ini nantinya dapat menyerap tenaga kerja sebesar 636 orang sehingga dapat membantu pemerintah untuk mengurangi angka pengangguran.

"Kami telah meminta dukungan insentif dari pemerintah berupa tax allowance dan tax holiday. Selain itu, kami berharap harga gas alam untuk industri bisa disesuaikan," ujar Elieser.

Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Harjanto, mengatakan, nilai investasi dari pembangunan pabrik tersebut mencapai 620 juta dolar AS. Dengan nilai investasi sebesar itu, pabrik tersebut akan mendapatkan fasilitas maka perpajakan, yakni tax allowance dan tax holiday karena telah memenuhi kriteria.

"Pembangunan pabrik tersebut merupakan pionir di Indonesia karena sebelumnya baru ada di Cina," kata Harjanto, Ahad (25/1).

Harjanto berharap dengan adanya penambahan pabrik petrokimia, dapat memperbaiki neraca perdagangan petrokimia yang defisit. Pada 2013 lalu neraca perdagangan petrokimia mengalami defisit dengan jumlah sekitar 13 miliar dolar AS.

Padahal, menurut Harjanto, suatu negara dapat dikatakan sebagai negara industri apabila telah menguasai sektor industri baja dan petrokimia. "Dengan adanya pembangunan pabrik baru ini dapat memberikan multiplier effect kepada industri lain," ujar Harjanto.

rep: Rizky Jaramaya  ed: Irwan Kelana

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement