Sabtu 24 Sep 2016 17:00 WIB

Satgas Karhutla akan Dibubarkan

Red:

PEKANBARU-- Panglima Kodam I/Bukit Barisan Mayjen TNI Lodewyk Pusung mempertimbangkan untuk membubarkan Satuan Tugas Kebakaran Hutan dan Lahan Riau. Ia juga mempertimbangkan untuk mencabut status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan di provinsi tersebut, menyusul tibanya musim hujan.

"Satgas akan dihentikan kegiatannya jika BMKG menyatakan bahwa Riau telah memasuki musim hujan. Kita bekerja atas prediksi BMKG (Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika)," kata Mayjen TNI Lodewyk Pusung kepada //Antara// di Pekanbaru, Jumat (23/9).

Pada Jumat pagi, Pangdam Bukit Barisan melakukan kunjungan kerja dan memimpin rapat di Posko Satgas siaga darurat Karhutla Riau, Lanud Roesmin Nurjadin. Dalam pertemuan itu, hadir pula perwakilan BMKG daerah. BMKG memaparkan, Riau telah masuk musim hujan dengan intensitas sedang. Puncak musim hujan di Riau diperkirakan pada Oktober-November.

Kepala BMKG Pekanbaru, Sugarin memaparkan, Riau secara umum memasuki musim hujan. Hal itu disebabkan arah angin dari barat yang membawa uap air cenderung ke Riau dan kelembapan juga cukup tinggi.

Mendengar informasi ini, Pangdam mengatakan, akan membahas informasi dari BMGK ini dan usulan pembubaran satgas dengan Pemerintah Provinsi Riau dan BMKG. Apakah pemprov sepakat mencabut status siaga darurat karhutla lebih cepat, atau tetap menunggu hingga akhir November, saat lewat puncak musim hujan.

Pangdam menambahkan, meskipun status siaga darurat karhutla dicabut nantinya, kesiapsiagaan aparat tetap terjaga. Konsep pencegahan terpadu, menurut dia, tetap dilaksanakan. "Tambah kanal 'blocking', perbanyak embung-embung air dan sosialisasi pencegahan karhutla ke masyarakat. Itu harus tetap dilaksanakan meski Satgas dihentikan," ujar Lodewyk. Jangan sampai Riau, menurut dia, hanya sibuk mencegah karhutla saat kebakaran terjadi.

Pada Jumat, BMKG pusat menyebutkan, 22 titik panas berada di Sumatra dengan tingkat kepercayaan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di atas 50 persen. Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Pekanbaru Slamet Riyadi, di Pekanbaru, mengatakan satelit kembali mendeteksi titik panas setelah kemarin terpantau hanya satu titik.

"Kemarin sore, satelit hanya pantau satu titik panas terdapat di Sumatra, yakni di Provinsi Bengkulu. Tapi pukul 07.00 WIB pagi ini, 22 titik panas tersebar pada lima provinsi," kata dia. Lima provinsi tersebut, yakni berada di wilayah Sumatra Barat dan Sumatra Selatan terdeteksi sama-sama memberi sumbangan enam titik panas.

Lalu, di wilayah daratan di Sumatra Utara terpantau menyumbang lima titik panas, Jambi terdeteksi dengan jumlah empat titik panas dan Lampung dua titik panas. Sedangkan di Riau, terdeteksi satu titik dan berada di Kabupaten Rokan Hilir. Tapi, titik itu belum menjadi titik api atau memiliki tingkat kepercayaan karhutla lebih dari 70 persen.

Tahun 2016 ini, Riau berhasil menekan karhutla secara signifikan hingga 60 persen. Meski tidak sepenuhnya berhasil mencegah munculnya karhutla, Riau dipastikan bebas kabut asap yang terus terjadi selama 18 tahun terakhir. Berbeda situasinya dengan tahun 2015, ketika Riau termasuk yang paling parah terdampak kebakaran hutan dan lahan.

Apresiasi

Satgas Karhutla terdiri atas aparat pemerintah dan sipil. Aparat pemerintah, seperti TNI, Polri, Manggala Agni, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan warga sipil relawan. Pangdam mengucapkan penghargaannya kepada seluruh petugas satgas karhutla yang sudah bekerja baik. "Ini adalah kerja keras luar biasa kita semua," kata Pangdam.

Ia membandingkan pada bulan yang sama tahun 2015 lalu, seluruh aktivitas masyarakat terganggu, bandara lumpuh, dan asap tebal menyelimuti Riau. Namun, pada 2016 ini, Riau dipastikan bebas kabut asap akibat bencana tahunan karhutla.

"Tahun lalu, pada bulan yang sama saat saya ke Pekanbaru, saya harus ke Padang (Sumbar) untuk dapat terbang akibat bandara Pekanbaru lumpuh. Sekarang kita lihat, sepanjang tahun Riau bebas asap," kata Lodewyk. Meski begitu, dalam beberapa waktu terakhir sempat terpantau sejumlah titik api, menurut dia, satgas bertindak cepat dan berhasil mengatasinya hingga tidak menimbulkan asap.

Selain memang kerja keras petugas gabungan, keberhasilan itu karena Riau selama 2016 mengalami musim kemarau basah akibat efek La Nina. Saat ini, Satgas Karhutla Riau memiliki kekuatan udara untuk penanggulangan lebih cepat. Di antaranya, dua unit MI-8, satu unit heli MI-171, satu unit heli Sikorsky, satu unit heli Bolkow 105, serta dua unit pesawat Air Tractor.      antara, ed: Stevy Maradona

FAKTA DATA KARHUTLA RIAU 2016

- 3.743 hektare hutan dan lahan yang hangus terbakar

- 93 orang sudah ditetapkan sebagai tersangka perorangan kasus karhutla

- 2 korporasi, PT WSSI dan PT SSP terjerat kasus karhutla

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement