Jumat 29 May 2015 14:00 WIB

Lemhanas Belum Cerminkan Sukarno

Red:

JAKARTA -- Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) mengakui, di usia institusinya yang menginjak 50 tahun belum memenuhi idealisme penggagasnya. Yakni, presiden pertama Indonesia, Sukarno.

Gubernur Lemhanas Budi Susilo Supandi mengatakan, 50 tahun yang lalu, tepatnya 20 Mei 1965, lembaga ini resmi mulai berdiri. Lemhanas kemudian menjalankan tugas yang diamanahkan para penggagas Lemhanas.

Sebagai pejabat Lemhanas, pihaknya mengaku memahami apa yang melatarbelakangi pendirian lembaga ini. "Kita (Lemhanas) menyiapkan kader pemimpin bangsa dan sebagai lembaga kajian strategis terkait ketahanan nasional. Kedua tugas itulah yang hingga saat ini tetap dipegang teguh, konsisten oleh Lemhanas," ujarnya saat memberikan kuliah presiden (Presidential Lecture) dalam rangka ulang tahun Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Indonesia ke-50, di Jakarta, Kamis (28/5).

Sesuai dengan tugas pokok fungsi (tupoksi) yang diemban, pihaknya mengklaim telah memberikan pengabdian untuk bangsa dan negara. Namun demikian, kata dia, harus disadari apa yang dilakukan Lemhanas masih belum memenuhi idealisme Sukarno saat meresmikan lembaga ini.

"Persoalan kebangsaan ini masih mengemuka di berbagai tataran. Pancasila yang merupakan ideologi dan jati diri bangsa seolah semakin jauh," katanya.

Sementara itu, semangat gotong-royong semakin jauh dari masyarakat perkotaan dan bahkan perdesaan. Di satu sisi, generasi penerus bangsa memiliki pemahaman yang semakin apatis. Di sisi lain, teknologi informasi dan komunikasi semakin mendominasi interaksi kehidupan sosial masyarakat Indonesia.

Sementara itu, presiden kelima Indonesia, Megawati Soekarnoputri, yang hadir pada acara tersebut menegaskan bahwa Lemhanas bukan sekadar legalitas untuk meniti karier.

"Lemhanas adalah wadah untuk menggembleng dan mempertemukan calon-calon pemimpin bangsa, bukan sekadar legalitas untuk meniti karier. Bukan pula lembaga stempel sertifikasi kepemimpinan," ujarnya.

Ia menegaskan, lembaga ini dirancang sedemikian rupa agar para calon pemimpin dari seluruh penjuru Tanah Air berkumpul, bergotong-royong, melakukan kerja kolektif, dan merumuskan jalan untuk Indonesia raya. Ayahnya yang juga presiden pertama Indonesia, Sukarno, dikatakannya menempatkan lembaga ini sebagai think tank para pemikir pejuang yang berpijak dari posisi Indonesia yang strategis secara geopolitik. 

Indonesia pada era sekitar 1960-an dikepung kekuatan neoimperialisme yang kembali ingin bercokol di Tanah Air. Kekuatan tersebut, kata dia, mengetahui dengan pasti betapa kaya rayanya negeri ini.

"Namun, Bung Karno lebih memilih mendidik putra-putri Indonesia terbaik untuk berdikari. Kondisi inilah yang menjadi latar belakang berdirinya Lemhanas," ujarnya.

Lemhanas disebutnya menjadi fondasi institusional untuk mempercepat terwujudnya cita-cita kemerdekaan. Melalui lembaga ini juga, Sukarno ingin membentuk 100 persen patriot bangsa, nasionalis sejati, dan unggul dalam pemahaman geopolitik untuk kedaulatan bangsa. ed: muhammad hafil

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement