Kamis 15 Sep 2016 12:00 WIB

Benahi Layanan Haji

Red:
Ratusan ribu jamaah haji meninggalkan kota Mina usai melontar jumrah pada hari ketiga, bagi jamaah haji yang mengambil Nafar Awal, Rabu (14/9). (Republika/ Amin Madani)
Foto: Republika/ Amin Madani
Ratusan ribu jamaah haji meninggalkan kota Mina usai melontar jumrah pada hari ketiga, bagi jamaah haji yang mengambil Nafar Awal, Rabu (14/9). (Republika/ Amin Madani)

MINA -- Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi menilai prosesi puncak haji tahun ini di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina) berlangsung aman dan lancar. Meskipun demikian, terdapat sejumlah catatan yang harus ditindaklanjuti agar pelayanan haji semakin membuat jamaah nyaman beribadah.

"Kita mensyukuri terlebih dahulu apa yang sudah kita raih sekarang. Ke depan, yang harus dikembangkan adalah bagaimana kita bisa meningkatkan pelayanan di Arafah dan Mina," kata Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin seusai melontar jumrah di Jamarat, Mina, Arab Saudi.

 

Lukman mengaku bersyukur tahapan terkini dalam puncak haji, yaitu prosesi melontar jumrah hingga Rabu (14/9) berjalan baik. "Tadi suasananya sangat padat, tapi mengalir sehingga lancar," ujarnya.

Menurut Lukman, lancarnya prosesi melontar jumrah tidak terlepas dari peran petugas, yang terus menyosialisasikan agar jamaah haji Indonesia melempar jumrah, sesuai jadwal yang sudah ditentukan oleh maktab. "Jamaah juga berperan penting karena menuruti jadwal," katanya.  

Rasa syukur Lukman bukan hanya karena prosesi melontar jumrah sejauh ini berlangsung aman dan lancar. Dari aspek transportasi, secara umum mengalami perbaikan.

Transportasi udara berjalan tepat waktu. Sementara transportasi darat, mengalami penambahan dari sisi pengadaan bus.

Begitu pula, pemondokan jamaah haji Indonesia di Madinah dan Makkah yang hampir sebagian besar setara dengan hotel bintang tiga. "Ini merupakan sesuatu yang patut kita syukuri bahwa sebagian jamaah, merasakan tahun ini lebih baik dari sebelumnya," ujarnya.

Namun, Lukman mengakui ada beberapa catatan yang mesti ditindaklanjuti. Dalam pelayanan akomodasi di Arafah, penyejuk udara dan tenda jamaah harus diperbaiki sehingga kenyamanan jamaah dalam beribadah bisa ditingkatkan.

Pemondokan di Mina juga menjadi catatan sebab memerlukan banyak pembenahan. "Problem Mina selalu adalah keterbatasan toilet atau kamar mandi. Pemerintah Indonesia terus mengomunikasikan hal ini kepada Pemerintah Arab Saudi agar di Mina, khususnya kamar mandinya, bisa ditambah," kata Lukman.

Sementara untuk katering, meski sebagian besar jamaah haji Indonesia mengaku sudah merasa cocok dengan menu-menu yang disajikan, masih ada catatan. Salah satunya adalah masih ditemukan jenis-jenis makanan yang basi karena dikonsumsi melebihi batas waktu.

Jamaah Indonesia rata-rata mematuhi imbauan pemerintah untuk tidak melontar di jam-jam yang dilarang untuk alasan keamanan, guna mencegah terulangnya peristiwa jalur 294 Mina pada 2015 yang memakan korban lebih dari 100 jamaah Indonesia.

Pengaturan tersebut diapresiasi sejumlah jamaah yang merasa aman saat melontar jumroh. "Kalau saya amati dari awal tadi, cukup bagus pengaturannya sehingga saat masuk ke Jamarat, sudah tidak berdesakan lagi. Sudah agak longgar dan bisa mepet ke sumuran jumrah. Cara ini lebih baik karena kami bisa leluasa melakukan lontar jumrah," kata Satuki, jamaah asal embarkasi Surabaya yang ditemui seusai melontar jumroh aqabah.

         

Evaluasi DPR

Ketua Komisi VIII DPR Ali Taher Parasong menilai, masih terdapat kekurangan pada prosesi puncak haji tahun ini di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina). "Ya benar, masih banyak yang perlu diperbaiki, terkait hak dan kewajiban jamaah juga fungsi pelayanan haji oleh pemerintah," ujarnya kepada Republika di Jakarta, Rabu (14/9).

Menurut Ali, masalah-masalah yang masih perlu memperoleh perhatian adalah akomodasi, konsumsi, kesehatan, dan transportasi. Tanggung jawab bukan hanya pada Pemerintah Indonesia semata, melainkan juga Pemerintah Arab Saudi.

"Mereka masing-masing harus bertanggung jawab dengan tugasnya," kata Ali. Politikus Partai Amanat Nasional ini secara khusus mencuplik masalah yang terjadi pada tenda dan pendingin, saat jamaah haji Indonesia berada di Armina.

Ali menyarankan agar dibuat tenda permanen dengan instalasi listrik, air, dan infrastruktur perhubungan. Padahal, Kementerian Agama sebelumnya telah menyarankan adanya instalasi listrik dan air sebelum pelaksanaan haji.

"Tampaknya ini belum direalisasikan. Ini tentu menjadi tanggung jawab Pemerintah Arab Saudi," ujar Ali. Sedangkan terkait makanan basi yang diberikan kepada sejumlah jamaah, Ali mengatakan, akan mengevaluasi penyebabnya.

Setiap maktab memiliki jadwal pelaksanaan ibadah yang berbeda. Seharusnya, pembagian makanan pun disesuaikan dengan jadwal maktab. Didi Purwadi  antara ed: Muhammad Iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement