Jumat 11 Nov 2016 13:00 WIB

Unjuk Rasa Sambut Kemenangan Trump

Red:

NEW YORK -- Kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat 2016, memicu berbagai aksi unjuk rasa di negara tersebut. Ribuan orang memenuhi jalanan di kota-kota utama dengan tujuan menolak hasil pemilihan umum, Rabu (10/11) waktu setempat.

Di New York, ribuan orang memenuhi jalan-jalan di pusat Kota Manhattan menuju Trump Tower, salah satu bangunan milik perusahaan Trump. Ratusan lainnya menuju taman Manhattan dan menyerukan "Trump bukan presidenku!".

Di Los Angeles, pengunjuk rasa melakukan aksi pendudukan di persilangan lalu lintas 110 dan 101. Mereka memblokir arus lalu lintas di salah satu arteri utama kota tersebut. Polisi dengan perlengkapan antiunjuk rasa menangkap sebanyak 13 pengunjuk rasa. Unjuk rasa sebelumnya di Los Angeles diikuti sekira 5.000 orang. Banyak di antaranya adalah siswa sekolah menengah dan mahasiswa.

Sedangkan aksi unjuk rasa yang disertai 6.000 orang juga memblokade arus lalu lintas di Oakland, California. Pihak kepolisian menyatakan, para pengunjuk rasa sempat melempari petugas kepolisian. Saksi mata yang ditanyai Reuters mengungkapkan, mereka juga membakar sampah di persimpangan jalan, menyalakan kembang api, dan menghancurkan kaca-kaca toko. Dua petugas polisi terluka di Oakland dan dua mobil polisi dirusak.

Di pusat Kota Chicago, sekitar 1.800 orang berkumpul di luar Trump International Hotel and Tower.  Mereka meneriakkan, "Tidak untuk Trump! Tidak untuk AS yang Rasial! Tidak untuk KKK (kelompok radikal supremasi kulit putih Ku Klux Klan)!".

"Saya benar-benar takut dengan apa yang akan terjadi dengan negara ini," kata Adriana Rizzo (22 tahun) yang mengikuti aksi unjuk rasa di Chicago. Ratusan orang juga berunjuk rasa di Philadelphia, Boston; dan Portland, Oregon, kemarin. Sedangkan di Austin, Texas, sebanyak 400 orang memenuhi jalan-jalan untuk agenda yang sama.

Sebanyak 1.500 orang terlihat berkumpul di Universitas California, Los Angeles, untuk mengekspresikan kemarahan dan kesedihan mereka. Mereka juga membakar beberapa benda.  "Saya sedih dengan hasilnya. Saya bergabung dengan demonstran lainnya untuk memberikan pelukan kepada orang-orang yang merasa hancur," ujar seorang demonstran, N J Omorogieva, dikutip dari The Independent. Satu orang demonstran terlihat membawa bendera Meksiko. Ia melayangkan protes terhadap Trump, yang ingin membatasi imigran dari Meksiko ke AS dan membangun tembok perbatasan.

Di Oakland, San Francisco, pengunjuk rasa dilaporkan menghancurkan jendela kantor surat kabar Oakland Tribune. Mereka juga membakar ban dan stupa berbentuk Trump. Salah seorang demonstran dilarikan ke rumah sakit dengan luka berat. The New York Times melaporkan, di Oregon, puluhan orang mengadang lalu lintas Portland sehingga jalur kereta api setempat terpaksa mengalami penundaan jadwal keberangkatan.

Kepolisian Seattle juga menyelidiki laporan penembakan yang terjadi di tengah aksi unjuk rasa anti-Trump di Seattle, Washington. Dilaporkan lima orang tertembak di pusat kota pada Rabu (9/11) malam.

Asisten Kepala Departemen Kepolisian Seattle, Robert Merner, menuturkan, pelaku penembakan diduga tidak terkait dengan demonstrasi menentang Donald Trump sebagai presiden. Sejumlah orang diperkirakan beradu argumen dan melepaskan tembakan.

"Sepertinya ada yang beradu argumen. Pelaku keluar dari kerumunan dan kembali dengan tembakan ke arah demonstran," ujar Merner.

Pemadam kebakaran Seattle mengatakan, penembakan terjadi sekitar pukul 19.00 waktu setempat, di Third Avenue dan Pine Streets. Petugas mendapati lima korban tembak, dua di antaranya dalam kondisi kritis, di depan toko 7-11.

Polisi dan pemadam kebakaran sampai di lokasi kejadian dalam waktu kurang dari satu menit. Sebab, sejumlah petugas telah disiagakan untuk mengamankan unjuk rasa.

Belum diketahui siapa pelaku di balik penembakan. Kepolisian Seattle mengatakan, akan segera merilis informasi secepatnya. Media KIRO-TV, melaporkan tersangka penembakan saat ini masih berkeliaran di tengah demonstran.

Anggota dewan Kota Seattle, Kshama Sawant mengatakan, para peserta aksi bakal merencanakan aksi lebih besar untuk mengganggu pelantikan Trump pada Januari nanti. "Kami akan menghentikan pelantikan," kata Sawant kepada the Guardian, kemarin.

Pilpres AS tahun ini adalah salah satu yang paling memecah Amerika Serikat. Pendukung Trump yang disokong Partai Republika dan pendukung saingannya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, kerap saling berselisih satu sama lain.

Trump, yang semasa kampanye kerap mengeluarkan pernyataan bernada rasis dan melecehkan perempuan serta anti-Muslim, membuatnya mendapat banyak dukungan sekaligus kebencian. Bagaimanapun, saat suara yang masuk ke TPS dihitung, kemarin, Trump berhasil mematahkan prediksi lembaga-lembaga survei dan mengumpulkan elektoral college  terbanyak. Meski begitu, ia kalah tipis soal perolehan suara langsung pemilih dari Hillary.

Dukungan terbuka media-media arus utama, seperti the New York Times, the Economist, Newsweek, the Guardian, Washington Post, LA Times, dan lainnya tak mampu memenangi Hillary. Demikian juga, dukungan dari puluhan artis papan atas Hollywood.

Meski penolakan dari masyarakat masih marak, para pesaing politik Trump mencoba mendinginkan suasana. Pada pidato kekalahannya dalam pemilu di New York, Rabu (9/11), Hillary meminta para pendukungnya untuk tidak pernah menyerah akan harapan-harapan mereka dan berusaha menegakkan nilai-nilai Amerika.

Hillary berpidato didampingi oleh sang suami Bill Clinton dan putrinya Chelsea Clinton. Ia mengakui kekalahan atas Donald Trump dalam Pemilu AS 2016 menjadi hal yang sangat menyakitkan. "Saya percaya, Amerika tetap dalam persatuan dan berharap Trump yang akan menjadi presiden di negara ini, memiliki pikiran terbuka dan sikap bijaksana sebagai seorang pemimpin," ujar Hillary.

Sedangkan Presiden Barack Obama yang menjadi pendukung Hillary semasa kampanye menyatakan, akan mengundang Donald Trump ke Gedung Putih untuk membicarakan masa peralihan kekuasaan. Sebelumnya, Obama melancarkan kampanye sengit dengan menyatakan, Trump tidak layak bagi Gedung Putih.

Namun, kini ia meminta semua warga Amerika untuk menerima hasil pemilu yang diselenggarakan pada Selasa (8/11) lalu. "Kita semua harus mendukung kesuksesannya dalam menyatukan dan memimpin negeri ini," ujar Obama. rep: Fira Nursya'bani, Hasanul Rizqa Puti Almas/reuters ed: Fitriyan Zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement