Sabtu 10 Dec 2016 13:00 WIB

ICMI Diminta Kaji Kondisi Kebatinan Umat

Red:
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla memberikan kata sambutan sebelum membuka Silaturahmi Kerja Nasional ICMI yang diselenggarakan di Jakarta, Kamis (8/12) malam.
Foto: Republika/ Raisan Al Farisi
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla memberikan kata sambutan sebelum membuka Silaturahmi Kerja Nasional ICMI yang diselenggarakan di Jakarta, Kamis (8/12) malam.

JAKARTA -- Gelombang aksi unjuk rasa yang diikuti jutaan Muslim dinilai menggambarkan ada sejenis ketakpuasan di kalangan umat Islam soal peran peme

rintah dalam keadilan sosial. Terkait hal itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta anggota Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang tengah

menjalani silaturahim kerja nasional (silaknas) di Jakarta mempelajari situasi tersebut.

Untuk memaparkan pandangannya, Wapres mencontohkan, membeludaknya umat Islam yang mengikuti aksi menuntut proses hukum kasus dugaan penistaan aga -

ma oleh Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok beberapa waktu lalu. Ada apa? Kalau hanya masalah Ahok, saya pikir seribu,

10 ribu cukup. Tapi, kenapa yang datang jutaan? Ialah karena ada perasaan yang mungkin perlu kita pelajari di kalangan umat. Ada perlu kita

perbaiki keadilan bangsa ini, kata JK saat mem beri sambutan pada acara Silaknas ICMI di Ancol, Jakarta, Kamis (8/12) malam.

JK menegaskan, pemerintah pun, Presiden Joko Widodo dan Wapres, bertang gung jawab terhadap hal ini. Karena itu, ia juga mendorong seluruh pihak

untuk ikut melakukan perbaikan-perbaikan. Ada perasaan kehidupan yang perlu kita perbaiki, perlu kita dorong, yang baik sebaikbaiknya, katanya.

Wapres kemudian mengharapkan para cendekiawan ICMI melakukan kajian-kajian atas peristiwa yang terjadi bela kangan. Selain itu, berupaya mencari

solusi atas berbagai tantangan yang dihadapi negara untuk memperbaiki kondisi ketidakadilan perekonomian.

Karena itulah, maka kita hadir di sini untuk mengkaji hal-hal itu, dan bagaimana melaksanakannya hal-hal itu. Perbaikanperbaikan kehidupan ekonomi

bangsa ini, ujar JK.

ICMI telah membuka kegiatan Silatu rahim Kerja Nasional (silaknas) di Hotel Discovery, Ancol, Jakarta, Kamis (8/12) ma lam. Dalam momen tersebut,

ICMI juga akan memperkenalkan sekaligus meresmi kanberdirinya Sekolah Pe mim pin Nasional (SPN).

Presiden Republik Indonesia ke-5 BJ Habibie sebagai tokoh senior ICMI turut hadir dalam si laknas pada Jumat (9/12). Dalam pidatonya, Habibie

mencerita kan pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu. Menurut Habibie, Jokowi merasa Indonesia saat ini tertinggal dengan

negara lain.

Karena itu, Presiden menanya kan kepada Habibie, kesalahan apa saja yang dilakukan peme rintahan selama ini sehingga membuat Indonesia tertinggal

dari negara lainnya. Dia tanya, 'Pak Habibie kenapa kok kita kalah dengan negara-negara tetangga, di mana kesalahannya?', kata Habibie di hadapan

peserta Silaknas ICMI.

Menurut Habibie, ketertinggal an bangsa ini akibat keenggan an pemerintahan selama ini meneruskan program dari pemerintahan sebelumnya. Habibie

mengatakan, setiap peme rintahan yang baru biasanya membuat dan menjalankan program yang baru.

Ia menjelaskan, jika pemerintahan berikutnya menjalankan program yang berhasil dicapai oleh pemerintahan sebelumnya, Indonesia akan lebih cepat

mengejar ketertinggalan. Kendati demikian, Indonesia juga perlu mempersiapkan generasi yang akan datang.

Kalau estafet itu ya kita harus persiapkan generasi yang akan datang, yang harus lebih baik dari kita, lebih cepat larinya, katanya. Selain itu,

juga diperlukan pengembangan meka nisme dengan teknologi yang mutakhir. Program tersebut kemudian dapat dijalankan oleh para generasi muda.

Habibie juga mengapresiasi aksi damai yang digelar pada 2 De sember lalu. Menurut Habibie, aksi tersebut menunjukkan adanya energi positif di Tanah

Air. Betul-betul tecermin bahwa kita bisa bersinergi positif, kata Habibie di Silaknas ICMI di Ancol, Jakarta. Meski begitu, Habibie juga

mengingatkan agar masyarakat tak mudah terpancing oleh ke lompok mana saja, yang berniat merusak persatuan dan kesatuan bangsa.

Sekolah Pemimpin Nasional Ketua Panitia Silaknas ICMI 2016 Andi Yuliani Paris mengatakan, selain bertepatan dengan silaknas, diresmikannya SPN

bertepatan pula dengan milad ICMI. SPN ini akan diluncurkan bersamaan dengan momentum silaknas yang diselenggarakan bertepatan juga dengan milad

ke-26 ICMI, katanya, seperti dikutip situs ICMI, kemarin.

Ia mengatakan, salah satu faktor didirikannya SPN adalah melihat kondisi terpuruknya jiwa kepemimpinan bangsa. Satu hal yang mencerminkan kondisi

terse but adalah masih maraknya tindak korupsi yang dipraktikkan para pemimpin dan pejabat negara.

Hal itu, menurut Andi, menunjukkan Indonesia tengah ber ada dalam kondisi krisis kader kepemimpinan. Maraknya tindak korupsi, penyalahgunaan

wewenang, kekerasan di masyarakat, serta menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat pada pemimpin negara, adalah indikasi bahwa Indonesia sedang

krisis kader kepemimpinan.

Oleh sebab itu, ICMI mengini sia si berdirinya SPN. Tujuannya tak lain, yakni mencetak kader serta calon pemimpin bang sa yang berintegritas,

jujur, dan bertanggung jawab.

Pada kegiatan silaknas, ICMI mengusung tema besar Revitalisasi dan Reorientasi ICMI untuk Kesejahteraan Bangsa.

Selain merilis dan memperkenalkan SPN, pada kesempatan silak nas, segenap pengurus ICMI juga akan membahas sejumlah program strategisnya terkait

masalah bangsa. Seperti ekonomi, politik, dan hal yang berkaitan dengan keagamaan.     rep: Dessy Suciati Saputri, Kamran Dikarma, ed: Fitriyan Zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement