Kamis 12 Jan 2017 14:00 WIB

Obama: Selamat Tinggal

Red:

 

Reuters/Jonathan Ernst          

 

 

 

 

 

 

 

 

CHICAGO -- Barack Hussein Obama menyampaikan pidato terakhirnya sebagai presiden Amerika Serikat (AS) pada Selasa (11/1) malam waktu setempat. Ia memamerkan sejumlah capaian selama sewindu menjabat dan mewanti-wanti arah demokrasi AS menyusul maraknya sentimen-sentimen antiimigran dan Islamofobia belakangan.

Presiden keturunan kulit hitam pertama di AS tersebut memilih menyampaikan pidato perpisahannya di Chicago, Illinois. Kota tersebut sempat menjadi tempat Obama tumbuh dewasa. Pintu lokasi pidato perpisahan, McCormick Place, telah dibuka sejak sore. Ribuan orang mengantre sejak Sabtu pagi pekan lalu untuk membeli tiket acara.

Dalam pidatonya, Obama menyeru agar rakyat AS tetap menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi yang dianut Amerika. Hal itu ia sampaikan menyusul sejumlah kecenderungan di AS yang menurutnya membahayakan negara tersebut. "Kita melemahkan ikatan kita bila menganggap sebagian lebih Amerika dari yang lainnya," kata Obama mengacu pada ketakutan terhadap imigran yang marak belakangan.

Pria yang merupakan anak dari ayah berkebangsaan Kenya dan ibu kulit putih AS itu juga meminta warga AS tak lagi menyoal perbedaan, seperti latar belakang ras, orientasi seksual, agama, ataupun latar perekonomian. Obama tak lupa menyampaikan pencapaiannya selama menjadi presiden.

Menurutnya, semenjak menjabat, tak ada aksi terorisme besar di tanah AS dan lebih banyak warga AS yang memiliki asuransi kesehatan. "Dan, tewasnya Usamah bin Ladin," kata dia disambut tepuk tangan riuh.

Terkait penerusnya, Donald Trump, Obama menjanjikan akan terjadi transisi kekuasaan yang mulus. Kendati demikian, Trump sebagai presiden terpilih tak mengomentari pidato Obama, kemarin, baik secara langsung maupun lewat Twitter, seperti kebiasaannya.

Obama juga berterima kasih kepada keluarganya serta Wakil Presiden AS Joe Biden yang dianggapnya sebagai saudara. Ia beberapa kali tampak mengusap air mata sepanjang menyampaikan pidato kemarin. "Yes we can. Yes we did. Yes we can," ujarnya menutup pidato dengan slogan pada masa kampanyenya 2008 lalu.

Pidato Obama kemarin langsung disambut berbagai pujian di dunia maya. Para netizen di AS menyatakan kebanggaan mereka pernah memiliki Obama sebagai presiden. "Ia telah melayani negeri ini dengan keanggunan, kesederhanaan, dan kasih sayang. Saya bangga menyebutnya seorang teman," kata pebasket legendaris Magic Jhonson melalui akun Twitter-nya. Senator dari Partai Demokrat Elizabeth Warren juga berterima kasih kepada Obama yang menurutnya telah menyelamatkan perekonomian AS.

Obama yang sempat menghabiskan masa kecil di Indonesia terpilih menjadi presiden AS menggantikan George W Bush dan dilantik pada awal 2009. Kandidat Partai Demokrat tersebut sepanjang masa kampanye menawarkan nilai-nilai optimisme dan perubahan.

Pada masa awal menjabat, Obama mewarisi krisis ekonomi 2008. Perlahan, Obama membawa AS melampaui masa-masa kelam tersebut. Pada masa akhir jabatannya, jutaan warga AS telah kembali memperoleh pekerjaan dan angka pengangguran kembali ditekan. Ia juga meluaskan asuransi kesehatan bagi warga AS dan menerbitkan banyak regulasi yang menjamin kebebasan sipil.

Tak lama setelah menjabat, Obama diganjar dengan penghargaan Nobel untuk perdamaian. Meski begitu, rekaman kebijakan luar negerinya, terutama terkait penggunaan pesawat tanpa awak untuk membunuh para terduga teroris di berbagai negara serta menimbulkan korban sipil, membuat sebagian pihak meragukan pantas tidaknya Obama meraih penghargaan tersebut.

Obama turun dari jabatan dengan salah satu tingkat kepuasan paling tinggi dalam sejarah AS. Kendati demikian, ia tak mampu membantu partainya memenangi pemilu pada akhir 2016 lalu. Calon yang ia dukung, Hillary Clinton, memenangi suara populer, tapi tak terpilih sehubungan sistem perwakilan pemilih yang dianut AS.     rep: Lida Puspaningtyas, Fira Nursya'bani, Dyah Ratna Meta Novia, Crystal Liestia Purnama, ed: Fitriyan Zamzami

***

Janji Obama untuk Umat

Pada 4 Juni 2009, Presiden Barrack Obama menyampaikan pidato perdana yang ia tujukan khusus bagi komunitas Muslim sedunia. Bagaimana janji-janji dalam pidato tersebut ia laksanakan dalam sewindu masa jabatannya?

Melawan stereotip negatif tentang Islam dan Muslim di AS

-    Obama berulang kali melakukan hal tersebut, namun Islamofobia tetap meningkat tajam di masa jabatannya.

Menarik pasukan AS dari Irak dan Afghanistan

-    Janji itu dilakukan dan diganti dengan peningkatan penggunaan pesawat tanpa awak. Ratusan warga sipil tewas akibat kebijakan itu.

Menghapuskan praktik penyiksaan oleh intelijen dan militer Irak

-    Penyiksaan masih dilakukan, salah satunya berujung pada eksekusi Usamah bin Ladin pada 2011.

Menutup penjara di Guantanamo Bay

-    Penjara yang menahan banyak Muslim tanpa proses pengadilan itu masih beroperasi meski jumlah tahanannya berkurang.

Menyudahi penderitaan warga Palestina

-    Janji ini tak terlaksana. AS malah meningkatkan bantuan militer ke Israel meski pada akhirnya ikut mengecam permukiman ilegal negara tersebut.

Menjalin perdamaian dengan Iran

-    Kesepakatan damai dengan Iran sekaligus lanjutan perundingan nuklir terwujud pada 2015 lalu.

Mendorong perdamaian dan demokrasi Timur Tengah

-    Selama masa Obama, situasi di wilayah itu kian tak terkendali dengan munculnya ISIS serta berlanjutnya perang sipil yang menewaskan ribuan warga di sejumlah negara.

Sumber: pendataan dari berita-berita AP/Reuters/the Guardian

Perbandingan George W Bush dan Obama *

Tingkat Pengangguran

Bush: 7,8 persen

Obama:  5,0 persen

Rata-rata Pertumbuhan GDP

Bush: 2,1 persen

Obama: 1,4 persen

Tingkat Pembunuhan

Bush: 6/100.000 warga AS

Obama:  4/100.00 warga AS

Imigran Dideportasi

Bush: 2 juta orang

Obama: 2,5 juta orang

Negara yang Dibom AS

Bush: 4 negara

Obama: 7 negara

Pasukan AS di Irak dan Afghanistan

Bush: 200.000 orang

Obama:  16.000 orang

Korban Drone

Bush: 416 orang (167 sipil)

Obama: 2,464 orang (314 sipil)

*pada akhir jabatan

Iraq Coalition Casualty Count/factcheck.org/Washington Post/NY Times/Bureau of Investigative Journalism/politifact.com

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement