Selasa 25 Oct 2016 14:00 WIB

Menyudahi Aksi Para Penembus Batas

Red:

 

Republika/ Raisan Al Farisi    

 

 

 

 

 

 

 

 

Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV/2016 resmi ditutup, Senin (24/10) sore. Upacara penutupan digelar di Stadion Siliwangi, Kota Bandung, Jawa Barat. Puncak acara penutupan ditandai dengan penekanan tombol sirene secara bersama-sama oleh Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Ketua Umum National Paralympic of Committee of Indonesia (NPCI) Senny Marbun, dan Ketua Umum PB Peparnas XV/2016 yang juga menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher).

Dalam sambutannya, Khofifah mengapresiasi kiprah atlet-atlet penyandang disabilitas. "Para atlet telah menunjukkan sportivitas dan kesungguhan yang luar biasa sehingga hadirnya sejumlah prestasi. Bahkan, di beberapa cabang olahraga mampu melampaui rekor nasional, ASEAN Para Games, dan Asian Para Games," kata Mensos.

Khofifah berharap, semangat Peparnas XV/2016 bisa menjadi inspirasi bagi penyandang disabilitas di seluruh Indonesia untuk bisa berkarya dan berprestasi. "Saya ucapkan selamat bagi para atlet dan berharap empat tahun lagi bisa berjumpa lagi di Peparnas XVI/2017 di Papua," ujar dia.

Seiring prestasi, para atlet akan mendapatkan bonus dari masing-masing pemerintah daerah. Khofifah memohon kepada seluruh gubernur di Tanah Air, terutama gubernur Jabar, agar tidak membeda-bedakan bonus untuk atlet Peparnas XV/2016 dan Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016. "Mudah-mudahan tidak ada perbedaan," kata dia.

Lebih lanjut, Khofifah mengatakan, pemerintah terus mengupayakan kesetaraan perlakuan dan kesetaraan pemenuhan hak penyandang disabilitas, melalui UU Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. "Ini akan jadi bagian penguatan elemen-elemen, seperti pemerintah, dunia pendidikan, kesehatan. Semuanya akan berupaya semaksimal mungkin memenuhi hak-hak dasar disabilitas di seluruh Indonesia," ujar dia.

Heryawan menyatakan kelegaannya karena Jabar telah menuntaskan amanat sebagai tuan rumah PON dan Peparnas dengan maksimal, disertai hadirnya berbagai prestasi dan pemecahan rekor. Aher menyebutkan, selama Peparnas XV/2016 telah terpecahkan sebanyak 104 rekor, termasuk 27 rekor yang melampaui rekor Asian Para Games. Tercatat pula, sebanyak 77 rekor nasional Peparnas baru.

"Selama sepekan di Peparnas, para atlet telah membuktikan mereka mampu menembus batas dan menjadi juara," ujar Aher. "Selamat jalan dengan membawa kenangan yang manis pernah bertemu di tanah legenda," kata dia menambahkan.

Seusai ditutup oleh Menteri Sosial, dilakukan serah terima bendera Peparnas dari Aher kepada Asisten Bidang Ekonomi Pemerintah Provinsi Papua, Elya Luopaty.  Selanjutnya, Papua akan menjadi tuan rumah Peparnas XVI/2020. Sedangkan kontingen Jabar sebagai juara umum menerima piala juara umum setelah meraih 178 medali emas, 104 medali perak, dan 74 medali perunggu.

Disusul Jawa Tengah (68 emas, 74 perak, dan 57 perunggu) dan Sumatra Utara (38 emas, 48 perak, dan 57 perunggu), yang masing-masing menempati urutan kedua dan ketiga klasemen akhir perolehan medali.

Pemadaman api kaldron Peparnas XV/2016 dilakukan dengan diiringi lagu "Padamu Negeri" dan penurunan bendera Peparnas. Penutupan Peparnas XV/2016 dimeriahkan dengan penampilan penyanyi penyandang disabilitas Nenden serta gitaris difabel Aldo, dan ditutup dengan lagu "Astaga" yang dibawakan oleh penyanyi Ruth Sahanaya.

Evaluasi klasifikasi

Meski secara umum pelaksanaan Peparnas XV/2016 berjalan baik, terdapat kekurangan dari sisi klasifikasi fisik atlet. Hal ini diakui Ketua Umum National Paralympic Committee of Indonesia (NPCI) Senny Marbun. "Memang soal klasifikasi tidak terlalu ketat," kata Senny kepada Republika. Permasalahan ini tampak pada sejumlah pertandingan olahraga seperti bulu tangkis.

Dalam salah satu laganya mempertemukan atlet bertangan lengkap melawan atlet yang diamputasi salah satu tangannya. Menurut Senny, tidak imbangnya klasifikasi fisik difabel atlet karena belum banyak jumlah atlet penyandang disabilitas.  Dia menyatakan, masih sulit mencari atlet difabel yang siap untuk mengikuti ajang besar. "Kita juga enggak mau kok melihat ada atlet kesulitan menantang lawannya karena soal kondisi fisiknya. Panitia juga inginnya imbang, tapi mau bagaimana kalau mencari atlet difabel sulit," kata Senny.

Dia tidak khawatir, dengan klasifikasi fisik yang ada di Peparnas XV/2016 tidak berlaku bagi atlet untuk bertandang di laga  internasional. Senny yakin klasifikasi bagi atlet difabel secara internasional juga pasti akan berkembang.

Salah satu atlet pelatnas bulu tangkis asal Jawa Tengah Suryo Nugroho menilai, klasifikasi fisik difabel atlet masih belum imbang. Ia khawatir, hal tersebut akan berdampak terhadap keikutsertaan dalam ajang internasional. "Kalau standardisasi Peparnas tidak sama klasifikasinya dengan internasional, bagaimana kita mau mengikuti ajang lain di luar negeri," kata Suryo. Selain klasifikasi, dia juga berharap, atlet pelatnas diperbolehkan mengikuti perhelatan Peparnas.

Sebab, bagi Suryo, ajang ini merupakan kesempatan bagi atlet junior bisa meraih medali emas dan terus berkembang. "Sementara jika harus bertemu dengan atlet pelatnas, akan terus kalah dan tersaingi," ujarnya.

Menpora Imam Nahrawi menganggap, masalah klasifikasi fisik selama pelaksanaan Peparnas XV/2016 sudah dipercayakan kepada NPCI. Namun, hal ini bukan solusi utama. "Menurut saya, yang paling penting adalah kaderisasi, penyiapan atlet-atlet muda yang serius harus dilakukan," kata Imam. Tak hanya itu, dia juga berharap tenaga keolahragaan bisa aktif dan datang ke setiap daerah untuk mencari atlet-atlet difabel muda yang berbakat.   Oleh Rahayu Subekti, Lintar Satria/antara, ed: Muhammad Iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement