Jumat 26 Feb 2016 14:00 WIB

Pemerintah Harus Larang Situs LGBT

Red:

JAKARTA --  Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait mengatakan, apa pun alasannya LGBT tak boleh mempromosikan diri di Indonesia, baik lewat kampanye maupun lewat media sosial, seperti Facebook, Twitter, dan lainnya.

Pemerintah, ujar dia,  pasti bisa membatasi dan mengendalikan situs-situs promosi LGBT. "Terbukti selama ini Komnas PA  bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika bisa mengendalikan situs radikal, porno, dan situs yang mengandung kekerasan," ujarnya, Kamis (25/2).

Situs ataupun konten yang mempromosikan LGBT harus ditutup supaya  masyarakat, terutama  anak-anak dan remaja, hanya mendapatkan informasi yang baik. Ada media sosial yang mempromosikan gay, pengikutnya sampai 3.000. Itu salah satu dampak negatif kalau konten promosi LGBT tidak ditutup.

Dia mengkhawatirkan ada anak-anak serta remaja yang galau lalu mendapatkan informasi dari media sosial yang kontennya mempromosikan gaya hidup LGBT. Mereka kemudian meniru dan mempraktikannya dalam kehidupan.

"Makanya jangan heran kalau ada anak remaja jadi gay dan lesbi, sebab mereka bisa saja mencontoh situs atau media sosial yang mempromosikan gaya hidup LGBT," kata Arist.

Sementara itu, KPI mengeluarkan surat edaran agar lembaga penyiaran televisi tidak menampilkan karakter pria bergaya kemayu atau  sebaliknya. Lembaga penyiaran dan pihak-pihak terkait konten penyiaran sebaiknya penuhi imbauan KPI.

"Edaran imbauan KPI sangat baik sekali. Imbauan itu sesuai aspirasi masyarakat dan nilai-nilai lokal Indonesia," ujar anggota Komisi I DPR Ahmad Zainuddin, Kamis (25/2).

Imbauan itu, kata dia,  tidak hanya ditujukan kepada lembaga penyiaran televisi secara khusus, tetapi secara tidak langsung juga kepada pihak-pihak yang terlibat dalam produksi konten televisi. Baik production house, pengarah acara, maupun selebritas.

Menurut dia, konten hiburan di televisi saat ini sudah banyak yang melampaui batas nilai-nilai masyarakat. Dia mencontohkan, sinetron konflik rumah tangga, lawakan-lawakan mencela orang lain, ataupun panggung-panggung glamor. rep: Retno Wulandhari/Dyah Ratna Meta Novia, ed: Muhammad Hafil

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement