Senin 02 Jan 2017 14:00 WIB

Kapal Terbakar, 23 Meninggal

Red:

Foto : Republika/Yasin Habibi  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

JAKARTA -- Kapal penyeberangan KM Zahro Expres mengalami kebakaran di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Ahad (1/1) pagi. Pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melansir, setidaknya 23 penumpang meninggal akibat kecelakaan tersebut.

"(Sebanyak) 23 meninggal dunia. Tiga orang di Rumah Sakit Atmajaya dan 20 orang masih dalam proses evakuasi," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui siaran pers, di Jakarta, kemarin.

Sebanyak 17 orang lainnya juga masih dalam upaya pencarian hingga kemarin sore. Selain itu, sebanyak 17 penumpang ditemukan dengan kondisi luka-luka dan 194 penumpang lainnya selamat.

Hingga kemarin sore, sebanyak tiga orang sudah diketahui identitasnya. Di antaranya warga Tajur, Bogor, bernama Jeksen Wilhelmus (40 tahun) serta dua warga asal Cirebon bernama Masduki dan Alia.

Kebakaran kapal wisata Zahro Expres terjadi di perairan Muara Angke sekitar pukul 08.45 WIB kemarin. Kapal itu sedang dalam perjalanan menuju Pulau Tidung, Kepulauan Seribu.

Kadis Tata Air Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Kabupaten Kepulauan Seribu Edi Rudiyanto menuturkan, peristiwa berawal dari lepasnya kapal dari Dermaga Muara Angke kemarin pagi. Sekitar 15 menit setelah lepas dermaga, tercium bau asap disusul dengan kepulan asap yang keluar dari mesin kapal. Kapal motor terbakar saat berada di perairan Pulau Bidadari, Kelurahan Pulau Untung Jawa, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan.

Dalam kebakaran tersebut, kata Edi, salah satu anak buah kapal (ABK) yang melihat kepulan asap langsung meloncat ke laut tanpa memberikan informasi lebih dulu. Akibatnya, saat asap mulai membesar disusul dengan kobaran api, penumpang panik dan berupaya menyelamatkan diri masing-masing. "Itu keterangan dari salah satu penumpang," ujar Edi melalui sambungan telepon dengan Republika, kemarin.

Menurut Edi, pihak-pihak terkait masih terkonsentrasi melakukan proses evakusi secepat mungkin dan mencari para korban dan penyintas yang terjun ke laut. Edi menuturkan, dua korban meninggal dibawa ke RS Atmajaya, Jakarta Utara; satu dibawa ke RS Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat; dan 20 orang lainnya dibawa ke Rumah Sakit Polri di Kramat Jati.

Ia juga mengungkapkan, ke-20 korban meninggal sudah sukar dikenali jenazahnya karena terbakar. Hal ini bisa menunda proses identifikasi karena harus dilakukan dengan menganalisis gigi atau tulang para korban. "Nanti polisi yang akan mengidentifikasi kemungkinan dari gigi atau tulangnya untuk mengetahui identitasnya," jelas Edi.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menyatakan, sebanyak 11 korban luka-luka dalam kebakaran Kapal Zahro Expres sudah dipulangkan. "Total korban luka yang dirujuk ke rumah sakit sebenarnya ada 22 orang, tapi dua meninggal dunia dan 11 orang sudah pulang," ujar petugas piket Pusdalops BPBD DKI Jakarta, Seply Madreta.

Dua orang korban luka yang meninggal itu, lanjutnya, sudah termasuk dalam 23 korban meninggal yang terdaftar di BPBD DKI Jakarta hingga Ahad sore. "Saat ini sembilan korban luka lainnya masih dirawat di Rumah Sakit Atma Jaya," katanya menambahkan.

Seply menambahkan, bangkai Kapal Zahro Expres yang terbakar hingga hangus telah disandarkan di Kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara. "Nanti Polri yang akan menindaklanjuti kejadian ini," ujarnya.

Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono memastikan, jumlah penumpang yang diangkut Kapal Zahro Expres tidak melebihi kapasitas yang telah ditentukan ketika insiden itu berlangsung. Kapal itu diketahui punya kapasitas 285 orang. Sementara, saat kecelakaan terjadi, jumlah penumpangnya tercatat sebanyak 238 orang.

"Jadi, (yang menumpang di kapal itu) sebenarnya masih dalam kapasitas," ujar Sumarsono kepada wartawan seusai mengunjungi korban insiden Kapal Zahro Expres yang dirawat di RS Atmajaya, Jakarta Utara, Ahad (1/1) sore.

Berdasarkan informasi yang diterima Pemprov DKI, kata dia, jumlah jaket pelampung yang disediakan oleh pengelola kapal tersebut ternyata hanya 100 buah. Akibatnya, tidak semua penumpang mendapatkan jaket pelampung saat mereka berusaha menyelamatkan diri dari insiden tersebut.

"Saya tidak tahu apakah kesalahan (kekurangan pelampung) ini disengaja atau tidak. Tetapi, yang jelas, masalah ini masih sedang kami selidiki," tutur Soni, sapaan Sumarsono.

Sumarsono sebelumnya juga mengatakan ada kesalahan mesin yang menyebabkan Kapal Motor Zahro Expres terbakar. "Mungkin karena efek dari tahun baru kali, ya, orang liburan dan seterusnya. Luar biasa. Ini kesimpulannya ada kesalahan mesin, teknisnya kita tidak terlalu tahu. Itu kan masih yang panas, ya. Mobil saja kalau kelebihan penumpang mesinnya panas, meledak," ujar Sumarsono.

Menurut dia, KM Zahro Expres adalah kapal antarpulau. Kapal tersebut merupakan kapal yang biasa dipakai di Pulau Seribu. Namun, kapal itu bukan milik Pemprov DKI Jakarta. Ia memisalkan, kapal tersebut seperti kendaraan angkutan kota yang dikelola masyarakat.

Pemprov DKI yang kemudian mengeluarkan izin kelayakan berlayar. Ia menekankan, tugas Pemprov DKI hanya pengawal yang memberikan fasilitas perizinan dan kontrol. Selain itu, Dishub DKI Jakarta juga memberi navigasi serta pengawasan lewat syahbandar dan seterusnya.

Menurut dia, terbakarnya KM Zahro Expres mesti menjadi pembelajaran bagi Pemprov DKI Jakarta untuk memperketat izin beroperasi. Sebab, nyawa menjadi taruhan.

Selain itu, menurut Sumarsono, perlu ada peningkatan pendidikan sumber daya manusia (SDM). Pengurus pelabuhan dan dermaga harus ketat menerapkan syarat boleh atau tidaknya kapal melaut. "Coba kalau yang berangkat hanya 100 (penumpang), saya yakin Insya Allah tidak terjadi apa-apa," ujarnya menjelaskan. rep: Mabruroh, Noer Qomariah Kusumawardhani  Ahmad Islamy Jamil/antara ed: Fitriyan Zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement