Jumat 11 Nov 2016 13:00 WIB

Semua Bermula di Medan

Red:

Sosok Edy Rahmayadi, ketua umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia 2016-2020, sejatinya bukan orang baru di kancah persepakbolaan nasional. Jauh sebelum terpilih dalam Kongres Tahunan PSSI 2016 di Jakarta, kemarin, Edy pernah mencoba untuk menjadi pemain sepak bola.

Namun, dia memilih tidak meneruskan langkahnya dan memutuskan masuk Akabri (sekarang Akademi Militer). Selepas lulus pada 1985, karier Edy terus melesat di dunia militer.

Pada medio 2000, Edy yang bertugas sebagai Danyon Linud 100 Medan menjadi ketua Persatuan Sepak Bola TNI Angkatan Darat (PSAD). Ketika itu, PSAD berada di divisi II kompetisi yang dijalankan PSSI.

Selepas mengurusi PSAD medio 2005, keterlibatan Edy kembali hadir 10 tahun berselang. Semua berawal dari kekecewaannya lantaran keterpurukan PSMS yang saat itu berkiprah di divisi utama.

"Waktu kompetisi sebentar lagi. Kita memiliki waktu yang sangat singkat agar bagaimana PSSI siap untuk kompetisi yang sudah di depan mata. Mari kita bersama-sama membangun PSMS ini dan mengembalikan muruah Sumut (Sumatra Utara) dan Medan ini kembali," kata Edy yang kala itu menjabat sebagai pangdam I Bukit Barisan. Keterlibatan Edy bukan hanya karena dia seorang pangdam, melainkan karena Medan memiliki tempat tersendiri di hatinya.

Tahun ini, Edy ditunjuk K-85, sebuah kelompok yang berisi pemilik suara sah dalam kongres PSSI, sebagai ketua. Seorang koordinator K-85 Umuh Muchtar mengutarakan alasan di balik penunjukan Edy.

"Sudah sekian lama kami tidak ada pemimpin, dan sosok Letjen Edy Rahmayadi sebagai tentara kami rasa pantas menyandang sebagai pemimpin kami," katanya. Edy juga menjabat sebagai presiden direktur PS TNI tidak keberatan untuk dijadikan ketua K-85, yang ingin agar Kongres Luar Biasa PSSI segera dilaksanakan.

"Hal ini dilakukan atas kepedulian terhadap sepak bola Indonesia, maka kami sepakat untuk menjalankannya satu visi dan misi," katanya. Ia mengatakan, KLB merupakan keniscayaan.

Apalagi, posisi Ketua Umum PSSI yang ditempati La Nyalla Matalitti kosong akibat tersangkut kasus hukum. Kemudian, yang tidak kalah penting adalah sebanyak 2/3 anggota PSSI menginginkan KLB.

Setelah sempat diwarnai polemik perihal lokasi, antara Yogyakarta atau Makassar, Kongres Tahunan PSSI pun digelar di Jakarta, kemarin.

Lantaran didukung hampir mayoritas pemilik suara (92 dari 107) Edy merasa, tak punya lawan berat di bursa pencalonan. Sang Pangkostrad yakin memenangi perebutan PSSI 1.

Edy mengatakan, dari delapan pesaingnya, lawan terberatnya di kongres pemilihan tak lain dan tak bukan adalah dirinya sendiri. "Lebih berat menahan hawa nafsu," kata dia menjelang kongres dimulai.

Prosesi pemilihan ketum PSSI dimulai sejak pukul 13.45 WIB. Selepas Agum Gumelar selaku ketua Komite Pemilihan PSSI menjelaskan tata cara pemilihan kepada pemilik suara, satu per satu kandidat menyatakan pengunduran diri.

Mereka adalah Erwin Aksa dan Tonny Apriliani. Sementara Muddai Madang dan Dodi Reza, mengundurkan diri dari pencalonan exco PSSI.

Erwin mengatakan, alasan pengunduran diri lantaran dia ingin memenangkan calon yang lain, yaitu Moeldoko. "Oleh karena itu, untuk menjaga kesolidan, saya menyatakan mundur," katanya.

Alasan Erwin memilih Moeldoko tak lepas dari kapabilitas sang jenderal yang telah teruji sebagai pemimpin, terutama saat memimpin TNI. Mundurnya Erwin dan Tony, mengerucutkan sembilan calon semula.

Selain dua calon itu, nama calon lainnya, yakni Djohar Arifin Husin juga didiskualifikasi lantaran kesepakatan forum kongres. Itu artinya, tersisa enam calon yang siap dipilih oleh 107 pemilik suara di kongres kali ini.

Meski Erwin dan Tony mundur dari posisi calon ketua umum, keduanya masih berhak dipilih untuk posisi lain. Erwin, masih memegang pencalonan untuk posisi wakil ketua umum.

Sementara Tony, juga tak mundur dari posisi calon wakil ketua umum, dan juga calon anggota exco. Dan hasil pemilihan pun menetapkan Edy sebagai ketum PSSI beserta duet Djoko-Iwan sebagai waketum.

Seusai pemilihan, Edy mengatkan, keunggulannya dalam pemilihan ini merupakan langkah awal memajukan sepak bola Tanah Air. Ia berjanji akan mengembalikan kedaulatan sepak bola Indonesia.

"Ini baru permulaan awal kita untuk maju. Kemenangan ini untuk kemenangan sepak bola Indonesia," ujar Edy.

 

Lebih baik

Meskipun kalah, Moeldoko sebagai salah satu kandidat ketum PSSI, mengaku tak kecewa jika belum dipercaya oleh para peserta kongres. Ia mengatakan, terpilihnya Edy sebagai orang nomor satu induk sepak bola nasional itu, diharapkannya bisa tetap menjaga asa masyarakat Indonesia, yang menginginkan kebangkitan sepak bola nasional dan perbaikan tata kelola sepak bola Tanah Air.

"Semoga ke depannya, ada perubahan yang jauh lebih baik di PSSI dan sepak bola Indonesia," ujar Moeldoko. Dia pun mengaku, gelaran Kongres Tahunan PSSI 2016, terbukti menampakkan cara berdemokrasi yang baik dan matang.

Meskipun kandas di bursa pemilihan, Moeldoko menilai, gelaran Kongres Tahunan PSSI, boleh dibilang tak membuatnya kecewa. "Sudah bagus hasil kongres hari ini," katanya. rep: Fira Nursya'bani, Hasanul Rizqa  ed: Muhammad Iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement