Selasa 11 Oct 2016 14:00 WIB

Cuaca Ekstrem Timbulkan Banjir di Sejumlah Wilayah

Red:
Pengendara melintasi jalan yang tergenang air dengan latar belakang sawah tergenang banjir di Desa Wonosoco, Undaan, Kudus, Jawa Tengah, Senin (10/10). Akibat intensitas hujan yang tinggi sejak sepekan terakhir ratusan hektar sawah di wilayah tersebut tere
Foto: Antara/Yusuf Nugroho
Pengendara melintasi jalan yang tergenang air dengan latar belakang sawah tergenang banjir di Desa Wonosoco, Undaan, Kudus, Jawa Tengah, Senin (10/10). Akibat intensitas hujan yang tinggi sejak sepekan terakhir ratusan hektar sawah di wilayah tersebut tere

PANGANDARAN - Cuaca ekstrem kembali menimbulkan bencana banjir dan longsor di sejumlah wilayah di Indonesia. Setidaknya dua orang tewas akibat bencana banjir dan longsor yang menimpa Pangandaran, Jawa Barat, sejak Sabtu (8/10). Ratusan rumah juga terendam dan beberapa jembatan serta jalan terputus.

Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Mulyono Rahadi Prabowo mengatakan, curah hujan di Indonesia diperkirakan semakin meningkat pada tiga bulan terakhir menjelang akhir tahun. Meski demikian, masa awal musim hujan terjadi secara tidak merata di Indonesia.

Pada tiga bulan mendatang, curah hujan di bagian selatan Jawa Barat diperkirakan mengalami peningkatan signifikan. Potensi serupa juga diperkirakan terjadi di hampir seluruh wilayah Jawa bagian selatan.

"Puncak curah hujan diprediksi terjadi pada Desember. Sebaiknya semua masyarakat lebih waspada selama musim penghujan, mengingat kondisi lingkungan yang makin buruk dapat memperparah bencana alam," kata Mulyono, Senin.

Di Pangandaran, hujan deras yang berlangsung sejak Sabtu (8/10) sampai Ahad (9/10) menyebabkan banjir bandang menyapu ratusan rumah di lima kecamatan. Di antara daerah yang terdampak adalah Parigih, Sidamulih, Putra Pinggan, Pangandaran, Ciburuh, sampai padaherang. Selain banjir, longsor juga terjadi di sejumlah lokasi.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, menyatakan, dua warga meninggal dunia akibat tertimbun tanah longsor di Kecamatan Langkaplancar dan Kalipucang pada Ahad (9/10). "Korban warga Kecamatan Kalipucang dan Langkaplancar, meninggal karena tertimbun material longsor," kata Kepala Pelaksana BPBD Pangandaran Nana Ruhsena, Senin (10/10).

Korban teridentifikasi dengan nama Iqbal (7), warga Ciparakan, Kecamatan Kalipucang, dan Barjo (53), warga Dusun Cirando, Desa Jatimulya, Kecamatan Langkaplancar.

Nanan menyatakan, banjir kali ini termasuk anomali. Pasalnya, banjir terjadi di wilayah yang sebelumnya tak pernah banjir. "Banjir bandang seperti di Cihideng padahal seharusnya tidak banjir. Jadi, ini banjir tidak biasanya, kecuali Sukanegara, Banjarsari itu sering. Malahan yang enggak biasa banjir malah banjir," ujarnya.

Banjir bandang juga menyebabkan sebuah jembatan penghubung Provinsi Jawa Barat dengan Jawa Tengah ambles, di Jalan Letnan Brigjen Muhammad Isa, Kecamatan Purwaharja, Kabupaten Banjar, pada Ahad (9/10) malam.

Dadan, warga setempat, mengatakan, sejak Ahad sekitar pukul 11.00 WIB sudah terlihat adanya retakan di Jembatan Ketapangjaya tersebut. Ia menaruh curiga bahwa jembatan berpotensi ambles lantaran hujan deras selama dua hari belakangan.

Hujan yang mengguyur sepanjang Ahad (9/10) juga mengakibatkan sejumlah kecamatan di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, terendam. Sejumlah sungai yang mengalir di daerah tersebut meluap akibat debit air yang melonjak signifikan. Banjir juga dipicu oleh jebolnya tanggul sejumlah sungai. Air sungai ini yang meluap dan merendam permukiman, lahan pertanian, hingga jalur penghubung lintas daerah.

Banjir terparah terjadi di wilayah Kecamatan Gubug. Di beberapa lokasi, banjir mencapai ketinggian lebih dari satu meter. Pada Ahad malam, ketinggian air mencapai ketinggian 1,5 meter. Akibatnya, warga harus meninggalkan rumahnya untuk mengungsi.

Banjir juga melumpuhkan jalur penghubung Gubug-Salatiga melalui Kedungjati. Tepatnya di Desa Kuwaron, Kecamatan Gubug. Hingga kemarin siang, jalur penghubung ini masih terendam air hingga ketinggian 65 sentimeter dengan wilayah yang tertutup air mencapai kurang lebih satu kilometer. "Semalam, kondisinya lebih parah. Ketinggian genangan air mencapai satu meter," ungkap Selo (52), salah seorang warga Kwaron, Senin (10/10).

Selain wilayah Kecamatan Gubug, banjir juga melanda tujuh desa di Kecamatan Tegowanu. Camat Tegowanu, Anwar, menyatakan, banjir yang melanda wilayahnya disebabkan oleh meluapnya Sungai Renggong serta Sungai Kliteh. Dampak terparah luapan air ini dialami warga Desa Tanggirejo serta Desa Mangunsari.

BPBD Kabupaten Grobogan merilis, banjir juga dipicu jebolnya tanggul Sungai Tuntang—yang berhulu di Rawapening, Kabupaten Semarang—di wilayah Desa Ngroto, Kecamatan Gubug. Air juga merendam permukiman warga di Desa Kemiri.

Hujan deras yang terjadi sejak Sabtu (8/10) juga menyebabkan banjir yang merendam sejumlah kecamatan di Kabupaten Sidoarjo. Manajer Pusdalops PB BPBD Provinsi Jawa Timur Abdul Hamid mengatakan, banjir yang merendam Kabupaten Sidoarjo berketinggian di kisaran 15-60 sentimeter. Ia menyebutkan, wilayah yang terendam banjir yakni Kecamatan Taman, Kecamatan Gedangan, Kecamatan Sedati, Kecamatan Buduran, Kecamatan Krian, Kecamatan Sedati, dan Kecamatan Sidoarjo.

Seorang warga, Rorry Nurmawati (26 tahun), mengaku tidak menduga banjir akan merendam  desanya tahun ini. Sebab, akhir tahun lalu Pemkab Sidoarjo telah membangun talut di Kali Buntung yang terletak di belakang desanya. "Warga sudah senang waktu talutnya dibangun, dipikir tidak bisa banjir, tapi ternyata tetap banjir," ujarnya.

Ruas jalan alternatif selatan-selatan yang berada di Kecamatan Patimuan, Kabupaten Cilacap, juga sempat terendam akibat luapan Sungai Pelimpahan kemarin pagi. Hal itu juga menyebabkan kendaraan tidak bisa melintas.

Selain di wilayah Kecamatan Patimuan, banjir juga melanda puluhan desa di Kecamatan Sidareja dan Kedungreja. Ratusan rumah warga di dua kecamatan tersebut terendam akibat meluapnya Sungai Cibereum. "Hingga siang tadi, ketinggian air masih cukup tinggi, mencapai lebih dari satu meter di lokasi terdalam,'' jelas Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPBD Cilacap Wilayah Sidareja Agus Sudaryanto.

Banjir bandang juga menerjang lereng Gunung Lawu di Desa Ngancar, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, kemarin. "Banjir bandang itu menerjang setelah hujan deras mengguyur kawasan setempat selama lebih dari 10 jam," kata anggota BPBD Magetan Gatut, di Magetan.

Menurut dia, banjir tersebut terjadi setelah air sungai dari daerah perbukitan tiba-tiba menerjang dan langsung menghantam rumah-rumah penduduk di bawahnya. Kepala Desa Ngancar Sarni mengatakan, dari hasil pendataan, ada sembilan rumah warga yang rusak akibat bencana banjir bandang tersebut.

Ia menambahkan, tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Namun, kerugian material akibat bencana alam tersebut mencapai ratusan juta rupiah.  rep: Rizky Suryarandika, Bowo Pribadi, Binti Sholikah, Eko Widiyatno, Dian Erika Nugraheny/antara, ed: Fitriyan Zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement