Senin 17 Nov 2014 14:36 WIB

Agar Harga Semen di Papua tak lagi Rp 1 Juta

Red:

Produksi semen oleh PT  Semen Kupang saat ini hanya mampu memenuhi 0,45 persen kebutuhan semen nasional. Pasalnya, dengan kapasitas pabrik dan daya listrik yang terbatas, PT Semen Kupang hanya sanggup memproduksi 300 ribu ton semen per tahun. Angka ini jauh di bawah kebutuhan semen dalam negeri sebesar 65 juta ton per tahun.

Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya mengungkapkan, hal itu pulalah yang menyebabkan harga jual komoditas semen melonjak di Papua. "Di sana wajar kalau harga satu sak semen bisa Rp 1 juta. Soalnya kebutuhan semen Papua masih dipasok dari Jawa atau Sulawesi dengan biaya logistik yang tinggi," jelasnya saat menyambut kunjungan Menteri Perindustrian Saleh Husin, di Kupang, Sabtu (15/11).

Padahal, menurut Frans, bila kapasitas produksi Semen Kupang bisa ditingkatkan, maka kebutuhan semen di Papua bisa dipenuhi oleh Semen Kupang. "Bisa juga memasok ke Maluku hingga Darwin Australia," tambahnya.

Saat ini, lanjut Frans, pasar Semen Kupang hanya sebatas Nusa Tenggara Timur dan Timor Leste. Bahkan, berdasarkan penelusuran Republika, beberapa proyek pembangunan di Kota Kupang masih menggunakan semen Bosowa yang notabene adalah produk Maros, Sulawesi Selatan. Selain itu, Frans menambahkan, dengan konsep tol laut yang sedang gencar dibicarakan, biaya logistik akan jauh lebih murah dan niscaya biaya semen di Papua akan lebih terjangkau.

Untuk itu PT Semen Kupang berencana melakukan peningkatan produksi dengan membangun pabrik baru di Kupang. Pabrik baru ini rencananya akan meningkatkan kapasitas produksi Semen Kupang lima kali lipat, dari sebelumnya 300 ribu ton per tahun menjadi 1,5 juta ton semen per tahun.

Dengan peningkatan produksi tersebut, PT Semen Kupang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan semen lokal hingga ke Maluku, Papua, Timor Leste, dan juga Darwin Australia. Pabrik yang akan dibangun merupakan pabrik ketiga setelah pabrik pertama dengan kapasitas 120 ribu ton per tahun ditutup pada 2007 silam. Pembangunan pabrik ketiga membutuhkan dana investasi sebesar 2,53 triliun rupiah.

Setelah mengalami bleeding hingga medio tahun 2000, PT Semen Kupang melakukan penyehatan dengan dengan sistem KSO (kerjasama operasional). Hingga saat ini, 61 persen saham PT Semen Kupang dimiliki oleh negara, 37 persen oleh Bank Mandiri, dan sisanya oleh pemerintah daerah.

Volume produksi dan penjualan terus mengalami peningkatan, dan RKAP tahun 2014 bisa melampaui kapasitas pabrik. Omzet penjualan semen terus mengalami peningkatan dan pada tahun 2014 diproyeksikan mencapai Rp 339 miliar rupiah.

Selain itu, potensi pasar masih terhitung besar. Kebutuhan di NTT saja sudah hampir 1 juta ton per tahun. Penetrasi pasar ke Timor Leste juga telah dilakukan pada tahun 2013.

Salah satu kendala yang dihadapi Semen Kupang dalam operasionalnya, menurut Direktur Utama Semen Kupang Abdul Madjid Nampira, adalah pasokan listrik yang belum memadai. Proses produksi terhambat sehingga memengaruhi efisiensi kinerja perusahaan.

Menanggapi curhatan dirut Semen Kupang, Menteri Saleh pun berjanji akan mengatasi masalah tersebut dengan merangkul PLN untuk segera menangani kekurangan listrik. "Memang salah satu masalah yang dihadapi adalah energi listrik. Sekalian saja listriknya tidak hanya nanti buat Semen Kupang, tapi juga untuk masyarakat," jelas Saleh Husin.

Selain itu, menteri yang berasal dari NTT itu  juga memaparkan rencananya untuk melakukan pemerataan pembangunan industri di daerah. Hal itu, menurutnya, sesuai arahan Presiden Joko Widodo agar pembangunan tidak lagi terpusat di Pulau Jawa. Dengan begitu, distribusi industri tidak lagi di Jawa. Salah satunya, pusat industri semen di Kupang yang bisa memenuhi kebutuhan semen untuk Indonesia Timur," jelas Saleh.

N c88 ed: irwan kelana

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement