Senin 30 May 2016 14:00 WIB

Bawang Myanmar Beredar di Lampung

Red:
Bawang merah (Ilustrasi)
Foto: Odditycentral
Bawang merah (Ilustrasi)

BANDAR LAMPUNG--Pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung, sudah menjual bawang dari luar negeri. Padahal, pemerintah masih berencana mengimpor 2.500 ton bawang merah untuk menstabilkan harga saat Ramadhan dan Lebaran.

"Harganya (bawang impor) Rp 30 ribu lebih murah dibandingkan harga bawang merah lokal Rp 45 ribu per kg,'' ungkap Warso, pedagang bahan pokok di Pasar Induk Tamin, Bandar Lampung, Ahad (29/5). Menurut dia, bawang itu sudah beredar sejak Kamis (26/5).

Agen bawang, jelas dia, sudah memasok bawang merah asal Burma atau Myanmar itu ke pedagang-pedagang di pasar tradisional. Selain di Pasar Induk Tamin, pedagang di Pasar Pasir Gintung juga memperoleh bawang merah impor itu dan mulai menjualnya pada Ahad (29/5).

Warso mengakui, sebenarnya bawang impor tersebut kurang diminati pembeli karena kualitasnya rendah. Keengganan konsumen membeli bawang merah impor karena selain warna merahnya pucat, juga setelah digoreng tidak sewangi bawang asal Brebes, Jawa Tengah, misalnya.

Sebelumnya, ia pernah ditawari agen membeli bawang impor, tetapi ia belum berminat. Menurut dia, harga bawang merah lokal memang mahal, tetapi masih banyak yang membeli walaupun dengan jumlah yang tidak banyak.

Kementerian Pertanian (Kementan) mengaku belum mendapatkan laporan peredaran bawang merah asal Myanmar di Bandar Lampung. Dirjen Hortikultura Kementan Spudnik Sujono akan menindaklanjuti laporan itu melalui koordinasi dengan kementerian lain.

''Kalau kabar tersebut benar, itu sudah pasti bawang merah ilegal," kata Spudnik, kemarin. Sebab, kata dia, pemerintah sama sekali belum mendatangkan bawang merah dari negara lain meski izin impornya sudah dibuka.

Dari segi prosedur, lanjut dia, keberadaan bawang impor akan merusak tatanan pasar bawang dalam negeri. Ia mengungkapkan, produksi bawang nasional sebenarnya melimpah meskipun pemerintah memutuskan impor.

Bawang merah akan terus berdatangan dari sejumlah sentra produksi. Sebanyak 200 ton bawang merah dari Bima, NTB, masih dalam perjalanan. Selain itu, Nganjuk, Jawa Timur, juga menyiapkan 100 ton bawang merah untuk kebutuhan masyarakat. 

Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyebut, rencana impor bawang merah ganjil. ''Ini kurang tepat (impor bawang merah), kita bilang angka produksi naik, tapi tahu-tahunya impor," ujarnya dalam rapat koordinasi di Padang, Sumatra Barat, akhir pekan lalu.

Sekjen Asosiasi Bawang Merah Indonesia Ikhwan Arif menyebutkan, pasokan di lapangan cukup. Di pasar induk saja, sudah 30 truk per hari, naik dari pekan lalu yang masih 24 truk per hari. ''Sebetulnya, pasokan sudah bertambah, tapi memang awal puasa permintaan tinggi.''

Ikhwan menilai, dengan pasokan 30 truk bawang merah per hari, lebih dari cukup untuk menurunkan harga. Kelebihan permintaan biasanya cuma dua truk. Jadi, kalau kelebihannya hingga enam truk, malah mengganggu.

Namun, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Perekonomian Musdhalifah Machmud menjelaskan, kemungkinan impor bawang merah masih besar. Hal ini karena harga bawang di pasar masih tinggi.

"Harga kan masih tinggi," kata Musdhalifah melalui pesan singkat kepada Republika. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, per Jumat (27/5), harga bawang merah di Jakarta Rp 40.280 per kg sedangkan harga nasional Rp 42.080 per kg.

Menurut dia, harga yang mencapai Rp 40 ribu per kg akan sulit turun jika pemerintah tak menambah stok bawang merah. Untuk menurunkan harga menjelang Ramadhan dan persiapan Idul Fitri, pemerintah masih harus mengimpor bawang merah.

Sebab, dari target serapan Bulog di angka 23 ribu ton, saat ini baru sampai 1.000 ton. Minimnya penyerapan ini bukan karena Bulog enggan mengambil bawang merah dari petani, melainkan karena minimnya suplai bawang yang bisa dibeli. Kebutuhan per bulan mencapai 85 ribu ton.

Dia juga menjelaskan, minimnya stok bawang merah bukan hanya produksi yang tidak maksimal di petani. Namun, petani pun perlu menyimpan bawang hasil produksi pada masa panen sekitar 20 hingga 60 persen untuk dijadikan bibit.

Menurut Direktur Pengadaan Perum Bulog Wahyu, pihaknya sudah menerima instruksi untuk mengimpor. Meski demikian, ia belum bisa memperkirakan kapan bawang impor itu datang. "Belum ada impor, baru dapat penugasannya, jadi masih dievaluasi," katanya.

Kemungkinan bawang didatangkan dari Thailand, Vietnam, dan India. Menurut dia, urusan impor tidak ada kaitannya dengan penyerapan bawang oleh Bulog dari petani. Maka itu, ia membantah penumpukan 1.240 ton bawang merah dari Bima, NTB, selama berhari-hari di Bulog.

Ia mengklaim, 1.240 ton itu adalah total penyerapan hingga kemarin. Di gudang, kini tinggal 530 ton.   rep: Mursalin Yasland, Sonia Fitri, Debbie Sutrisno, Rizky Jaramaya, Sapto Andika Candra, ed: Ferry Kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement