Senin 19 Sep 2016 14:00 WIB

Arena Temu Suporter di PON XIX

Red:

Gemuruh suporter di Tanah Air jarang dikaitkan dengan gelaran Pekan Olahraga Nasional (PON). Namun, pada helatan PON XIX di Jawa Barat (Jabar) tahun ini, para suporter menumbulkan keriuhan tersendiri.

Dari Surabaya, para pendukung yang akrab dikenal dengan sebutan Bonek, kependekan dari Bondo Nekat, ikut meramaikan pesta olahraga tersebut. Usaha menunjukkan rasa kesetian tak hanya bisa dilihat dari tribun sepak bola, olahraga yang kerap diasosiasikan dengan kehadiran mereka. Mereka tetap menabuh drum dengan melantunkan yel-yel berlogat Jawa Timur untuk mendukung atlet asal Kota Pahlawan berjuang di cabang olahraga judo.

Tak seperti biasanya, depan gerbang pintu masuk GOR Saparua di Jalan Ambon, Bandung, cabang olahraga judo yang sedang dipertandingkan di tempat ini tampak meriah, Sabtu (17/9) sore. Sorak-sorai terdengar jelas dalam arena dalam pertandingan saat atlet Jawa Timur dari kelas 45 kilogram putri, Nita Almira Rusmanto, bertarung melawan wakil dari Jawa Barat Firstana Paradikta. Terdengar teriakan-teriakan yang nyaris merobek gendang telinga, ditambah suara bising trompet serta tabuhan drum.

Suara nyaring tersebut berasal dari tribun seberang yang mayoritas dipenuhi dengan warna hijau. Tak pelak gaya eksentrik dengan rambut berwarna merah, kuning, dan hijau menjadi pusat perhatian bagi beberapa orang di sana.

Selintas bendera bertuliskan "Arek-arek Suroboyo" dibentangkan untuk menandakan identitas. Bonek seperti ingin menancapkan taringnya di bumi Parahyangan. Meski dalam partai tersebut Nita Almira gugur dari atlet tuan rumah, Bonek terus menunjukkan semangat juang tinggi dan solidaritas kuat untuk terus memberikan warna lain bagi acara tersebut.

"Kami datang ke sini untuk memberikan dukungan 100 persen kepada tim Jawa Timur (Jatim). Beberapa rekan Bonek lainnya juga tersebar di cabor-cabor lain," kata Hakim Rusdi yang menahbiskan diri sebagai koordinator lapangan para suporter Jawa Timur.

Hakim mengklaim, kedatangan suporter tidak semuanya difasilitasi oleh pemerintah provinsi. Tidak sedikit juga yang datang dilatarbelakangi inisiatif sendiri.

Menurut dia, kebanyakan para suporter ini tergabung dalam Bonek Mania. Sebagian juga dari Yayasan Suporter Surabaya (YYS). "Jadi, kurang lebih total semuanya sekitar 350 orang," sambung Hakim.

Salah satu Bonek yang hadir di GOR Saparua adalah Hamin Gimbal. Kulitnya gelap. Saat ditemui Republika, hijau warna rambutnya. Rupa-rupa rajah terlukis di sekujur lengan kanan-kirinya.

Terlepas dari perawakan sangar itu, Hamin berjanji bahwa anggotanya tidak akan melakukan aksi onar dan mengancam warga setempat selama PON XIX. "Kami tulus mendukung para atlet serta berjanji menaati semua pertaruan yang ada," ujar pria berusia 35 tahun itu.

Suporter militer

Jika Bonek dikerahkan Provinsi Jatim, lain lagi sebagian suporter yang bersorak untuk Jawa Barat. Pendukung yang berasal dari anggota militer dilibatkan dalam laga final penyisihan sepak bola Grup A PON XIX antara tim tuan rumah melawan DKI Jakarta, kemarin. Para anggota militer itu datang dari dari Korem 61 Bogor.

Salah satu anggota TNI yang datang mendukung mengatakan, aksi prajurit turun ke lapangan cuma sekadar mendukung kesebelasan sepak bola dari daerah tersebut. Ada sekitar 200 prajurit berseragam militer yang ikut meramaikan tribun suporter di belakang gawang tim Jabar. "Komandan Kontingen Jabar kan Pangdam (Siliwangi). Sudah ada izinnya," kata suporter tersebut.

Laga final antara dua tim daerah tersebut berlangsung di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Jabar. Tim tuan rumah, sudah memastikan tiket delapan besar setelah dua kali unggul dalam laga-laga sebelumnya. Sementara, tim DKI, masih mencari peluang untuk lolos ke fase grup lewat tiket tiga terbaik dari 12 tim yang terbagi dalam tiga grup.

Para pendukung kedua kesebelasan tak kalah semangat dibandingkan saat menyaksikan perhelatan sepak bola profesional Liga Indonesia. Kerusuhan sempat terjadi di penghujung babak pertama.

Insiden kerusuhan terjadi setelah ratusan suporter kedua tim, balas-membalas lemparan dengan berbagai kayu dan petasan ke arah para pendukung masing-masing. Para suporter Ibu Kota berada di tribun utara, sementara para pendukung tim Jabar menguasai mayoritas stadion yang berada di bagian selatan.

Kedua suporter saling jual-beli lemparan di tribun timur. Dalam kerusuhan tersebut, para suporter militer tak tampak ikut dalam aksi saling lempar antarsuporter tersebut.

Satuan Brigadir Mobil (Brimob) Purwakarta yang dilibatkan dalam keamanan di pertandingan tersebut cepat menanganinya. Satu batalion Brimob Purwakarta mengejar para pendukung agar perkelahian bisa dilerai. Namun, para pendukung ibu kota sepertinya sulit dikontrol sampai dipaksa agar keluar stadion. Sementara, para suporter tim Jabar tetap bertahan di stadion.

Lantaran kerusuhan tersebut, pertandingan babak kedua sempat ditunda sekitar 30 menit. Tim Jabar pada akhirnya memenangi pertandingan dengan keungulan 2-0 atas DKI. Gol pembuka dibuat kapten tim Jabar Abdul Aziz Lutfi Akbar pada menit ke-10. Pada menit ke-27, tim tuan rumah menggandakan kedudukan menjadi 2-0 lewat gol Heri Susanto.     rep: Anggoro Pramudya, Bambang Noroyono, ed: Fitriyan Zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement