Kamis 29 Sep 2016 14:00 WIB

Perang Terbuka Berebut Pemilih Mengambang

Red:

JAKARTA -- Berbagai survei terkait Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 menunjukkan jumlah pemilih mengambang (swing voters) yang cukup tinggi, di atas 20 persen. Para pasangan calon memiliki peluang sama besar dalam merengkuh para pemilih itu, guna meningkatkan kemungkinan memenangi persaingan.

Direktur Eksekutif Saiful Muzani Research and Consulting (SMRC), Djayadi Hanan, mengatakan, berdasarkan survei lembaganya pada Agustus 2016, persentase pemilih mengambang Pilkada DKI sebanyak 30 persen. Selain itu, ada 10-15 persen pemilih lain yang belum memberikan keputusan (undecided voters).

Para pemilih tersebut tidak fanatik terhadap salah satu calon dan bisa sewaktu-waktu mengayunkan pilihan pada calon yang dinilai lebih menarik. "Sesuai karakternya, para swing voters di DKI ini sulit menentukan dan baru akan menetapkan pilihan di saat-saat akhir jelang pemungutan suara," kata Djayadi kepada Republika, Rabu (28/9).

Djayadi menambahkan, persentase jumlah pemilih mengambang akan terus bergerak hingga hari-hari terakhir menjelang pemungutan suara. Menurut dia, banyaknya pemilih mengambang membuat para kandidat calon belum ada yang bisa mengira-ngira raihan suara. "Persaingan dalam Pilkada DKI Jakarta 2017, diprediksi berlangsung ketat. Jadi, belum ada satu kandidat pasangan calon yang betul-betul aman," ujar dia.

Karena itu, Djayadi menyarankan, para kandidat sebaiknya tetap mencari celah untuk menambah dukungan. Salah satunya, menurut dia, dengan memanfaatkan keputusan para pemilih mengambang. Dia mengungkapkan, berapa pun jumlah akhir pemilih mengambang, tetap akan memberikan kontribusi bagi perolehan suara para pasangan calon.

Djayadi mengaku belum melakukan analisis terhadap komposisi latar belakang swing voters Pilkada DKI. Namun, dia menegaskan, mereka masih memperhatikan isu-isu populis, seperti kemacetan, kesehatan, pendidikan, ketersediaan lapangan kerja, dan isu umum masyarakat lainnya.

Direktur Riset Populi Center, Usep Achyar, juga mengatakan pemilih mengambang dalam Pilkada DKI J2017 relatif tinggi. Menurut dia, para pemilih itu masih menunggu gagasan juga misi serta visi dari ketiga pasangan calon yang bertarung.

Achyar menjelaskan, meski angkanya tinggi, para pemilih mengambang di DKI tidak berkelompok. Artinya, semua pasangan calon dapat mempergunakan celah tingginya pemilih mengambang ini untuk meraup dukungan sebanyak-banyaknya. "Terakhir survei kami, angka untuk swing voters masih tinggi sekitar 15-25 persen. Angka ini diprediksikan akan terus menurun setelah adanya kepastian pasangan calon yang bertarung," ujar dia, kemarin.

Menurut Achyar, pemilih di DKI Jakarta berbeda dengan pemilih pada pilkada di daerah lain. Demikian juga, para pemilih mengambangnya. Di DKI Jakarta, parpol yang menjadi pilihan para pemilih mengambang, belum tentu mengarahkan pilihan ke pasangan yang diusung parpol bersangkutan. "Mereka akan melihat gagasan yang dilemparkan ketiga calonnya, baru mereka pilih," katanya.

Achyar meyakini, meski saat ini pasangan pejawat, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat masih memiliki elektabilitas tinggi, tidak tertutup kemungkinan akan terus menurun. Terlebih setelah para penantangnya dideklarasikan.

Walaupun begitu, Achyar mengatakan, mayoritas masyarakat DKI Jakarta yang masih memilih Ahok-Djarot karena kepuasan kinerja keduanya. Kemudian, ada pemilih yang sudah menentukan pilihannya, tapi masih belum mantap. Mereka ini berpotensi untuk mengubah pilihan. "Jadi, Pilgub DKI Jakarta ini perang terbuka, belum ada yang aman," kata dia.

Strategi calon

Bakal calon wakil gubernur Sandiaga Uno mengatakan, pemilih mengambang sangat rasional dalam menentukan pilihan. Ia mengklaim telah memiliki berbagai strategi untuk menggaet suara mereka.

Namun, Sandi enggan membeberkan strategi yang akan ia gunakan. "Kita sudah tahu data-datanya. Kita juga sudah tahu demografinya seperti apa, lihat saja nanti," katanya di Jakarta Pusat, kemarin.

Sandi mengungkapkan, dari kegiatannya berkeliling Jakarta selama 10 bulan terakhir, ditemukan banyak persoalan yang dihadapi masyarakat Jakarta. Masyarakat Jakarta, menurut dia, sebagian besar menginginkan pemimpin baru. Ia menilai, merekalah yang sampai saat ini belum menentukan pilihan terkait Pilkada DKI.

Politikus PDIP Masinton Pasaribu mengiyakan pemilih mengambang menjadi perebutan seluruh calon gubernur dan wakil gubernur. Dia mengatakan, para pemilih mengambang akan memandang, calon gubernur dan wakil gubernur yang mereka anggap programnya paling baik dan bagus.

PDIP sebagai penyokong Ahok-Djarot melihat pemilih mengambang sebagai target suara. Masinton mengakui, saat ini partai sedang membuat strategi dan taktik untuk meraih suara dan dukungan dari para pemilih tersebut. "Dengan model-model kampanye kreatif, anak-anak muda," ujarnya. Ajakan tersebut akan dijalankan sejak hari pertama kampanye dimulai.      rep: Dian Erika Nugraheny, Ali Mansur, Rahmat Fajar, Mas Alamil Huda, ed: Fitriyan Zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement