Sabtu 12 Nov 2016 14:00 WIB

Prestasi tak Bisa Instan

Red:

 

Antara/Wahyu Putro A           

 

 

 

 

 

 

 

 

Letnan Jenderal (Letjen) Edy Rahmayadi resmi menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) periode 2016-2020 setelah terpilih dalam kongres yang diadakan pada Kamis (10/11). Bagaimana target dan visi dan misi dari jenderal bintang tiga Angkatan Darat ini untuk sepak bola Indonesia. Berikut petikan wawancaranya dengan wartawan Republika Gilang Akbar Prambadi.

Anda menang mutlak saat pemilihan meski ada target suara yang hilang. Komentar Anda?

Ini bukan kemenangan semata sebagai ketum PSSI. Tapi, kemenangan kita bersama rakyat Indonesia pecinta sepak bola negeri ini. Kemarin, ada 76 suara, saya pikir kami (kelompok K-85 yang mengusungnya) tetap solid. Kemarin, mungkin ada yang akhirnya menjatuhkan pilihan berbeda saat detik-detik pemilihan, tapi tidak apa ini bukan masalah.

Bagaimana soal kritik terhadap rangkap jabatan Anda sebagai pangkostrad dan ketua umum PSSI?

Profesi saya ada di TNI. Kita mengenal aturan dan hukum yang sah. Sejauh ini hukum tak sampai tidak memperbolehkan. Semua kepentingan bisa dipisahkan. Saya pun maju sudah atas izin atasan, bahkan ini dapat dikatakan merupakan perintah untuk saya. Dalam menjalankan tugas, saya akan menempatkan diri dalam waktu yang tepat. PSSI kan organisasi. Saya yang bertanggung jawab melalui manajeman yang saya arahkan. Sepak bola milik rakyat, saya kira itu.

Apa saja rencana kerja Anda?

Saya akan fokus ke pembinaan sejak usia dini. Berjenjang di usia 15, 17, dan 19. Pembinaan ini akan terbagi dengan konsentrasi di Indonesia bagian barat, tengah, dan timur. Bagian barat mulai Sabang (Aceh) sampai Lampung. Untuk tengah, wilayah Jawa dan Kalimantan. Lalu, timur dari Bali sampai ke Papua.

Diharapkan akan muncul talenta-talenta yang bisa tercatat dan siap untuk segera bertarung di turnamen internasional. Prestasi sepak bola tak mungkin dilahirkan secara instan. Pembinaan adalah sektor yang sangat-sangat penting.

Misalnya, kita punya target bisa kiprah di Olimpiade 2020. Kita bisa mulai dari pemain kita yang sekarang masih belasan tahun. Kita pantau, bina, dan empat tahun lagi semua sudah siap dengan usianya. Kalau masih belum, kita bisa kejar pada tahun 2024, ini lebih terbina lagi dengan para pemain yang sekarang usianya di bawah 10 tahun.

Kita punya banyak talenta. Anak-anak yang hebat-hebat sekarang punya nama di luar negeri. Jangan sampai mereka dibawa oleh negeri orang. Kita punya puluhan juta bakat, kita bisa bila ini terus dibina.

Pembinaan sudah dilakukan oleh PSSI sejak lama. Hal apa yang akan berbeda di bawah kepengurusan Anda?

Dulu (pembinaan) tidak ada konsistensi. Sepak bola kita sudah ada sejak 1930, tapi kenapa prestasinya? Saya lihat ini soal kejujuran dan jiwa yang bermartabat untuk sepak bola Indonesia. Kami akan benahi tahapan pembinaannya, jenjangnya, dan tentu saja infrastrukturnya.

Saya akan coba buat perjanjian berupa MoU dengan mendagri, yang bisa membuat pemerintah daerah buat dukungan sarana untuk pembinaan. Nanti itu jadi milik rakyat di daerah, bukan milik PSSI. Dengan infrastruktur yang baik, pembinaan akan berjalan baik juga.

Saya bersama kepengurusan baru punya prinsip untuk mengembalikan PSSI yang profesional dan bermartabat. Sepak bola tak boleh berhubungan dengan kantong atau urusan lainnya. Kita berangkat sama-sama dengan hati, siap berkorban dan tetap menjaga harga diri. Kita bicara prestasi dunia, kita jangan sampai dipermalukan. Harus ada rasa cinta mendalam untuk bangsa.

Bagaimana soal kualitas wasit Indonesia?

Kita tidak mau kan ada wasit yang bisa dibisiki ini itu lagi. Kami mau ada pembinaan wasit lewat sekolah pendidikan dengan kualitas yang baik. Sementara ini, sampai bisa melahirkan wasit berkualitas, wasit dari TNI dan Polri bisa diberdayakan.

Soal suporter Indonesia yang masih kerap bermasalah, bagaimana perhatian PSSI?

Suporter juga akan kami masukkan ke dalam rencana pembinaan. Jadi untuk memajukan sepak bola, tak hanya atlet, tapi wasit dan suporter juga harus dibina. Kami akan bina supaya suporter lebih dewasa. Kalau sampai ada ribut, saya yang akan panggil langsung pemimpinnya, diselesaikan untuk maju sama-sama.

Ajang terdekat yang bakal dihadapi timnas senior adalah kejuaraan AFF 2016. Bagaimana persiapan PSSI?

Kita sudah siapkan pemain untuk AFF tentu kami ingin ada prestasi. Setelah itu, ada SEA Games 2017, lanjut Asian Games 2018, kemudian kualifikasi Piala Dunia. Kami semua persiapkan. Terpenting pembinaan kita genjot dulu.

Soal mafia sepak bola Indonesia, apa rencana tindakan Anda?

Kita sudah tidak mau ada yang disebut itu sepak bola gajah dan lainnya. Saya mencintai sepak bola. Praktik kotor akan saya tindak langsung. Misalnya ada laporan, saya akan langsung panggil pihaknya. Kalau harus diurus pihak lain, bisa, tapi lama. Ada penyelidikan, pengumpulan bukti, keterangan saksi. Ini memakan waktu untuk penindakan cepat. Saya akan langsung cari jika ada laporan dan langsung menindak. Kita harus bersihkan. Anak buah saya banyak di AD, bersama rakyat, semua sama-sama bisa mengawasi.

PSSI punya sejarah tak harmonis dengan pemerintah. Posisi Anda nanti?

Kita sebagai warga penduduk yang hidup dalam sebuah negara harus bisa membangun sinergi dengan pemimpin dan pemerintah. Tak mungkin bisa berjalan baik tanpa ada sinergi dengan pemerintahan negara sendiri. Kita punya FIFA sebagai induk, tapi tidak serta-merta mengesampingkan pemerintah. Tentu PSSI kini akan berkolaborasi dengan pemerintah demi mencapai tujuan prestasi yang positif.     ed: Fitriyan Zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement