Selasa 06 Dec 2016 12:00 WIB

Cabai di Medan Tembus Rp 100 Ribu per Kg

Red:

Foto : Republika/Tahta Aidilla  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

MEDAN -- Harga cabai di sejumlah daerah di Tanah Air sudah menembus batas psikologis, yakni mencapai ratusan ribu rupiah per kilogram. Seretnya pasokan lantaran musim penghujan jadi penyebab mahalnya harga.

Harga cabai merah di sejumlah pasar tradisional di Kota Medan bahkan menembus Rp100 ribu per kg. Kenaikan harga ini disebabkan oleh minimnya pasokan. Salah satu pedagang di Pasar Pringgan, Ramses mengatakan, kenaikan harga mulai terjadi sejak hari ini. Di pasar ini, harga cabai merah saat ini terpantau Rp100 ribu per kg dari sebelumnya Rp90 ribu per kg.

Sementara cabai hijau dan cabai rawit, dijual dengan harga Rp60 ribu per kg dan Rp 80 ribu per kg. "Inilah karena susah barang dari petaninya," kata Ramses kepada Republika di Medan, Sumatra Utara, Senin (5/12).

Hal senada disampaikan Naik Ginting, salah satu pedagang di pasar Sukaramai. Di pasar ini, cabai merah dijual dengan harga Rp 90 ribu per kg. Sementara untuk cabai hijau Rp45 ribu dan rawit Rp70 ribu per kg. Naik mengatakan, tingginya harga cabai ini karena sulitnya pasokan dari petani di Berastagi, Karo, tempat dia mengambil cabai.

"Gara-gara gagal panen di Berastagi sana. Hujan nggak turun-turun kan bulan kemarin sama kena abu vulkanis Sinabung itulah," kata Naik. Meski begitu, tingginya harga cabai merah ini diklaim tidak terlalu berpengaruh pada penjualan para pedagang.

Salah satu pedagang di pasar Petisah, M Pasaribu mengatakan, hal ini karena terus berulangnya harga yang tinggi ini dalam beberapa waktu terakhir. "Kalau sekarang udah normal penjualannya. Pembeli mikirnya udah gitu-gitu aja terus. Nggak beli pun butuh juga kan," kata M Pasaribu.

Berdasarkan data yang dihimpun dari laman Info Pangan Jakarta, harga cabai, terutama cabai merah kriting, sudah mengalami kenaikan sejak Agustus 2016. Sempat berada pada kisaran Rp 28.500 per kg pada Juni 2016 atau bertepatan dengan bulan suci Ramadhan, harga kemudian Rp 42.815 per kg.

Pada Agustus, harga komoditas ini turun menjadi Rp 37.419 per kg. Setelah itu, secara berturut-turut pada September-November, harga cabai bergerak naik dari Rp 46.733 per kg (September), Rp 59 ribu per kg (Oktober), dan Rp 73.700 per kg (November). Sementara pada awal Desember ini, harga cabai turun menjadi Rp 65 ribu per kg.

Di Bandung, Jawa Barat, harga cabai masih tinggi. Rata-rata harga komoditas ini di pasar-pasar tradisional mencapai Rp 70 ribu per kg. Kepala Seksi Perlindungan Konsumen dan Metrologi Disperindag KUKM Kota Bandung Yusuf Ramdhani mengatakan, kenaikan harga hingga Rp 70 ribu per kg terpantau sudah selama tiga pekan. Padahal, harga normal cabai di tingkat eceran seharusnya hanya Rp 30 ribu per kg.

Ia menyebutkan, harga cabai yang naik bukan hanya untuk jenis cabai rawit. Tapi, cabai merah kriting juga tanjung yang menembus angka Rp 70 ribu. Pasokan yang minim dinilainya masih menjadi faktor utama melonjaknya harga cabai di pasaran. Hal ini karena faktor cuaca yang memasuki musim penghujan. Cabai pun lebih mudah busuk.

Yusuf menyebutkan, Pemkot Bandung belum bisa memastikan hingga kapan harga cabai masih melambung. Mengingat musim hujan masih berlangsung bahkan hingga Februari tahun depan.

Meski harga melambung, pedagang sayuran di Pasar Kebon Roek, Kota Mataram, Junaidi (40) mengaku senang dengan naiknya harga cabai. Ia mengatakan, sejumlah harga cabai mengalami kenaikan meski tak signifikan dalam beberapa hari terakhir.

Ia mengatakan, untuk harga cabai rawit merah saat ini dijual dengan harga Rp 40 ribu per kg atau naik Rp 5 ribu per kg dari Ahad (4/12) kemarin yang seharga Rp 35 ribu per kg. Juga, dengan harga cabai merah keriting yang dijual dengan Rp 35 ribu per kg, dari sebelumnya yang dijual seharga Rp 30 ribu per kg.

"Kalau harganya naik, lebih laku," katanya kepada Republika di Pasar Kebon Roek, Mataram, NTB, kemarin. Warga Kecamatan Ampenan, Kota Mataram ini menuturkan, saat harga cabai murah, pembeli justru membeli dalam jumlah banyak untuk stok persediaan.

Alhasil, banyak cabai yang ia jual keesokan hari tidak laku dan membusuk. Dengan naiknya harga cabai, para pembeli justru lebih sering membeli dengan jumlah yang sedikit tapi cukup sering.

Di Jakarta, seorang pedagang di Pasar Minggu Atik (45 tahun) mengatakan, harga cabai yang cenderung tidak stabil membuat kerugian bagi para pedagang. "Iya, kita susah jualnya. Kita tawarin 60 ribu, pembelinya pada lari," ujarnya.

Atik menjelaskan, kenaikan harga cabai sudah dirasakan sejak sebulan terakhir. Harga cabai yang melambung, bahkan sempat menyentuh harga Rp 80 ribu rupiah per kilogramnya untuk jenis cabai rawit merah.

Langkah Kementan

Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Spudnik Sujono menambahkan, sentra cabai nasional berada ada di Jawa. Akan tetapi, terdapat permainan pedagang besar untuk mengondisikan pasokan tetap terjaga, khususnya di Pasar Induk Kramat Djati, tetap stabil agar harga tetap tinggi.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Spudnik menyebut Kementan sedang berupaya menyiapkan sentra lain, yang mampu menyangga atau sebagai buffer di Sumatra dan Kalimantan. Dengan begitu, kebutuhan cabai tidak terfokus dari Pulau Jawa.

Kementan juga sudah menyiapkan 10 juta benih cabai yang akan dibagikan gratis kepada masyarakat, melalui program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Dengan program ini, diharapkan masyarakat bisa menanam sendiri cabai di pekarangan rumahnya.

Secara resmi, pembagian 10 juta benih cabai sudah dilakukan dengan mencanangkan Gerakan Nasional Penanaman 50 Juta Pohon Cabai di Pekarangan di Lapangan Tembak Kostrad, Kecamatan Cilodong, Kota Depok, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. "Harga cabai ini harus segera turun. Kami berikan 10 juta benih cabai gratis ke seluruh Indonesia. Ini mudah sebenarnya. Istilahnya, tinggal lempar di pekarangan, sudah tumbuh," ujar Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. rep: Issha Harumma, Zuli Istiqomah, M Nursyamsi, Singgih Wiryono ,Melisa Riska Putri, EH Ismail ed: Muhammad Iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement