Sabtu 27 Aug 2016 20:37 WIB

Duterte: Cari dan Hancurkan Abu Sayyaf

Red: Arifin

DAVAO -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte menegaskan kembali perintahnya kepada militer untuk memburu dan menghancurkan kelompok senjata Abu Sayyaf. Ia menghendaki militernya, untuk segera menuntaskan keberadaan Abu Sayyaf di wilayah selatan. 

Kegeraman Duterte kali ini muncul setelah berembus kabar bahwa warga Filipina berusia 18 tahun yang menjadi sandera telah dipenggal kepalanya. Duterte bertekad, pemerintahannya akan bersikap keras terhadap kelompok tersebut. 

Duterte memerintahkan polisi dan angkatan bersenjata memberangus musuh negara itu. `'Cari markas-markas mereka di mana saja berada dan hancurkan mereka,'' katanya dalam konferensi pers di Davao City, seperti dilansir laman berita Manila Times, Jumat (26/8). 

Ditanya apakah upaya memberantas Abu Sayyaf akan berbeda caranya dengan pemerintahan sebelumnya, Duterte menyatakan, aksi militer ini akan lebih keras. `'Ini bukan sekadar kampanye. Kejar dan hancurkan mereka. Tak usah pertanyakan soal HAM,'' ujarnya. 

Duterte menyatakan, dia telah hilang kepercayaan terhadap Abu Sayyaf meski berusaha untuk melakukan kontak dengan mereka. 

Juru bicara pasukan Western Mindanao Command, Mayor Felimon Tan, menyebutkan, Patrick Almodovar (18 tahun) dipenggal pada Rabu (24/8) pukul 15.00 waktu setempat di Desa Banza, Indanan, Provinsi Sulu, Filipina Selatan. 

Kepala sang sandera yang dibungkus kantong plastik ditemukan di Desa Kadjatan, Indanan. Namun, tubuh Almodovar tak di temukan di lokasi tersebut. Almodovar dieksekusi se telah ke luarganya gagal memenuhi tenggat pembayaran tebusan pada 24 Agustus 2016. 

Tan menuturkan, kelompok Muammar Askali berada di belakang eksekusi kejam tersebut. Pemenggalan itu bukan kali ini saja terjadi. Pada April 2016, John Ridsdel (68) menjadi korban dan pada Juni giliran Robert Hall yang menemui kematian. Keduanya adalah warga Kanada. 

Saat ini, kelompok Abu Sayyaf masih menyandera lebih dari selusin orang dan mereka menghendaki tebusan besar. Seorang WNI yang bernama Mohammas Sofyan pada Rabu (17/8) dini hari melarikan diri dengan berenang di laut karena diancam akan dipenggal Abu Sayyaf. 

Warga Desa Bual, Luuk, Pulau Jolo, Provinsi Sulu, Filipina Selatan, menemukan Sofyan dan menyelamatkannya. Selain Sofyan, ada Ismail yang juga lolos.

Mereka bagian dari tujuh anak buah kapal (ABK) Tugboat Charles yang dibajak Abu Sayyaf di perairan Sulu, Filipina, 20 Juni 2016. Menurut Tan, aksi militer tetap akan menjadi pilihan untuk mengatasi kelompok Abu Sayyaf.

Penambahan pasukan juga dilakukan, terutama di Sulu dan Basilan. `'Saya tak bisa menyebutkan berapa jumlahnya, tetapi saya yakinkan sangat besar,'' katanya.

Pada Jumat (26/8) pagi, pertempuran pecah antara pasukan Filipina dan Abu Sayyaf di Sulu. Sebanyak 17 tentara mengalami luka dan enam anggota Abu Sayyaf kehilangan nyawa. 

Pasukan 4th Scout Ranger Battalion terlibat baku tembak dengan sekitar 100 personel kelompok Abu Sayyaf di Desa Bungkaong, Kota Patikul, pukul 06.00 waktu setempat. Korban berasal dari kelompok bersenjata, termasuk salah satu petinggi Abu Sayyaf, Mohammad Said. 

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah mendesak kelompok Abu Sayyaf menyerah dan secepatnya membebaskan sandera.

`'Presiden Filipina memberikan waktu bagi mereka untuk menyerah,'' katanya, Kamis (25/6). Ia mengatakan, kalau mereka menyerah akan baik-baik saja, tapi kalau tidak menyerah akan di habisi.  rep: Melisa Riska Putri, Intan Pratiwi/ap/antara, ed: Ferry Kisihandi 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement