Sabtu 24 Sep 2016 15:40 WIB

Anak Korban Bencana Garut-Sumedang Alami Trauma

Red: Arifin
Sejumlah warga korban banjir bandang melakukan pemeriksaan dilokasi pengungsian di Korem 062/Tarunanegara, Jl Bratayuda, Kabupaten Garut, Kamis (22/9) Dini hari.
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Sejumlah warga korban banjir bandang melakukan pemeriksaan dilokasi pengungsian di Korem 062/Tarunanegara, Jl Bratayuda, Kabupaten Garut, Kamis (22/9) Dini hari.

GARUT-- Korban banjir bandang di Garut dan tanah longsor di Sumedang, terutama anak-anak, mengalami trauma akibat bencana yang terjadi pada Selasa (20/9). Unuk mengatasi masalah yang mengimpit mereka, pemerintah beserta lembaga swadaya masyarakat (LSM) menyiapkan pemulihan trauma (trauma healing) dalam berbagai bentuk. 

Di Garut, sejumlah petugas yang tergabung dalam Tim Dukungan Psikososial dari Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung, melakukan pendampingan bagi anak-anak di beberapa posko pengungsian. 

"Banyak anak yang masih shocksetelah bencana," ujar salah seorang anggota Tim Dukungan Psikososial dari STKS Bandung Irniyati Samosir kepada Republika di Garut, Jabar, Jumat (23/9).  Menurut Irniyati, terdapat beberapa gejala trauma yang tampak pada anak. 

Misal saat akan kekamar mandi, mereka selalu ingin ditemani petugas karena ketakutan melihat sungai dan air berdebit tinggi. Ini terjadi lantaran anak-anak pernah menyaksikan secara langsung luapan air masuk ke rumahnya. 

Salah seorang anak, Sinta (bukan nama sebenarnya), yang tinggal di posko pengungsian Korem 062 Tarumanagara, Kabupaten Garut, mengalami trauma karena kehilangan orang tuanya. 

Situasi ini berbeda dengan anak-anak lain yang tinggal di tempat tinggal sementara itu bersama orang tua. "Kondisi ini membuat dia bertanya-tanya tentang keberadaan orang tuanya. Kami selalu menyampaikan kalau orang tuanya sedang pergi," kata Irniyati. 

Masih dari Garut, posko ramah anak didirikan di sejumlah titik pengungsian untuk mengatasi trauma pascabencana.

"Anak-anak menjadi salah satu kelompok paling rentan saat bencana. Kami menyiapkan ruang ramah anak sebagai tempat trauma healingbagi anak," ujar Manajer Komunikasi, PR, dan Media Yayasan Sayangi Tunas Cilik Fajar Jasmin. 

Fajar menjelaskan, posko ramah anak telah didirikan di Lapangan Paris, dekat RSUD Dr Slamet Garut. Sebanyak 20 relawan juga telah dilatih untuk kegiatan ruang ramah anak dan prinsip perlindungan anak. Selain itu, dua posko ramah anak juga akan didirikan di lokasi posko pengungsian lain nya.

Central Indonesia Area Senior Manager Yayasan Sayangi Tunas Cilik Brian Sriprihastuti menambahkan, fokus perhatian yayasan dalam bencana tersebut adalah pemenuhan hak anak.

Salah satunya adalah hak untuk rekreasi. Selain itu, yayasan juga berupaya memastikan anak- anak dengan disabilitas yang menjadi korban banjir, mendapatkan perhatian yang sama dan dapat bermain dengan anak-anak lainnya secara inklusif.

Di Sumedang, Koordinator Program Keluarga Harapan (PKH) Kabupaten Sumedang Sony Sonjaya mengaku, akan memberikan materi pembelajaran bagi anak-anak korban bencana tanah longsor, yang tidak bisa mengikuti pembelajaran di sekolah. Materi berupa film motivasi berkenaan dengan musibah kepada anak-anak. 

"Bahwa ternyata masih ada yang mengalami lebih penderitaannya. Motivasi supaya lebih tegar. Setelah pemutaran itu, akan dilakukan pembelajaran dengan dibagi kelompok," ujar Sony kepada Republika. Menurut Sony, pemulihan trauma tidak hanya diberikan oleh unsur PKH, tetapi juga oleh sejumlah lembaga.

Kemarin, Menteri Kesehatan Nila Moeloek menjanjikan pemulihan trauma bagi para korban bencana banjir bandang di Garut dan tanah longsor di Sumedang. "Tujuannya untuk melepaskan rasa takut akibat bencana," katanya. 

Sehari sebelumnya, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan, anak-anak korban tanah longsor di Sumedang telah diberikan pemulihan trauma. Tujuannya agar mereka tidak menderita trauma berkepanjangan akibat bencana terseut. 

"Ini proses trauma healing dan konseling yang biasa dilakukan oleh tim Tagana (Taruna Siaga Bencana), untuk bisa mendeteksi bagaimana anak-anak melihat suasana di perkampungannya," ujar Khofifah. Menurut dia, Tagana sudah memiliki lebih dari 300 orang Tagana psikososial, yang mempunyai keahlian khusus untuk memberikan pemulihan trauma dan konseling trauma.

Salah seorang pengungsi, Entin Suriatin mengatakan, dengan adanya beberapa kegiatan pemulihan trauma, anak-anak juga bisa terhibur dan tidak terus mengingat bencana yang terjadi. 

Korban bertambah Hingga kemarin, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, jumlah korban meninggal dunia akibat banjir bandang di Garut mencapai 27 orang. Sedangkan di Sumedang, korban jiwa tanah longsor tercatat empat orang.

Menurut Humas dan Protokoler Basarnas Bandung Joshua Banjar nahor, tim gabungan memper luas pencarian warga yang dilaporkan hilang terbawa arus banjir bandang di Garut. Joshua mengatakan, hingga hari ketiga, tim SAR dan tim pencarian lainnya terus berupaya mencari para korban hilang yang dilaporkan berjumlah 22 orang. Tim SAR gabungan tercatat di perkuat 1.395 (personel).    rep: Fuji Eka Permana, Muhammad Fauzi Ridwan, Qommarria Rostanti/antara, ed: Muhammad Iqba

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement