Jumat 13 Jan 2017 15:00 WIB

Hanya Ditemui Teten, Mahasiswa tak Puas

Red:
Sejumlah mahasiswa yang tergabung BEM Seluruh Indonesia melakukan aksi bela rakyat 121 di Depan Isatan meredeka, Jakarta, Kamis (12/1).
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah mahasiswa yang tergabung BEM Seluruh Indonesia melakukan aksi bela rakyat 121 di Depan Isatan meredeka, Jakarta, Kamis (12/1).

JAKARTA -- Ribuan mahasiswa yang tersebar di 19 daerah serentak menggelar aksi unjuk rasa, Kamis (12/1). Mereka menuntut pemerintah Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla membatalkan sejumlah kenaikan tarif, yang diberlakukan sejak awal tahun ini. Aksi serentak ini adalah aksi terbesar terhadap pemerintah pada awal tahun baru.

Selain di Ibu Kota, aksi mahasiswa juga digelar di Aceh, Padang, Riau, Jambi, Palembang, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Samarinda, Banjarmasin, Pontianak, Mataram, Gorontalo, dan Merauke.

Di Jakarta, seribuan mahasiswa yang berasal dari sejumlah perguruan tinggi di Jabodetabek menggelar aksi unjuk rasa di kawasan ring satu Jakarta. Mereka menilai, kebijakan pemerintah belakangan semakin menyengsarakan kehidupan rakyat.

Para pengunjuk rasa mulanya berkumpul di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, untuk kemudian menuju Istana Merdeka. Mereka membawa spanduk dan poster berisi protes soal kebijakan pemerintah. Mereka sempat melakukan orasi di depan kompleks Kantor Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Jakarta Pusat.

Di depan instansi yang dipimpin Puan Maharani itu, mereka meneriakkan yel-yel yang berisi tuntutan agar pemerintah segera bertobat. "Tobat! Tobat Jokowi! Tobat Jokowi sekarang juga!" teriak salah satu orator dari mobil komando, Kamis sore.

Koordinator Wilayah BEM-SI Jabodetabek-Banten, Fikri Azmi mengatakan, awal 2017 seharusnya bisa menjadi momen pembuka menuju perjalanan baru, awal dari harapan baru, dan awal perbaikan baru untuk bangsa Indonesia. "Hari ini kita justru menyaksikan pemerintah Jokowi menghadiahkan kado awal tahun yang mencederai perjalanan, harapan, dan perbaikan baru untuk bangsa Indonesia," ujar Azmi.

Kado itu, menurut dia, berupa kenaikan tarif dasar listrik, kenaikan harga BBM, juga kenaikan tarif pengurusan STNK dan BPKB. "Kami pun sudah bosan melihat dagelan dan drama politik, yang tidak ada habisnya ketika setiap pejabat saling melempar permasalahan yang ada di perut pemerintahan saat ini," ucapnya.

Unjuk rasa kali sempat membuat arus lalu lintas dari arah selatan Jakarta menuju kawasan Harmoni terhambat. Perjalanan bus Transjakarta dari arah Blok M menuju Kota tersendat saat hendak melewati Jalan Merdeka Barat. Sejumlah aparat kepolisian yang dibantu petugas Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta pun terlihat sibuk mengatur lalu lintas di sekitar lokasi unjuk rasa.

Para mahasiswa kemudian melakukan long march dari titik kumpul Patung Kuda menuju Istana Negara. Barisan long march mendapatkan pengawalan dari pihak kepolisian yang dipimpin langsung oleh Kapolres Jakarta Pusat, Kombes Dwiyono.

Hingga lewat pukul 18.00 WIB yang semestinya menjadi batas waktu unjuk rasa, massa belum bubar. Massa demonstran itu nyaris mengalami bentrokan dengan aparat kepolisian, yang mulai berusaha menghalau mereka menggunakan meriam air.

Para demonstran terus menggelar orasi di  Jalan Merdeka Barat dan membakar keranda, yang disimbolkan sebagai lambang matinya keadilan. Beberapa perwakilan mahasiswa sempat mendatangi Istana Negara dengan niat untuk menemui Presiden Joko Widodo. Sesampainya di Istana Negara, para aktivis hanya disambut oleh Kepala Staf Kepresidenan, Teten Masduki.

Kepada perwakilan mahasiswa, Teten menyodorkan kertas kontrak politik yang berisi empat butir pernyataan. Yang pertama, pemerintah menjamin tidak akan terjadi kelangkaan BBM bersubsidi di indonesia.

Butir kedua, pemerintah menjamin dampak kenaikan harga BBM nonsubsidi tidak akan menyebabkan kenaikan harga-harga bahan kebutuhan pokok di tengah-tengah masyarakat. Ketiga, pemerintah mengatakan, peruntukan listrik bersubsidi nantinya bakal tepat sasaran. Sementara itu, di butir keempat pemerintah menyatakan kenaikan tarif STNK dan BPKB digunakan untuk meningkatkan pelayanan lembaga kepolisian.

Salah satu pemimpin aksi, Bagus Tito Wibisono mengaku, tidak puas dengan respons yang ditunjukkan Jokowi terhadap aspirasi yang disampaikan mahasiswa hari ini. Dia menilai, Presiden telah bermain-main dalam membuat kebijakan, sehingga menyebabkan rakyat menjadi kian menderita.

Di Bandung, Jawa Barat, mahasiswa yang tergabung dalam BEM-SI Jawa Barat menggelar unjuk rasa di depan Gedung Sate dengan tuntutan serupa. Selepas menyampaikan orasi di depan Gedung Sate, massa mahasiswa lalu melakukan aksi jalan mundur dari depan Gedung Sate menuju Gedung DPRD Jabar yang berada di Jalan Diponegoro. Aksi ini sebagai simbolisasi kemunduran pemerintah dalam mengelola negara.

Ratusan mahasiswa yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa Semarang Raya juga menyuarakan penolakan terhadap berbagai kebijakan pemerintah Jokowi- JK di halaman kantor Gubernur Jawa Tengah, kemarin.  "Pemerintah telah abai. Kebijakan yang diberlakukan hampir bersamaan waktunya ini jelas memberatkan rakyat," kata koordinator aksi Aliansi Mahasiswa Semarang Raya, Jadug Trimulyo, di sela-sela aksi.

Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Lampung Bela Rakyat (Gemalara), juga menggelar aksi di Bundaran Tugu Adipura, Kota Bandar Lampung. Sedangkan di Yogyakarta, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Pembebasan melakukan aksi damai di depan pintu masuk Gedung DPRD DIY.        Ahmad Islamy Jamil, Muhyiddin, Zuli Istiqomah, Bowo Pribadi, Mursalind Yasland, ed: Fitriyan Zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement