Sabtu 28 May 2016 14:32 WIB

Korban DBD Masih Berjatuhan

Red: Arifin

Antara/Rony Muharrman      

 

 

 

 

 

 

 

 

YOGYAKARTA --Laporan soal penularan dengue hemorrahagic fever(DHF) atau demam berdarah dengue (DBD) masih mencuat dari sejumlah daerah. Di sebagian tempat, angkanya menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun lalu.

RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta mencatat, penularan DBD tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Angka kematiannya pun meningkat. Hal itu dikemukakan Manajer Sumber Daya Manusia RSUP PKU Yogyakarta Eka Budy Santoso kepada Republika, Jumat (27/5).

Dia menjelaskan, tahun lalu kasus DHF dari Januari-Mei mencapai 257 dengan jumlah kematian empat orang. Sementara itu, tahun ini kasus DHF pada Januari-Mei sudah 286 orang dengan kematian tujuh orang.

Menurut Eka, kasus DHF (DBD) lebih banyak dibandingkan kasus dengue fever(DF) atau demam. Pada 2015, kasus DB sebanyak 169 orang dan 2016 kasus DF sebanyak 168 orang. Pada kasus DF, tidak ada kematian.

Sementara itu, di RSUP dr Sardjito, kematian akibat DBD pada tahun lalu (Januari-Desember 2015) mencapai 28 orang dengan jumlah kasus 241 orang. "Sedangkan tahun 2016 dari Januari sampai 25 Mei, jumlah kasus DBD sudah mencapai 194 orang dan 10 orang di antaranya meninggal," kata Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP dr Sardjito, Trisno Heru Nugroho, kepada Republika, kemarin.

Dari 10 orang yang meninggal akibat DBD yang dirawat di RSUP dr Sardjito itu, dua orang berasal dari Kota Yogyakarta, tiga orang dari

Sleman, tiga orang dari Bantul, satu orang dari Gunung Kidul, dan satu orang dari luar DIY. Sedangkan, sebanyak 28 kematian akibat DBD yang dirawat di RSUP Dr Sardjito tahun lalu sebanyak 10 orang dari Bantul, Gunung Kidul dua orang, Kota Yogyakarta lima orang, Sleman empat orang, dan berasal dari luar DIY tujuh orang.

Menurut Plt Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan DIY, Ini Hikmatin, jumlah kasus DBD di DIY yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan DIY untuk Januari-April 2016 sebanyak 1.984 kasus dan yang meninggal 12 orang. Dari 12 orang yang meninggal tersebut, masing-masing empat orang dari Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, tiga orang dari Kabupaten Gunung Kidul, dan satu orang dari Kabupaten Kulon Progo. Jumlah kasus DBD di DIY pada 2015 dari Januari-April sebanyak 1.948 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 17 orang.

Dinas Kesehatan Provinsi Riau mencatat, penderita DBD pada daerah setempat dari Januari hingga April 2016 ini sudah 2.260 orang. "Kasus rata-rata meningkat tiap kabupaten/kota," ujar Staf Pengelola Program DBD Dinkes Riau, Nurul Muna.

Jumlah kasus dan angka kesakitan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama. Pada 2015 tercatat 1.078 kasus atau 17,4 angka kesakitan per 100 ribu penduduk, dan mengalami kenaikan sebanyak 1.182 kasus pada tahun ini atau menjadi 36,5 IR (inciden rate).

"Jumlah penderita meningkat karena perubahan musim yang saat ini tidak menentu, kadang hujan agak beberapa hari, lalu panas, kemudian hujan lagi.

Hal tersebut bisa menjadi salah satu penyebabnya," ungkap wanita yang akrab dipanggil Nena ini. Ia mengimbau masyarakat ikut serta dalam mencegah dan menanggulangi DBD tersebut dengan mengikuti program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M (menguras bak mandi, mengubur kaleng- kaleng bekas, dan menutup penampungan air).

Sebelumnya, Dinas Kesehatan Provinsi NTB juga mengkhawatirkan kondisi cuaca saat ini yang masih tak menentu. Sebab, hal tersebut berpotensi semakin bertambahnya penderita penyakit demam berdarah di 10 kabupaten/kota. Data Dinkes NTB menunjukkan, sebanyak 19 orang meninggal akibat menjadi korban penyakit DBD dan 1.935 orang terkena penyakit tersebut.

Sebaliknya, pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan, statistik demam berdarah secara nasional menurun.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Mohamad Subuh, menerangkan, kejadian luar biasa (KLB) pada 2015 terjadi di 112 kabupaten/kota. "Pada 2016 ini ada 52 kabupaten/kota yang melapor," kata Subuh kepada Repub lika, kemarin.

Subuh juga mengungkapkan data kasus atau kematian akibat demam berdarah yang mengalami penurunan dibandingkan 2015. Pada Januari 2015, terdapat 21.266 kasus dan 220 orang mengalami kematian akibat demam berdarah. Sementara pada Januari 2016, sebanyak 25.802 kasus dan 294 kematian.

Pada Februari 2015, terjadi 20.160 kasus dan 204 meng alami kematian. Sementara pada Februari 2016, sebanyak 21.768 kasus dan 210 kematian akibat DBD. Selanjutnya, kata Subuh, pada Maret 2015 sebanyak 14.879 kasus dengan angka kematian 165. Pada Maret 2016, ter dapat 8.396 kasus dan 58 angka kematian.

Subuh menambahkan, sebanyak 13.655 dan 104 kematian telah terjadi pada April 2016. Sementara pada April 2015, sebanyak 1.193 kasus dengan satu angka kematian akibat DBD.

Untuk mengahadapi ini, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes, Oscar Primadi, mengatakan, program 3M masih tetap berlaku dalam kasus ini. Melipat baju- baju yang bergantungan pun perludilakukan mengingat itu menjadi sarang nyamuk di sana. Terlebih lagi yang berada di ruangan yang gelap. 

"Permasalahan jentik juga perlu jadi diwaspadai karena dari situlah awal timbulnya nyamuk penyebab demam berdarah,"

kata Oscar menerangkan. Munculnya jentik ini harus diwaspadai pada air bersih sekalipun.     rep: Neni Ridarineni, Wilda Fizriyani, Muhammad Fauzi Ridwan/antara, ed: Fitriyan Zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement