Selasa 26 Aug 2014 13:30 WIB

Perlu Antisipasi Perdagangan Ilegal Saat MEA

Red:

JAKARTA — Anggota DPR RI Fraksi PDIP Arif Budimanta melihat bahwa serbuan barang impor akan makin marak saat Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) terwujud tahun 2015. Penyebabnya, distribusi barang antardaerah yang kurang lancar.

Selama ini biaya distribusi impor lebih murah dibandingkan biaya pengangkutan logistik antardaerah. "Sistem logistik nasional harus diperbaiki sehingga biaya logistik berkurang," kata Arif di Jakarta, Senin (25/8).

Ia menyebutkan, biaya logistik memakan porsi 26 persen dari keseluruhan biaya produksi. Pemerintah juga perlu melakukan peningkatan pengawasan dan patroli di perbatasan guna mengurangi penyelundupan.

Arif menambahkan, saat ini impor yang dilakukan masih didominasi oleh impor bahan baku atau penolong. Sedangkan, ekspor masih didominasi oleh industri pengolahan.

Deputi Bidang Perindustrian Perdagangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Edi Putra Irawady, menyatakan kekhawatiran serupa. Maraknya perdagangan ilegal diantisipasi dengan menyiapkan fasilitas terkait Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Selain itu, pencetakan wirausaha baru juga disiapkan untuk menghadapi pasar ASEAN.

Ia mengemukakan, pemerintah yakin era MEA tidak akan mematikan industri dalam negeri. Selain itu, konsumen terlindungi dengan standar tinggi dalam perlindungan dan keamanan produk, termasuk pangan.

Edi menambahkan, tidak perlu khawatir MEA menghadang target bea masuk yang ditetapkan pemerintah. Sejak marak perdagangan antarnegara ASEAN tahun 2010, pemerintah selalu bisa memenuhi target yang ditetapkan. "Yang penting walaupun nol persen, standar tinggi harus dijaga," ujarnya kepada Republika, Senin (25/8).

Pendapatan bea masuk dalam RAPBN 2015 ditargetkan mencapai Rp 37.203,9 miliar. rep:meiliani fauziah ed: irwan kelana

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement