Senin 26 May 2014 13:12 WIB
Industri Nonmigas

Top! Industri Nonmigas Tumbuh 5,56 Persen

Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)
Foto: sustainabilityninja.com
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Industri nonmigas nasional tumbuh sekitar 5,56 persen pada triwulan I tahun ini. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,21 persen.

Sekjen Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Anshari Bukhari mengatakan, pemerintah menargetkan pertumbuhan industri nasional sebesar 6,5 persen pada 2014. “Kalaupun ada koreksi pertumbuhan industri, saya kira tidak banyak, masih dapat enam persen,” ujarnya, Ahad (25/5).

Ia mengatakan, sejumlah kelompok industri masih akan menyumbang pertumbuhan yang besar, antara lain, industri makanan dan minuman, industri alat angkut, mesin dan peralatannya, serta industri berbasis pertanian dan perkebunan (agro). Pelarangan ekspor mineral dan batu bara juga akan memberi dampak pada pertumbuhan industri di sektor logam.

Selain itu, ia menilai investasi asing maupun domestik masih mengalir ke Indonesia dan konsumsi dalam negeri juga masih besar. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang masih tinggi pun memberi stimulasi pada peningkatan ekspor produk agro.

 

Berdasarkan data Kemenperin, pada triwulan I 2014 sejumlah industri yang mampu mendulang pertumbuhan tinggi, antara lain, kelompok industri makanan, minuman, dan tembakau (9,47 persen), industri alat angkut, mesin, dan peralatan (6,03 persen), serta industri barang kayu dan hasil hutan lainnya (5,17 persen).

Selain itu, investasi sektor industri pada periode yang sama untuk penanaman modal dalam negeri (PMDN) naik 1,73 persen menjadi Rp 11,11 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan, penanaman modal asing turun 23,47 persen menjadi 3,49 miliar dolar AS.

Kinerja ekspor nonmigas pada neraca perdagangan kuartal I 2014 menguat. Ekspor nonmigas memberikan kontribusi besar terhadap surplus neraca perdagangan. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyatakan, kinerja yang baik ini sejalan dengan kondisi ekonomi global yang membaik. Perekonomian Cina tidak berimbas pada neraca perdagangan dalam negeri.

“Peningkatan kinerja ekspor nonmigas menciptakan surplus hingga dua miliar dolar AS,” ujarnya. Ekspor nonmigas didominasi oleh sektor industri sebesar 66 persen dari seluruh produk ekspor. Kemudian, ekspor sektor industri meningkat 3,6 persen atau senilai 29,3 miliar dolar AS pada triwulan I 2014.

Membaiknya kinerja ekspor juga ditunjukkan dengan kinerja ekspor produk manufaktur yang meningkat. Di antaranya, perhiasan 112,5 persen, bahan kimia organik 41,4 persen, produk perikanan dan udang 22,4 persen, benda dari besi dan baja 15,7 persen, serta barang dari plastik 7,6 persen.

Selain ekspor yang menguat, penurunan impor juga memberikan kontribusi terhadap surplus. Saat ini, tercatat penurunan impor sebesar 5,6 persen dan permintaan impornya sebesar 4,3 persen dibandingkan tahun lalu. “Ini menjadi berita gembira, mengingat impor migas selalu meningkat,” katanya.

Total impor periode Januari hingga Maret 2014 mencapai 43,2 miliar dolar AS atau menurun sebanyak 5,3 persen. Kemudian, impor hasil minyak mengalami penurunan sebesar 6,7 persen dan impor gas sebesar empat persen.

Surplus perdagangan nonmigas secara total mencapai 673,2 juta dolar AS. Selain itu, negara mitra dagang yang berkontribusi paling besar, yakni India, Amerika Serikat, Belanda, Filipina, dan Uni Emirat Arab. Secara keseluruhan negara mitra menyumbang surplus sebesar 0,5 hingga 1,9 miliar dolar AS.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance Eko Listiyanto menilai bahwa surplus neraca perdagangan tak lepas dari peningkatan ekspor nonmigas, khususnya golongan barang bahan bakar mineral maupun lemak dan minyak hewan nabati. Sedangkan dari sisi impor, Eko menyebut adanya penurunan impor seiring penurunan permintaan di dalam negeri. n nora azizah/antara ed: fitria andayani

Grafis

Peningkatan Kinerja Ekspor Produk Nonmigas

(Kuartal I 2014)

Perhiasan : 112,5 persen

Bahan Kimia Organik : 41,4 persen

Produk Perikanan dan Udang : 22,4 persen

Benda Besi dan Baja : 15,7 persen

Barang plastik : 7,6 persen

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement