Rabu 28 Sep 2016 15:00 WIB

Trump Kewalahan

Red:

NEW YORK -- Debat perdana antara calon presiden Partai Demokrat Hillary Clinton dan calon Partai Republik Donald Trump menunjukkan tajamnya pertentangan karakter dan kebijakan kedua kandidat. Meski demikian, Clinton sedikit di atas angin, sedangkan Trump tampak kewalahan dalam debat yang digelar di Universitas Hofstra, New York, Senin (26/9) waktu setempat.

Dalam siaran televisi debat tersebut, Donald Trump terlihat berupaya keras menahan temperamennya yang kerap meledak-ledak. Sedangkan lawannya, selalu tenang menangkis serangan Trump.

Meski dalam kampanye lebih sering memainkan peran penyerang, dalam debat kemarin Trump beberapa kali dipaksa bertahan oleh Clinton. Ia sempat terlihat marah ketika membela diri soal tuduhan rasial, seksisme, dan mengemplang pajak.

Clinton juga menuduh Trump 'rasis' karena mempertanyakan isu kelahiran Presiden Barack Obama. "Ia punya rekor panjang soal perilaku rasial, salah satu yang paling menyakitkan adalah kebohongan soal kelahiran (Obama)," kata Clinton.

Istri mantan presiden AS Bill Clinton itu juga berupaya mengingatkan pemirsa, tentang Trump yang dalam sejumlah kesempatan mengata-ngatai kaum perempuan. Selain itu, Clinton juga menyerang Trump yang sempat mengatakan, isu perubahan iklim adalah akal-akalan Cina.

Trump juga melancarkan sejumlah serangan kepada Clinton. Namun, kebanyakan bisa dibalikkan oleh mantan senator yang pernah menjabat sebagai menteri luar negeri (menlu) AS tersebut.

Salah satu serangan paling tajam Trump adalah soal dukungan Hillary terhadap perjanjian dagang, North America Free Trade Area (NAFTA) dan Trans-Pacific Partnership (TPP). Trump menilai, NAFTA adalah penyebab banyak industri AS beralih ke luar negeri dan mengurangi lapangan pekerjaan di AS.

Selain itu, ia juga menilai, Clinton adalah pendukung kuat TPP. Clinton menyangkal tudingan itu, tapi pemeriksaan yang dilakukan Associated Press menemukan fakta, Clinton memang mendukung TPP.

Trump juga menilai kebijakan perang Obama dan Hillary saat menjabat sebagai menlu AS di Timur Tengah, memicu munculnya kelompok ekstrem Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Terkait hal itu, Hillary membalas, dengan mengatakan jika ia sudah mengantongi rencana untuk membasmi ISIS.

Trump juga menyebut Clinton adalah tipe politikus yang hanya bicara, tapi tidak bisa bertindak. Clinton membalasnya dengan diplomatis. "Kata-kata itu penting jika Anda jadi presiden, dan ini sangat penting ketika Anda presiden," kata Clinton.

Lebih lanjut, Trump menyindir Clinton soal stamina. Ia menyuruh mantan menlu AS itu duduk di rumah saja di tengah isu soal penyakitnya. Clinton membalas Trump dengan mengatakan, ia memecahkan rekor dengan mengunjungi 112 negara dalam empat tahun.

Juru bicara kampanye Trump, Boris Epsheteyn, mengkritik moderator Lester Holt yang dinilainya tidak adil pada Trump. "Ia lebih keras pada Trump, ia lebih sering menginterupsi Trump," katanya seperti dilansir the Guardian.

Ketua kampanye Clinton, John Podesta, jemawa setelah debat berakhir. Ia mengatakan, debat ini menunjukkan Trump gila dan tidak cocok jadi presiden. "Kita lihat bagaimana pemilih menilai ini," kata manajer kampanye Clinton, Robby Mook.

Dalam debat kemarin, sejumlah isu panas yang sempat meramaikan masa kampanye tak disebut-sebut. Misalnya, rencana Trump membangun tembok besar guna menghalau imigran dari Meksiko ke AS dan rencananya membatasi Muslim memasuki AS. Kesalahan Clinton terkait perang Libya dan kebohongannya soal kejadian penyerangan Kedubes AS di Benghazi, Libya, juga tak disebut-sebut.

Berdasarkan perhitungan jajak pendapat CNN/ORC, sebanyak 62 persen responden menilai Hillary unggul dalam debat kemarin. Hanya 27 persen yang menyebut Trump lebih baik.

Pemberi suara yang menyaksikan debat tersebut menganggap penjelasan Hillary lebih gamblang dibandingkan Trump. Hillary juga dinilai lebih menguasai isu dengan nilai lebih dari dua dibandingkan satu untuk Trump. Kepemimpinan Hillary juga unggul 56 persen daripada Trump 39 persen.

Namun, kesenjangan antara keduanya lebih kecil ketika responden ditanya siapa yang lebih tulus dan asli?  Hillary hanya unggul dengan 53 persen dibandingkan Trump 40 persen.

Sekitar setengah responden mengatakan, debat tidak akan berpengaruh terhadap rencana pilihan mereka. Namun, bagi mereka yang menyatakan debat ini penting lebih banyak menguntungkan Hillary. Sebanyak 34 persen menyebut debat membuat mereka cenderung memilih Hillary dibandingkan Trump 18 persen.

Sejumlah jajak pendapat yang dilakukan menjelang acara tersebut, menunjukkan selisih yang tipis antardua kandidat. Dilansir the New York Times, jajak pendapat terbaru yang dilakukan Universitas Quinnipiac menyatakan, elektabilitas Clinton turun dari margin 47 persen menjadi margin 46 persen. Namun, ia masih mengungguli Trump beberapa persen.

Jajak pendapat terpisah yang dilakukan Universitas Monmouth menunjukkan, elektabilitas Clinton unggul empat angka dari Trump. Padahal satu bulan lalu, Clinton unggul tujuh angka. Jajak pendapat yang dilakukan CNN/CRC di Colorado dan Pennsylvania, yang mengikutsertakan Gary Johnson dan Jill Stein, calon dari Libertarian dan Partai Hijau, masih menunjukkan selisih yang tipis antara Clinton dan Trump.

Trump unggul satu persen di Colorado dan Clinton memimpin dengan margin yang sama di Pennsylvania. Di kedua negara bagian tersebut, pemilih dengan latar belakang pendidikan tinggi cenderung memilih Clinton, dan sebaliknya, pemilih berlatar belakang pendidikan rendah banyak memilih Trump.   rep: Lida Puspaningtyas, Fira Nursya'bani, ed: Fitriyan Zamzami

***

SERANGAN HILLARY

- Trump 'rasis' dan 'seksis'

- Temperamen Trump tak terkendali

- Trump menghindari bayar pajak

- Trump tak percaya perubahan iklim

JUALAN HILLARY

- Menaikkan upah minimum

- Menurunkan pajak kelas menengah

- Memiliki pengalaman

- Rencana mengalahkan ISIS

SERANGAN TRUMP

- Hillary tak jujur soal skandal email

- Hillary tak punya stamina memimpin

- Hillary ikut mendorong lahirnya ISIS

- Hillary pendukung perdagangan bebas

JUALAN TRUMP

- Renegosiasi perjanjian dagang

- Mencegah pabrik AS ke luar negeri

- Menaikkan suku bunga The Fed

- Mengembalikan pabrik-pabrik ke AS

Sumber: siaran debat capres AS

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement