Senin 05 Dec 2016 13:00 WIB

PM Malaysia Ajak RI Sikapi Rohingya

Red:
Anak-anak dari etnis Muslim Rohingya berdiri di Desa U Shey Kya di luar kawasan Maundaw di Rakhine, Myanmar. Foto diambil akhir Oktober 2016.
Foto: Reuters
Anak-anak dari etnis Muslim Rohingya berdiri di Desa U Shey Kya di luar kawasan Maundaw di Rakhine, Myanmar. Foto diambil akhir Oktober 2016.

KUALA LUMPUR -- Ribuan orang turun ke jalan-jalan utama di Kuala Lumpur, Malaysia, Ahad (4/12), memprotes kekerasan yang dilakukan Pemerintah Myanmar terhadap Muslim Rohingya di Negara Bagian Rakhine. Dunia diminta segera bertindak untuk menekan Myanmar mengakhiri genosida tersebut.

Seperti dilansir The Star Online, aksi dihadiri oleh sejumlah elemen masyarakat, antara lain Perdana Menteri Najib Razak, Wakil Perdana Menteri Ahmad Zahid Hamidi, Presiden PAS Abdul Hadi Awang, anggota UMNO (partai pengusung Najib), anggota PAS, serta Muslim Rohingya yang mengungsi di Malaysia. Aksi diinisiasi oleh UMNO dan PAS.

Setelah bergerak di jalan-jalan utama Kuala Lumpur, massa kemudian berkumpul di Stadion Titiwangsa, lokasi acara dipusatkan. Acara dimulai dengan pidato dari Deputi Presiden Ikatan Muslimin Malaysia (Isma) Aminuddin Yahya. Ia mempertanyakan sikap bisu The Malaysian Bar, organisasi profesional yang menaungi pengacara di semenanjung Malaysia. "Bukankah mereka pembela hak asasi manusia? Di mana mereka sekarang?" tanya Aminuddin.

Sekretaris PAS wilayah Serawak Mukhtar Suhaili menyindir standar ganda dunia internasional terhadap kekerasan yang terjadi di Rakhine. "Mereka bisa memanggil kami (Muslim—Red) sebagai teroris," ujarnya. "Tapi, saya ingin bertanya kepada mereka, apakah kalian melihat apa yang terjadi di Palestina? Suriah? Kami ingin dunia yang lebih aman bagi kami juga," ungkap Suhaili.

Puncak acara diisi pidato oleh PM Najib Razak. Dalam sambutannya dia menekankan, Malaysia akan terus menekan mitra-mitra di ASEAN untuk menyelesaikan krisis kemanusiaan yang menimpa Muslim Rohingya. Najib juga meminta Indonesia dan Presiden Indonesia Joko Widodo untuk bersama-sama dengan Malaysia menghadapi Myanmar perihal masalah ini.

Beberapa waktu lalu, Pemerintah Myanmar telah mengingatkan Najib untuk tidak mengintervensi urusan dalam negeri pemerintah. Sebab, hal tersebut melanggar kebijakan bersama ASEAN. "Saya tidak peduli! Apakah Anda mengharapkan saya, seorang pemimpin dari lebih 30 juta orang, menutup mata? Untuk tinggal diam? Saya tidak mau!" cetus Najib.

Ia mengatakan, aksi ini menunjukkan bahwa Malaysia sebagai bagian dari komunitas bangsa-bangsa di ASEAN tidak dapat membiarkan kekerasan di Rakhine. "Kami harus melindungi Rohingya bukan karena mereka berasal dari agama yang sama seperti kami, melainkan mereka adalah manusia. Kami peduli dengan kehidupan mereka," tegas Najib.

Dalam kesempatan itu, dia juga mengkritik pemimpin Myanmar yang juga peraih Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi. Suu Kyi disebut enggan bertemu diplomat Malaysia untuk membahas masalah yang menimpa Muslim Rohingya. "Apakah dia benar-benar memiliki Nobel Perdamaian?"

Meski berseteru secara politik, dalam aksi ini partai pengusung Najib, yaitu UMNO, dan pihak oposisi, PAS, bersatu. Najib menilai perbedaan ideologi partai menjadi tidak relevan jika kedua pihak sama-sama ingin membela Muslim Rohingya.

"Ini bukan pilihan, melainkan kewajiban," kata Najib. Ia pun kemudian meminta para peserta aksi berdiri dan berjanji bersatu padu menekan Myanmar agar mengakui Muslim Rohingya di Rakhine.

Presiden PAS Abdul Hadi Awang mengatakan, penindasan terhadap Muslim Rohingya merupakan isu kemanusiaan yang melampaui batas politik serta agama. Oleh karena itu, Abdul Hadi meminta agar Kerajaan Malaysia menggunakan saluran diplomatik untuk menyelesaikan kekerasan yang menimpa Muslim Rohingya.

Menurut dia, kekerasan yang terjadi di Rakhine bukan saja menuntut campur tangan Malaysia, melainkan juga seluruh negara yang menandatangani piagam PBB. "Termasuk juga negara-negara ASEAN dan seluruh negara anggota OIC (Organisasi Kerja Sama Islam/OKI—Red) serta semua pejuang hak asasi manusia karena Myanmar telah melakukan pelanggaran HAM," kata Abdul Hadi, seperti dilansir Astro Awani.

Hargai Malaysia

Tindak kekerasan terhadap Muslim Rohingya oleh Pemerintah Myanmar bermula dari serangan sejumlah orang yang diklaim sebagai militan Islam ke pos-pos keamanan di perbatasan Myanmar-Bangladesh, 9 Oktober 2016. Sejak saat itu, serangan demi serangan dilakukan militer hingga menewaskan lebih dari 100 Muslim Rohingya.

Sementara ratusan lainnya ditahan, puluhan ribu orang mengungsi ke Cina dan Bangladesh, serta lebih dari 150 ribu orang membutuhkan bantuan kemanusiaan. South East Asia Humanitarian Committee (Seahum) beberapa waktu lalu telah menginisiasi kerja sama untuk membantu Muslim Rohingya.

Presiden Masyarakat Rohingya di Malaysia Faisal Islam Muhammad Kassim mengaku sangat menghargai upaya Malaysia untuk menemukan solusi terhadap krisis kemanusiaan yang terjadi di Rakhine, Myanmar. "Kami ingin Pemerintah Malaysia mengirim pesan ke dunia Islam dan negara-negara Barat untuk menekan Pemerintah Myanmar menyelesaikan masalah Rohingya ini," ujar Kassim. rep: Fuji Eka Permana, Fira Nursya'bani reuters ed: Muhammad Iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement