Ahad 14 Feb 2016 13:42 WIB

Mafia Diduga Bermain di Balik Naiknya Harga Beras

Red: operator

Republika/Yasin Habibi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

REPUBLIKA.CO.ID,  LAMPUNG--Pemerintah menduga permainan mafia yang mengatur pemasokan beras di Indonesia menyusul merangkaknya harga bahan pokok ini pada awal tahun.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengungkap, beras medium sempat mencapai 9.000 per kilogram pada awal 2016. Harga beras kemudian turun mencapai Rp 7.500 per kilogram pada awal pekan Februari ini. Turunnya harga beras ini, kata Amran, karena dinilai sudah memasuki masa panen.

Atas kondisi tersebut, Amran menilai adanya anomali yang terjadi. "Padahal, sekarang ini seharusnya (Januari sampai Februari) merupakan musim paceklik," ujar Amran kepada wartawan di Lampung, Jumat (12/2).

Sementara, jumlah pasokan beras juga malah naik dua kali lipat. Amran mencontohkan stok beras di salah satu pasar yang sebelumnya dikunjungi oleh nya, yakni Pasar Beras Induk Cipinang, Jakarta. Stok pada 2016 ini di pasar tersebut mengalami kenaikan luar biasa dari 29.458 ton menjadi 50.383 ton.

Melonjaknya pasokan beras ini dipastikan bukan karena masuknya beras impor. Hal ini karena ciri-ciri beras yang ditemukan Kementerian Pertanian (Kementan) bukan karakter beras impor. Kementan juga memastikan beras impor masih disimpan dan belum digelontorkan ke masyarakat. "Ada beberapa hal yang mengungkapkan adanya anomali ini," ucap Amran.

Pertama, kata Amran, Indonesia itu sempat meng alami El Nino parah sekali sebelumnya. Kemudian, Januari hingga Februari seharusnya memasuki musim paceklik. Sementara, lanjut dia, pasokan beras dalam negeri malah melonjak dua kali lipat. Dia berpendapat, kondisi ini jelas aneh se kali, apalagi harga beras turun saat menjelang masa panen. "Ini jelas ada yang menimbun beras pa da El Nino kemarin dan ini menyedihkan," katanya.

Secara terpisah, rapat koordinasi Bank Indonesia bersama pemerintah pusat dan daerah di Kupang, Nusa Tenggara Timur, menghasilkan 10 rekomendasi perbaikan sistem logistik yang dinilai merupakan salah satu kunci penguatan ketahanan pangan dan pengendalian inflasi daerah.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menilai, perbaikan sistem logistik di Tanah Air, khususnya untuk bahan pangan strategis, dapat membantu bank sentral dalam mengendalikan laju inflasi.

Pada 2016, ada risiko tekanan inflasi, khususnya dari harga pangan yang tipenya bergejolak atau volatile food. "Ketika inflasi rendah, kita ingin ini terjaga ke depan," ujar Agus seusai rakor di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Jumat malam (12/2).

Sepanjang 2015, ujar dia, laju inflasi mencapai 3,35 persen, di batas bawah target inflasi bank sentral tiga-lima persen. Fenomena El Nino yang terjadi pada tahun lalu memengaruhi masa tanam dan masa panen sejumlah tanaman pangan dan kemudian juga sempat mengerek inflasi. rep: Wilda Fizriyani antara, ed: Nashih Nashrullah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement