Jumat 11 Nov 2016 13:00 WIB

PSSI Diminta Profesional

Red:
Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi memberikan kata sambutan pada Kongres PSSI di Jakarta, Kamis (10/11).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi memberikan kata sambutan pada Kongres PSSI di Jakarta, Kamis (10/11).

JAKARTA -- Pemerintah meminta pengurus Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) 2016-2020 di bawah kepemimpinan Letnan Jenderal TNI Edy Rahmayadi, dapat menjalankan roda organisasi dengan akuntabel dan profesional. Salah satu titik tekan utama pemerintah adalah transparansi pengelolaan keuangan.  

Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi mengucapkan selamat atas terpilihnya Edy selaku ketum PSSI. Namun, Imam meminta agar Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat itu tidak berlama-lama menikmati kemenangan tersebut.

Sebab, Kementerian Pemuda dan Olahraga menekankan 11 tugas utama untuk diselesaikan ketua umum PSSI terpilih. Juru bicara Kemenpora Gatot Dewa Broto menjelaskan, terdapat setumpuk pekerjaan rumah yang harus dituntaskan Edy hingga 2020 mendatang.

Tugas itu bukan cuma soal teknis prestasi, melainkan juga perihal akuntabilitas dan transparansi keuangan. "Tak kalah penting adalah jalan keluar pengelolaan suporter klub sepak bola di Tanah Air," ujar Gatot di Jakarta, Kamis (10/11).

PSSI, menurut dia, kerap mendapat sorotan dalam penggunaan keuangan juga pendistribusian bantuan keuangan. Entah itu yang berasal dari FIFA ataupun dari negara serta sponsor dan hak siar.

Edy diminta menghadirkan transparansi seputar penggunaan sumber pendanaan tersebut. "Kini semuanya harus serbaterbuka. Sayang saja jika di sistem saat ini, PSSI masih tidak transparan," ujar Gatot.

Terkait persoalan suporter, Edy diminta memberikan jalan keluar terkait berbagai insiden kericuhan pendukung sepak bola yang berujung maut. Masih terkait aksi pendukung klub, mantan pangdam Bukit Barisan itu, harus merealisasikan rekomendasi Menpora Imam tentang usulan pemberian sejumlah saham klub kepada organisasi suporter.

Edy memenangi pemilihan ketua umum PSSI setelah meraih 76 suara dari 107 pemilik suara sah dalam Kongres Tahunan PSSI 2016. Ia mengalahkan lima kandidat ketua umum lainnya.

Pesaing terberatnya, mantan panglima TNI Jenderal Purnawirawan Moeldoko, harus puas di urutan kedua dengan raihan 23 suara. Sementara calon ketua umum lainnya, Wali Kota Batu, Eddy Rumpoko, cuma meraih satu suara.

Tiga calon lainnya, yakni Brigadir Jenderal Benhard Limbong dan Sraman el Hakim serta Kurniawan Dwi Yulianto, tidak meraih suara sama sekali. Sementara sisa tujuh surat suara, dinyatakan Ketua Komite Pemilihan PSSI Agum Gumelar, tidak sah.

Selain ketum, para pemilik suara sah juga memilih wakil ketua umum. Berdasarkan hasil pemungutan suara, terpilih Djoko Driyono dan Iwan Budianto sebagai deputi Edy.  

Selepas kemenangannya, Edy mengaku akan menaati PR dari pemerintah. Menurut dia, perbaikan manajemen memang menjadi salah satu target pembenahannya, di luar peningkatan prestasi timnas.

Edy mengatakan, jika selama ini PSSI dianggap pemerintah dan masyarakat sebagai sarang kerusakan dari sistem yang akut, dia akan mengubahnya. "Organisasi ini yang harus paling diperbaiki, yaitu mengembalikan fungsinya agar sesuai bidangnya," ujarnya.

Menurut Edy, PSSI sebagai wadah sepak bola seharusnya hanya membicarakan olahraga tersebut. Tidak perlu organisasi ini ditarik ke dalam persoalan politik.

Apalagi, untuk meraih keuntungan pribadi ataupun kelompok semata. "Kita inginkan yang benar-benar profesional. Akuntabilitas dan transparan itu pasti, " kata pria kelahiran Sabang ini.

Beri terobosan

Ketua Umum KONI Tono Suratman berharap, ketum PSSI yang terpilih dapat melakukan banyak terobosan. "Selain tugas yang sudah ada di dalam program juga harus mencari solusi apa saja tidak terpaku pada program, terobosan-terobosan apa saja karena kita sudah tertinggal jauh," katanya sehabis memberi sambutan di Kongres Tahunan PSSI 2016.

Selain itu, ia berharap, ketum PSSI yang baru juga akan mempersiapkan pesepakbola-pesepakbola usia dini dan memperbanyak klub di daerah serta membuat event-event  kompetisi. Tono mengatakan, kerja sama di antara stakeholder olahraga nasional sudah mulai transparan.

"Baik KONI maupun KOI sudah tahu fungsi dan tugasnya masing-masing," katanya. Selain itu, menurut dia, pemerintah juga sudah memberikan peraturan-peraturan yang jelas.

Yang terpenting saat ini, dia melanjutkan, harus ada kontribusi dari stakeholder tersebut, terutama dalam prestasi. "Karena sudah tertinggal jauh," ujar Tono. rep: Bambang Noroyono, Lintar Satria  ed: Muhammad Iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement