Pemerintah mempertimbangkan untuk memberi pengampunan.
TOBASA--Delima, salah satu istri terduga teroris Santoso yang meninggal dalam baku tembak awal pekan ini, menyerahkan diri. Kapuspen TNI Brigjen TNI Tatang Sulaeman menyatakan, Delima menyerahkan diri saat Satgas Tinombala mengejar 19 anggota Santoso yang masih tersisa.
Tatang mengatakan, pada Sabtu (23/7) pagi, sekitar pukul 07.00 WITA, seorang perempuan atas nama Delima ditemukan di sebuah gubuk di Poso. Sebelumnya, Delima pada operasi di Desa Tambarana, Poso, sempat dilumpuhkan. "Benar, saya juga dapat info itu dari Wandan satgas Tinombala. Tim sedang mengidentifikasi lebih lanjut dan mendalami hal tersebut," ujar Tatang saat dikonfirmasi Republika, Sabtu (23/7).
Tatang mengatakan, kemarin, terduga istri Santoso telah dibawa ke Kotis sektor 1 Poso Pesisir Utara untuk mendapatkan perawatan dan identifikasi lebih lanjut. Tatang mengatakan, tim sedang memverifikasi identitas Delima dan kaitannya dengan Santoso.
Sebelumnya, tim Satgas Tinombala menembak mati Santoso saat terjadi baku tembak pada Senin (18/7). Santoso dan satu orang pengikutnya, Mukhtar, meninggal akibat baku tembak tersebut.
Setelah Santoso meninggal, tinggal 19 orang lagi, termasuk istri-istri Santoso yang masih berada di tempat persembunyiannya. Sebanyak 19 orang ini kemudian masih dalam pengejaran tim Satgas Tinombala.
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, Delima memang menyerahkan diri setelah tim Alfa Satgas Tinombala melakukan penyergapan di sebuah gubuk di Poso.
Luhut mengatakan, bisa jadi Delima menyerahkan diri karena ada pernyataan pemerintah untuk memberikan pengampunan kepada mereka.
"Bisa jadi mereka menyerah karena tawaran kami. Tapi, apa pun itu, kami memang menganjurkan mereka untuk menyerah. Nanti, bisa saja kami pertimbangkan untuk pengampunan seperti Din Minimi," ujar Luhut di Toba Samosir, Sabtu (23/7).
Luhut mengatakan, salah satu langkah pemerintah agar bisa memukul mundur para simpatisan Santoso ini adalah dengan memakai pendekat an soft approach. Luhut mengatakan, salah satu pendekatan itu adalah dengan memberikan pengampunan kepada mereka. "Kita bisa saja pertimbangkan pengampunan. Entah nanti mereka dijatuhkan dulu perkara pidananya, nanti diampuni, atau nanti kita lihat," ujar Luhut.
Namun, menyerahnya istri Santoso menjadi sinyal positif bagi pemerintah bahwa langkah soft approachbisa membuahkan hasil.
Hingga saat ini, Luhut meminta pasukan tetap berjaga-jaga di sekitar daerah tersebut. Namun, juga meminta mereka untuk melakukan pendekatan kultural.
Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Polisi Rudy Sufahriadi kembali mengeluarkan maklumat kepada para pengikut Santoso yang masih bertahan di tempat persembunyian di hutan-hutan Poso untuk segera menyerahkan diri. "Menyerahkan diri akan lebih baik," demikian salah satu bagian maklumat bernomor MAK/3/VII/2016 tanggal 22 Juli 2016 tentang Imbauan Penyerahan Diri Pelaku Tindak Pidana Terorisme pascameninggalnya Santoso itu.
Kapolda Sulawesi Tengah selaku penanggung jawab kebijakan Operasi Tinombala 2016 dalam rangka penegakan hukum terhadap pelaku terorisme, mengimbau kepada pelaku tindak pidana terorisme yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) untuk segera menyerahkan diri dan mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang telah dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku.
Mereka dapat menyerahkan diri di kantor Polres Poso, Kodim Poso, polsek-polsek, atau koramil terdekat di wilayah Poso. Pihak aparat berkomitmen kepada mereka yang menyerahkan diri untuk memperlakukan mereka secara manusiawi dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai HAM dan dalam proses hukum, tetap berpedoman pada asas-asas yang berlaku.
Menurut Kapolda, menyerahkan diri akan lebih baik dibanding jika dilakukan dengan pendekatan upaya tegas (penangkapan) yang kemungkinan berdampak pada tindakan tegas dan aparat hukum akan memerhatikan keluarganya selama proses hukum.
Sebagai bukti komitmen aparat, kata Kapolda, DPO yang telah menyerahkan diri diperlakukan secara manusiawi karena musuh aparat adalah perbuatannya, bukan orangnya.
Satgas Operasi Tinombala Poso yang diperkuat oleh 3.600-an personel TNI dan Polri saat ini masih memburu sekitar 18 orang DPO kasus terorisme Poso jaringan Santoso, dua di antaranya adalah perempuan. rep: Intan Pratiwi/antara, ed: Firkah Fansuri