JAKARTA -- Lembaga filantropi Dompet Dhuafa mendapatkan penghargaan tingkat Asia The Ramon Magsaysay Award 2016. Penghargaan ini diberikan atas dedikasi lembaga ini dalam mentransformasikan zakat tradisional dan memperluas manfaat zakat.
Penghargaan Ramon Magsaysay, yang diambil dari nama presiden ke-7 Filipina, merupakan salah satu penghargaan utama di Asia untuk menghargai jiwa sosial dan pemimpin yang mampu melakukan perubahan besar di tingkat Asia. Dalam 50 tahun terakhir, sebanyak 300 pria, wanita, dan lembaga yang melayani tanpa pamrih serta memberikan solusi bagi masyarakat Asia telah diganjar penghargaan.
Laman resmi Ramon Magsaysay Award Foundation menyatakan, Dompet Dhuafa mulanya dirancang para karyawan Koran Republika tak lama setelah berdirinya media tersebut pada 1993, sebagai cara mengumpulkan dana sumbangan dan zakat internal. Pengumpulan dana kemudian melibatkan pembaca Republika dan publik secara umum.
"Lembaga resmi bernama Dompet Dhuafa Republika lalu didirikan, mengingat hasil pengumpulan dana yang sangat menggembirakan. Saat itu, Dompet Dhuafa berupaya mengubah konsep pemberian zakat dan sedekah menjadi program-program pemberdayaan," demikian pernyataan Ramon Magsaysay Foundation.
Dompet Dhuafa yang kemudian berdiri secara mandiri dari Republika merambah rupa-rupa program pemberdayaan, dengan dana yang dikumpulkan masyarakat. Mulai dari pembiayaan UMKM, pembangunan fasilitas publik, juga perbantuan usaha tani. Di bidang kesehatan, Dompet Dhuafa juga mendirikan fasilitas kesehatan gratis. Sedangkan di bidang pendidikan, sebanyak 400 mahasiswa miskin ditanggung biaya belajarnya, asrama gratis didirikan, serta program pelatihan guru digelar.
Dengan tujuan yang jelas, kepercayaan publik kepada Dompet Dhuafa meningkat. Pada 2015, lembaga tersebut berhasil mengumpulkan dana setidaknya Rp 260 miliar. Dana tersebut disalurkan ke sekitar 13 juta penerima manfaat.
Ramon Magsaysay Foundation juga menegaskan, "Dompet Dhuafa berhasil menumbuhkan potensi agama Islam dan pemeluknya. Zakat ternyata ampuh dijadikan sarana untuk memperbaiki kehidupan jutaan orang, terlepas dari keyakinan mereka."
Mantan pemimpin redaksi Republika sekaligus pendiri Dompet Dhuafa Parni Hadi berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung Dompet Dhuafa selama 23 tahun. "Alhamdulillah, terima kasih kepada semua teman yang telah memberikan public trust, award ini bukan karya perorangan melainkan karya banyak orang dan banyak pihak," kata dia kepada Republika, Rabu (27/7).
Parni berharap Dompet Dhuafa dapat terus menjaga kepercayaan publik yang masih harus terus disempurnakan. Salah satu program yang saat ini ingin menjadi program unggulan selain zakat adalah penghimpunan wakaf fidyah. Setelah memenangi penghargaan di bidang zakat, Dompet Dhuafa ingin mencoba mengembangkan wakaf produktif yang tidak hanya digunakan untuk makam dan masjid, tetapi juga usaha sosial.
Pendiri Dompet Dhuafa lainnya, Eri Sudewo, mengatakan mendapat penghargaan adalah sebuah kemenangan. Namun, ada yang namanya kemenangan yang sesungguhnya dengan membangun tim berkarakter, menghasilkan tim berakhlak. "Juara atau penghargaan hanya dinikmati sesaat, paling lama tiga bulan, tetapi memiliki tim berkarakter atau tim berakhlak akan dikenang sepanjang masa," katanya kepada Republika, Rabu (27/7).
Eri mengamini, Dompet Dhuafa merupakan satu hal yang baru pada saat berdirinya. Dompet Dhuafa menjadi lembaga yang mampu mengubah tradisi pengelolaan dana umat tradisional menjadi manajemen profesional. Saat banyak orang melakukan pekerjaan sosial hanya sambil lalu, Dompet Dhuafa mulai mengubah hal tersebut dan bekerja sosial dengan sepenuh waktu.
Sebelum banyak program sosial muncul, Dompet Dhuafa telah menjadi pionir untuk memecahkan persoalan masyarakat. Salah satu program unggulan sejak awal berdirinya Dompet Dhuafa adalah tebar hewan kurban. Program ini bertujuan untuk menghasilkan kedaulatan ternak di Indonesia. Sehingga muncul ratusan hingga ribuan peternak muda baru yang mengembangkan peternakan di Indonesia.
Selanjutnya adalah program Islamic Micro Finance. "Kita mengenal dengan Baitul Mal wal Tamil (BMT), sejak berdiri kami berharap 10 tahun ke depan, Dompet Dhuafa dapat mencetak ribuan manajer BMT," kata dia.
Walaupun begitu, Eri menuturkan, banyak kendala yang dihadapi saat awal berdirinya Dompet Dhuafa. "Saya menjadi sekretaris redaksi Republika, dan setelah lahir 2 Juli 1993, Dompet Dhuafa perlu dikelola, tetapi banyak pihak yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Saya bertanggung jawab untuk mengelola ini. Saya berterima kasih kepada Republika karena telah mendukung dengan berbagai fasilitas pada awal berdiri," katanya.
Presiden Direktur Dompet Dhuafa Ahmad Juwaini mengatakan, penghargaan Ramon Magsaysay merupakan satu bentuk apresiasi terhadap kegiatan Dompet Dhuafa selama 23 tahun. Ia menjanjikan, Dompet Dhuafa tidak akan berhenti berkiprah untuk melayani dan memberdayakan kaum dhuafa dalam mendapatkan penghargaan yang lebih tinggi.
"Banyak kendala yang dihadapi Dompet Dhuafa selama 23 tahun, tantangan terbesar adalah menyiapkan masyarakat menjadi mandiri," kata dia. Bekerja di lembaga filantropi pun butuh ketelatenan dan Dompet Dhuafa mendapatkan penghargaan ini karena telah memiliki waktu yang sangat panjang. Ke depannya, Dompet Dhuafa akan terus menyadarkan masyarakat untuk peduli dan memperhatikan kaum dhuafa.
Pengamat Zakat UIN Amalia Fauzi mengatakan, Dompet Dhuafa layak mendapatkan Ramon Magsaysay Award atas kiprahnya selama 23 tahun. Sebab, Dompet Dhuafa tidak hanya bekerja untuk Indonesia, tetapi juga Asia Tenggara. "Dompet Dhuafa pantas mendapatkan apresiasi dari lembaga luar setingkat Asia," katanya. Menurut dia, Dompet Dhuafa dikenal sejak awal merupakan salah satu pemimpin dalam melakukan filantropi transformatif.
Sejak berdiri hingga masa Reformasi pada 1998, hanya Dompet Dhuafa yang kiprahnya menjadi lembaga sosial terlihat. Selain didukung media yang kuat, SDM di dalamnya pun merupakan Muslim yang progresif dan memiliki kreativitas tinggi.
Ia menekankan, tantangan bagi Dompet Dhuafa dan lembaga zakat yang berbasis agama adalah menerapkan prinsip kemanusiaan secara universal. Artinya, lembaga ini harus bisa membantu masyarakat tanpa membeda-bedakan kelompok, asal, dan agama. rep: Ratna Ajeng Tejomukti, ed: Fitriyan Zamzami